"Lama-lama gue bisa gila gara-gara nih, cewek," umpat Jidan dalam hati.
Jidan mengambil buku yang ada di tangan Shella dengan paksa, membuat gadis itu bangun dan menatapnya dengan marah.
"Kamu apa-apaan sih? Aku 'kan lagi baca, kamu buta?" marah Shella, karena Jidan sudah mengganggunya membaca buku di waktu luang.
"Gue kira lo bisu, karena lo setiap gue tanya atau ajak ngomong gak pernah nanggepin," ujar Jidan.
"Terserah!" Shella hendak mengambil buku yang berada di tangannya Jidan. Lelaki itu cukup cerdik, ia mengangkat tangannya dengan cepat saat Shella hendak mengambil bukunya.
"Jidan, balikin bukunya, aku belum selesai baca!" pinta Shella.
Ia terus melompat-lompat meraih buku yang berada di tangan Jidan, tetapi tubuh Jidan begitu tinggi, hingga membuatnya kesusahan.
"Gue gak bakalan balikin buku lo, sebelum lo mau bicara sama gue. Dan... jawab kenapa lo diemin gue dari kemarin," kata Jidan.
"Jidan, balikin bukunya. Aku lagi gak mau ribut sama kamu, bisa?!" pinta Shella.
"Gak."
"Jidan!"
"Hmm?" Jidan menyahutnya dengan deheman, membuat Shella jengkel.
"Aku sakit hati dibentak-bentak sama kamu, puas?!" pekik Shella dengan mata yang berkaca-kaca. Jidan menurunkan kembali tangannya.
"Dan aku marah sama kamu, karena kamu tuduh-tuduh aku. Aku tahu, aku lalai jagain, Mama... tapi, emang harus kamu bentak-bentak aku? Aku juga punya perasaan, sama kayak kamu," lanjut Shella.
"Shella, gue bener-bener minta maaf, gue kebawa emosi kemaren. Gue gak ada maksud buat lo sakit hati, sumpah," ucap Jidan dengan tulus.
"Percuma, dengan kamu minta maaf pun, Mama gak bakalan hidup lagi 'kan?" balas Shella.
Jidan menarik Shella ke dekapannya, gadis itu langsung menangis di sana. Hal inilah yang ia inginkan sekarang, dipeluk oleh Jidan.
"Gue minta maaf udah bentak lo kayak kemarin, gue ngaku salah. Dan... untuk kata-kata gue yang kemarin, yang gue minta hidupin Mama lagi."
"Aku juga minta maaf, aku udah lalai jagain, Mama," timpal Shella.
"Enggak. Lo gak salah, gue yang salah," sangkal Jidan.
Shella melepaskan pelukannya, "Mungkin ini udah saatnya, buat Mama ketemu sama Papa."
"Iya."
"Jadi... lo udah maafin gue sekarang?" tanya Jidan.
"Aku butuh NPWP, baru aku maafin kamu," jawab Shella.
"NPWP apaan?" tanya Jidan yang asing dengan kata itu.
"Iya. Need Peluk With Puk-Puk," jawab Shella tersenyum.
"Astaga!" Jidan langsung memeluknya dan mempuk-puk kepalanya. Shella langsung mengeratkan pelukannya, ia sungguh merindukan pelukan hangat itu. Sudah lama sekali ia tak merasakannya.
Hari terasa begitu cepat. Zayyan dan Rachel kini sudah menikah, dan mereka baru saja pulang honeymoon.
"Zayyan, bisa kita berhenti di depan nggak? Aku laper nih, pengen makan," rengek Rachel dengan menyimpan dagunya di bahu Zayyan yang sedang mengendarai motor ninja nya.
"Oke, kita bakal berhenti di depan," balas Zayyan.
Saat Zayyan hendak menepi, seseorang dengan sengaja menghadangnya membuat ia mengerem mendadak.
"Kamu gak papa?" tanya Zayyan pada Rachel setelah ia rem motornya mendadak.
"Enggak. Aku gak papa kok, kamu?"
"Aku juga gak papa."
"Keterlaluan tuh orang, gak becus banget bawa motornya. Gimana, kalo tadi gak keburu di rem?" kesal Zayyan.
Zayyan dan Rachel turun dari motor. Zayyan menghampiri pengendara yang baru saja menghadangnya.
"Heh! Lo kalo bawa motor bisa yang bener nggak sih? Hampir aja gue tabrak lo barusan!" tegur Zayyan.
"Kalo lo kenapa-kenapa, nanti kita juga yang repot," timpal Rachel.
Seseorang tak dikenal itu membuka helmnya.
"Jidan?" kaget Zayyan saat melihat wajah dari si pengendara.
"Wah, udah lama gak ketemu, lo sampe gak ngenalin gue. Parah banget lo, Yan..." Jidan tertawa kecut.
"Lo ngapain hadang gue kayak tadi?" tanya Zayyan.
"Lo tahu? Perbuatan lo tadi hampir bikin nyawa kita celaka!" sahut Rachel.
"Zayyan, lo harus tanggung jawab," tuntut Jidan.
"Tanggung jawab? Gue harus tanggung jawab apaan?" tanya Zayyan tak mengerti dengan tuntutan dari Jidan.
Anak-anak Orion sedang berkendara di jalanan, lalu mereka melihat Jidan sedang berbicara dengan Zayyan dan Rachel.
"Itu Jidan lagi ngomongin apaan sama Zayyan, Rachel?" tanya Marvel.
"Gue juga gak tahu," jawab Roni.
"Atau jangan-jangan, dia mau tuntut si Zayyan lagi," sahut Malik.
"Kita harus samperin mereka." Marvel melajukan motornya, menghampiri ketuanya. Disusul oleh yang lainnya juga.
"Lo udah bunuh nyokap gue, ngaku lo!" tuduh Jidan.
Rachel merasa tak terima suaminya dituduh sembarangan, ia langsung mendatangi Jidan.
"Jidan, jaga ya tuh mulut lo! Lo jangan tuduh-tuduh suami gue sembarangan. Zayyan gak akan pernah berani bunuh orang," bela Rachel.
"Gue nggak sembarangan, suami lo itu udah bunuh nyokap gue!" teriak Jidan.
"Jidan, lo ngapain sama mereka?" tanya Naufal yang baru saja sampai.
"Lo darimana bisa tahu, kalo gue yang udah bunuh nyokap lo? Apa ada bukti? Ada saksi? Gak ada 'kan? Ya udah, sekian dan terimakasih," ujar Zayyan.
"Hiyya!" Jidan memukul Zayyan dengan keras, mereka berdua kini berkelahi hebat.
"Zayyan, Jidan, stop!" pinta Rachel, ia tak ingin suaminya terluka nanti.
Mereka berdua tak menggubris perkataan dari Rachel, mereka tetap berkelahi, saling pukul, saling menyakiti.
Anak-anak Orion hanya bisa menyimak, mereka tak bisa melakukan apa-apa. Jidan saat ini sedang marah, mereka tak bisa menghentikan ketuanya itu.
Rachel segera menelpon Danang, meminta anggota Life or Death untuk datang membantu Zayyan.
"Kita harus hentiin Jidan," ujar Septian.
"Jangan, kita gak bisa lakuin apa-apa sekarang. Jidan sekarang lagi marah, biarin mereka berdua lengah dulu, baru kita tindak," larang Marvel.
Tak lama, anggota Life or Death datang. Mereka buru-buru menghampiri Zayyan yang sedang berkelahi dengan Jidan.
Tanpa pikir panjang, mereka langsung menyerang Jidan juga. Kini Orion tak bisa tinggal diam melihat ketuanya dikeroyok, mereka semua ikut menyerang.
Terjadi perkelahian hebat di sana.
"Jidan bilang, dia bakalan jemput aku di sini, kok dia sampe sekarang belum datang juga sih?" gumam Shella melihat ke sekitar jalanan, berharap Jidan segera muncul. Namun, lelaki itu tetap tak muncul.
Lalu ia melihat perkelahian hebat di depan matanya, terlihat itu seperti perkelahian antara anak geng motor.
Shella familiar dengan para lelaki itu. Matanya tertuju pada motor berwarna hijau yang terparkir di tengah jalan.
"Itu Greeny!" Shella segera berlari ke arah perkelahian hebat itu. Ia memeriksa motor yang ia lihat tadi.
Ternyata benar, itu adalah Greeny, si motor kesayangan Jidan. Shella segera menoleh, terlihat Jidan sedang berkelahi dengan Zayyan. Wajah mereka berdua sudah memar-memar.
Tinggalkan jejak, makasih!
Jangan lupa vote dan follow juga ya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA, KALO UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE, ANGGAP AJA SEBAGAI PENGHARGAAN BUAT HASIL MIKIR, MAKASIH! Shella, seorang gadis yang pintar, mandiri, jauh dari pergaulan bebas. Tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh Ibunya dengan lelaki yang suka...