"Lo budeg? Gue gak bisa, Shella!" bentak Jidan sambil meletakkan handphonenya itu di atas meja dengan kasar, membuat gadis itu terkejut.
"Heuh!" Jidan pergi dari sana dan membanting pintu kamar dengan keras.
"Kenapa Jidan semarah itu sama aku? Aku salah apa sama dia?" gumam Shella.
Tetapi, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan itu. Yang harus ia pikirkan adalah Zena, ia harus segera pergi ke sana.
"Zena, kamu jangan susah makan gini dong. Kalo kamu sakit lagi gimana? Kakak kamu bisa khawatir," nasehat Shella.
"Iya, Kak."
"Fauzan, aku permisi ya. Lagipula, sekarang Zena udah selesai makan," pamit Shella.
"Biar gue anterin," tawar Fauzan.
"Gak, gak usah. Aku takut kalo Jidan tahu, kamu bisa kena amuk sama dia," tolak Shella.
"Emm, oke. Hati-hati."
Shella masih kepikiran dengan Jidan, mengapa lelaki itu begitu marah padanya? Ia akan menanyakan ini secara langsung.
Puk-puk!"
Naufal menepuk bahu Jidan dengan cepat.
"Lo ngapain sih, Fal?" risih Jidan, karena Naufal menepuk bahunya secara tiba-tiba.
"Istri lo dateng," lontar Naufal.
Jidan melirik Shella yang sedang berjalan ke arahnya. Shella hendak menyapanya, tetapi Jidan keburu membuang muka membuat niatnya itu ia urungkan.
"Kok dia malah buang muka?"
"Kenapa lo cuekin?" tanya Malik.
"Biarin," balas Jidan kesal.
"Kok biarin sih? Istri dateng tuh disambut, bukan malah dibiarin!" nasehat Rija.
"Tahu tuh, si Jidan!" sahut Ezra.
"Jidan," panggil Shella pada Jidan yang sedang berkumpul dengan teman-temannya.
Tak ada sahutan dari Jidan, lelaki itu hanya acuh, seperti tak melihat jika Shella tepat di depan matanya.
"Jidan!" ulang Shella.
Anak-anak Orion segera menghindar dari sana, mereka tahu sedang terjadi sesuatu diantara mereka berdua.
"Kamu denger gak sih, aku panggil?!" pekik Shella, ia kesal karena Jidan tak menjawab panggilannya.
"Apa?" Jidan bangkit dan langsung menatapnya.
"Kamu kenapa aku panggil gak nyaut?" tanya Shella.
"Emang itu penting?" timpal Jidan.
"Sebenernya kamu tuh kenapa sih? Kalo kamu ada masalah, bicara dong sama aku, kenapa?" tanya Shella yang tak mengerti dengan sikap Jidan yang terasa aneh.
"Kalo gue kasih tahu masalah gue, lo emang bisa bantu?"
"Seenggaknya, kalo kamu kasih tahu, aku bakalan berusaha buat bantu kamu," balas Shella.
"Apa masalah kamu?"
"Gue mau ikutan event balapan itu," jawab Jidan.
"Aku 'kan udah bilang sama kamu, kamu gak boleh ikutan balapan lagi," larang Shella dengan tegas.
"See, lo sama sekali gak berusaha buat bantu gue. Sia-sia gue ngomong ini sama lo," lontar Jidan.
"Aku larang kamu balapan itu ada sebabnya," timpal Shella.
"Apa sebabnya?!" sentak Jidan dengan keras.
"Lo takut gue kenapa-kenapa? Shella, denger gue baik-baik. Gue ini enggak selemah yang lo pikirin, gue bisa atasin semua ini, gue udah biasa hadepin masalah kayak gini. Jadi... lo gak perlu khawatir berlebihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]
Fiksi RemajaFOLLOW SEBELUM BACA, KALO UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE, ANGGAP AJA SEBAGAI PENGHARGAAN BUAT HASIL MIKIR, MAKASIH! Shella, seorang gadis yang pintar, mandiri, jauh dari pergaulan bebas. Tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh Ibunya dengan lelaki yang suka...