Aku dan semua orang tahu Sang Malam adalah seorang penyihir kuat, kejam dan tidak terkalahkan, sedangkan Kamal hanyalah remaja biasa yang masih labil, dia hanya manusia yang bermodalkan kepandaiannya dalam membidik dan bermain senjata. Namun entah apa yang aku lihat sekarang, Kamal bisa menandingi Sang Malam.
Teman-temanku sudah keok dibuatnya, namun Kamal di depan sana masih berdiri dengan pedang peninggalan Ayahnya dan berusaha mengalahkan Sang Malam. Kamal berkali-kali menghindar atau menangkis serangan Sang Malam, dia juga kerap meberikan perlawanan namun belum berhasil.
Sang Malam terkekeh melihat Kamal yang masih berdiri tegak di depannya. "Wah wah wah. Aku akui kamu cukup lincah dan pintar. Kamu benar-benar seperti Ayahmu, Nak."
Kamal memutar pedangnya, mengarahkan ujungnya pada Sang Malam. "Jangan banyak bicara, kita selesaikan sekarang."
Sahabatku itu berlari, lalu melompat. Lompatannya tinggi, tidak seperti manusia, lompatannya persis seperti seekor serigala. Ujung pedang Kamal hampir menusuk kepala Sang Malam, jika saja dia tidak mendatangkan angin yang menubruk tubuh Kamal hingga membuatnya terseret jatuh beberapa meter.
"Kamal...." Aku berniat membantu, namun Kamal mengangkat tangannya, menyuruhku untuk diam.
Kamal bangkit, kembali mengangkat pedangnya dan memulai serangan. Pertarungan jarak dekat kembali terjadi. Kamal membuat tebasan-tebasan yang menyulitkan Sang Malam, sementara si panyihir terus menghindari serangan sahabatku itu. Sebuah api ditembakkan dari tangan, Kamal menangkis api itu dengan pedangnya.
Tidak membuang waktu, Kamal melanjutkan serangannya. Kembali ia gerakkan pedangnya pada musuh di depan, namun kali ini Kamal tidak beruntung. Sang Malam berhasil mengunci pergelangan tangan Kamal yang memegang pedang, lalu memberikan totokan pada sendi-sendi di tangannya hingga pedangnya terlepas.
"Ini telah usai," ujar Sang Malam.
Setelah mengatakan itu, Sang Malam langsung memukul dada Kamal. Pemuda itu langsung terpental ke cukup jauh ke arahku.
"Kamal!" Aku mendekat ke arahnya, lalu mengambil tubuhnya. "Kamu tidak akan bisa mengalahkannya."
Kamal adalah orang yang cukup keras kepala. Dia melepaskan peganganku, lalu berusaha bangkit saat Sang Malam berjalan ke arah kami. Kamal maju melindungiku, aku bisa mendengarnya meringis saat satu tangannya tidak bisa digerakkan.
"Tanganmu kenapa?" tanyaku.
Kamal masih meringis. "Tidak tahu. Dia memberikan totokan pada tanganku. Aku tidak bisa merasakan tangan kananku."
Aku tentu saja khawatir, namun terlambat, Sang Malam sudah mendekat ke arah kami. Aku langsung memasang kuda-kuda untuk bertarung, begitu juga dengan Kamal. Meski tangan kanannya tidak bisa ia angkat, sahabatku itu tetap memasang kuda-kuda berusaha tetap bertarung.
"Aku hanya ingin Elokku, aku tidak ingin kamu," ujar Sang Malam pada Kamal. "Menyingkirlah."
"Lebih baik lagi kamu yang menyingkir," jawab Kamal.
Setelah mengatakan itu, Kamal langsung bergerak ke arah Sang Malam. Dia bertarung dengan satu tangannya, memberikan pukulan pada Sang Malam. Aku mengikuti Kamal, menyerang Sang Malam dengan pukulan. Aku bersama Kamal melawan Sang Malam, mustahil memang.
Kami belum beruntung kali ini. Sang Malam berhasil menghindari pukulanku dengan mudah, lalu menedang perutku. Saat kaki iti menyentuh bagian tubuhku, aku merasa ada angin kencang yang menghantam tubuhku hingga aku terpelanting ke belakang. Aku tidak terkejut, aku tidak bisa bertarung.
Kamal masih mencoba meski aku jatuh, namun dia tetap tidak bisa menang. Bertarung hanya dengan satu tangan membuatnya sangat mudah untuk dilumpuhkan. Sang Malam kembali memberikan totokan, kali ini lebih banyak, ke seluruh tubuh Kamal. Aku mendengar teriakan sahabatku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Malam
FantasyDi dalam dalam gunung Viraksa hidup seorang gadis bernama Elok, yang merupakan anak haram dari Raja Viraksa. Sekilas Elok hanyalah gadis biasa yang tak memiliki kelebihan selain mata ungunya yang bisa melihat dalam gelap atau rambut birunya yang ind...