"Yuk pulang," ajak Shella.
Jidan terdiam dan malah menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa liatin aku kayak gitu?" tanya Shella penasaran dengan apa yang sedang ditatap Jidan itu.
"Lo dateng bulan?" tanya Jidan.
"Dateng bulan? Enggak kok, ini bukan waktunya," jawab Shella.
"Itu di rok lo ada noda darah, itu darah haid lo 'kan?"
Dengan cepat Shella memeriksa rok belakangnya, benar saja yang dikatakan oleh Jidan, disana terdapat noda darah bahkan nodanya begitu banyak.
"Aduh, malu banget. Pantesan dari tadi gak nyaman, mana jelas banget lagi nodanya," batin Shella menahan malu.
Shella menarik tasnya agar menutupi noda di roknya. Jidan mendekat, ia berdiri dibelakangnya.
"Ayo."
"Mau ditaruh dimana muka aku? Malu banget astaga!" Wajah Shella memerah seperti kepiting rebus sekarang.
"Malah bengong, ayo!" tegur Jidan.
"Iya."
***
"Pa, Papa gak mikir apa sebelum lakuin itu?" tanya Zayyan.
"Ya, mau gimana lagi? Dia sendiri yang sering menggoda Papa, Papa bisa apa?" timpal Farhan.
"Papa bener-bener, dia sampe lakuin itu sama Anna. Anna juga, kenapa coba dia mau sama om-om?" batin Zayyan.
"Zayyan, Papa mohon, kamu restui Papa sama Anna untuk menikah," mohon Farhan.
***
"Lho, kok kita malah kesini sih? Kenapa gak pulang aja?" tanya Shella saat Jidan membawanya kesebuah kamar mandi didekat toko baju.
"Lo masuk," suruh Jidan.
"Masuk?"
"Iya, gak usah banyak tanya, kenapa sih?" jawab Jidan kesal.
"Tapi–"
"Lo masuk, dan lo jangan keluar sebelum gue panggil," sela Jidan.
"Kamu mau kemana?" tanya Shella.
"Gak bakal lama kok," jawab Jidan.
Shella masuk ke kamar mandi, dan menunggu kedatangan Jidan. Sementara Jidan, ia pergi ke toko baju untuk membelikan sebuah rok untuk Shella.
"Ukuran dia berapa ya?" tanya Jidan melirik rok-rok yang menggantung dihadapannya.
"Ada yang bisa dibantu, Mas?" tanya seorang pelayan butik.
"Emm, Mbak, kira-kira ukuran buat cewek itu berapa ya?" tanya Jidan.
"Beda-beda sih, Mas. Badan perempuan yang Mas maksud kira-kira gimana ya?"
"Gak kecil, tapi gak gendut juga," jawab Jidan.
"Sebentar, Mas. Saya carikan dulu." Pelayan itu pergi mencari rok yang dimaksud Jidan.
Di kamar mandi, Shella masih malu dengan kejadian yang baru menimpanya.
"Astaga, pasti Jidan bakal ilfil banget sama aku sekarang. Shella, kamu kok bisa gak sadar sih?" kesal Shella.
***
"Mas, ini rok yang Mas minta, saya jamin roknya pas," ucap pelayan itu.
"Makasih, Mbak."
Setelah membeli rok, ia pergi ke supermarket hendak membeli pembalut untuk Shella.
"Benda kek gini ukurannya sama semua gak sih?" Jidan memperhatikan kotak pembalut ditangannya.
"Udahlah, ambil aja yang ada." Jidan mengambilnya dan segera pergi ke kamar mandi menemui Shella.
Tok! Tok! Tok!
"Buka pintunya," pinta Jidan.
Shella membuka pintunya.
"Ini buat lo." Jidan memberikan kresek putih pada Shella.
"Apa ini?" tanya Shella sambil menerima kresek itu.
"Barang yang lo butuhin," jawab Jidan.
Shella membuka kresek putih itu, ia terkejut jika Jidan akan membelikan itu untuknya.
Segera ia bergegas ke kamar mandi, dan Jidan menunggu di luar. Tak lama, Shella keluar dari sana.
"Gimana, udah nyaman?" tanya Jidan.
"Iya. Makasih, maaf udah repotin," jawab Shella.
"Ya... anggap aja ini sebagai balas budi gue karena lo, udah bikin perasaan gue tenang tadi," ungkap Jidan.
Shella tersenyum dan menatap Jidan lekat.
"Ngapain lo liatin gue kayak gitu? Baper boleh, asal jangan berlebihan," ujar Jidan.
"Siapa juga yang baper?" Shella pergi meninggalkan Jidan.
"Dih."
Akhirnya, mereka memutuskan untuk pulang saja, hari juga sudah mulai sore.
Ting!
Sebuah pesan masuk pada handphone Jidan.
"Ke basecamp sekarang, ada yang nantangin lo balapan."
"Siapa yang mau nantangin gue balapan? Apa Zayyan?" batin Jidan.
Tinggalkan jejak, makasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijodohkan dengan Ketua Geng [END]
Fiksi RemajaFOLLOW SEBELUM BACA, KALO UDAH BACA, JANGAN LUPA VOTE, ANGGAP AJA SEBAGAI PENGHARGAAN BUAT HASIL MIKIR, MAKASIH! Shella, seorang gadis yang pintar, mandiri, jauh dari pergaulan bebas. Tiba-tiba saja, ia dijodohkan oleh Ibunya dengan lelaki yang suka...