Part 23

3.6K 79 2
                                    


"Jidan!" Shella berlari menyusul Jidan yang berjalan dengan cepat.

***

"Kamu mau apa ajak saya ketemuan, Anna?" tanya Farhan.

"Om..." Anna bersikap manja pada Farhan.

"Jangan tinggalin aku ya, Om. Aku sayang banget sama Om, aku bahkan rela tinggalin pacar aku demi, Om."

"Anna, saya juga tidak mau meninggalkan kamu. Tapi... Zayyan, dia gak suka sama kamu," seru Farhan.

"Kita nikah lari," celetuk Anna.

"Apa kamu bilang, nikah lari?" Farhan terkejut dengan penuturan Anna.

"Iya, kita nikah lari. Om jangan lupa ya, kita pernah lakuin itu, dan Om gak mau tanggung jawab gitu?" tanya Anna.

Farhan rasanya sangat menyesal karena sudah melakukan itu dengan Anna, sekarang ia diminta bertanggung jawab.

"Anna, saya tidak mau menikah lari," tegas Farhan.

"Kalo Om gak mau, kita nikah resmi aja. Aku mau kok, jadi istrinya, Om dan jadi Mama tiri buat Zayyan," bujuk Anna terus bersikap manja pada Farhan.

***

"Gila, gede bener memar gue. Bisa-bisa gue gak bisa balapan lagi kalo tangan gue kayak gini," ujar Jidan merasa terkejut melihat memar di lengannya saat sedang bercermin di kamar mandi.

Jidan tiba-tiba saja teringat dengan lelaki yang bersama Shella tadi, kenapa Shella bisa memeluknya sambil menangis? Ada hubungan apa mereka sebenarnya?

Jidan dibuat overthinking karena ulah Shella yang diluar dugaannya.

"Kenapa gue jadi overthinking kayak gini? Seharusnya gue seneng dong, dia deket sama cowok itu. Jadi, dia gak akan ganggu lo lagi, Jidan!" monolog Jidan sambil bercermin.

Malam hari tiba. Jidan sedang memainkan handphonenya di atas kasur sambil bersantai.

Shella datang dari kamar mandi, setelah bersih-bersih. Ia duduk ditepi ranjang, menghadap pada Jidan.

"Jadi, kamu mau tahu gak, hubungan aku sama Devan apa?" seru Shella.

"Gak," jawab Jidan datar.

"Oke. Kalo gitu aku tidur duluan, ya." Shella naik ke atas kasur dan menarik selimut lalu memejamkan mata.

"Serah."

Ting!

Sebuah pesan muncul dari handphone Shella. Jidan meliriknya, dari nomor asing. Pasti itu dari Devan, pikirnya.

Jidan memastikan jika Shella benar-benar sudah tertidur, ia menggerak-gerakkan tangannya diatas wajah Shella, tak ada respon. Berarti benar, gadis itu sudah tertidur.

Dengan cepat, ia mengambil handphonenya, gadis itu terlalu polos, hingga tak memakai kunci apapun untuk handphonenya, yang memudahkan dirinya untuk mencari sesuatu disana.

"Hai. Ini aku, Devan. Svb nomor aku."

"Cih." Jidan seketika julid membaca pesan dari Devan itu.

"Devan? Devan siapa ya?" balas Jidan dengan jahilnya mengerjai Devan.

"Ini aku, Devan. Devan yang kamu temuin tadi di taman, masa kamu gak inget?"

"Oh... oke."

"Ketemuan yuk, nanti di cafe melati," ajak Devan dalam pesan itu.

"Maaf, tapi aku gak bisa. Lain kali aja, ya." Jidan sengaja menolak ajakan Devan.

"Rasain lo! Siapa suruh lo main-main sama ketua Orion, hah? Adu nyali?!" gumam Jidan tersenyum bak setan.

Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang