Saat menetap di Guntama, aku dan kedua temanku tinggal di salah satu penginapan di sana dan dibiayai oleh Laksana dan Minara. Kami tidak bisa tinggal bersama keduanya karena mereka tinggal di sebuah barak militer di dekat perbatasan yang tidak bisa ditinggali sembarang orang. Sebagai Penunggang Naga keduanya mengabdi pada negara untuk menjaga perbatasan.
Aku, Kamal dan Zaheer sudah lebih dari satu minggu menetap di Ibu Kota Viraksa ini. Semua kebutuhan kami ditanggung oleh Laksana dan Minara, dari makanan sampai pakaian-pakaian baru. Yang kami lakukan di sana hanya menunggu Laksana berhasil meyakinkan Kawiswara untuk mengambil tindakan tentang kabar buruk yang aku bawa.
Setelah petang, aku, Kamal dan Zaheer diundang untuk menghadiri pertemuan kecil di istana atas undangan Paduka Raja Kawiswara. Di sana dihadiri para petinggi Viraksa dan adik-adik Kawiswara. Aku cukup terkejut saat Laksana memberi tahuku soal undangan itu, aku pikir kami akan membahas tentang berita yang aku bawa, tapi ternyata salah.
"Langit Jatuh berada diambang kejatuhannya."
Aku mengangkat wajahku saat Kawiswara mengatakan hal barusan. Aku lalu menatap orang-orang dalam pertemuan ini yang sama terkejutnya.
Sambil meremas sebuah kertas dengan tinta hitam, Kawiswara kembali berkata, "Sebuah merpati mendarat siang tadi membawa sebuah pesan dari Wulan Purnama yang mengatakan kalau Negara Rukshale berhasil menguasai tiap wilayah di Langit Jatuh, dan dia butuh bantuan."
Pria itu kembali menambahkan, "Ramzi telah gugur saat perang di Gunung Virama, Sunar pergi entah ke mana, Soraya dan Rama juga sudah cukup lama ditahan oleh Rukshale, sekarang tersisa Arya dan Wulan yang sangat minim pengalaman dalam memimpin."
"Dalam waktu yang sangat singkat pasukan Rukshale berhasil melumpuhkan titik-titik di Langit Jatuh, membunuh dan menjarah di sana dengan brutal," tambahnya.
"Tapi bagaimana orang-orang asing itu dengan mudah menguasai tempat-tempat di sana?" tanyaku. "Secara teori harusnya Langit Jatuh memiliki pertahanan yang kuat. Di sana bukan hanya ada Arya dan Wulan, tapi di sana juga ada Ibu Gunung yang punya pengalaman memimpin kota besar," ujarku. "Prajurit Gunung yang berhasil selamat juga harusnya menambah kekuatan kota, di sana juga ada nagaku yang menjaga. Bagaimana bisa?"
"Para petinggi Langit Jatuh sudah tidak percaya lagi dengan Arya dan Wulan selaku Keluarga Purnama, membuat mereka memilih menyerah dan membiayai perang untuk musuh daripada mati," jawab Kawiswara. "Ini adalah kasus pengkhianatan yang cukup membuatku putus harapan untuk kota itu."
"Harapan kita tidak boleh putus untuk Langit Jatuh, Yang Mulia," balas Putri Arinda. "Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk mempertahankan kota tersebut. Langit Jatuh adalah bagian dari Viraksa yang sangat penting."
"Putri Arinda benar, pasti kita masih punya harapan," sambung Laksana. "Mungkin tempat-tempat di sana sudah dikuasai oleh musuh, tapi kita masih punya bangunan sakeral yang aku yakin para penjajah itu tidak akan dapat mengambilnya."
"Banyak yang bilang begitu. Katanya istana Langit Jatuh diselimuti hal mistik yang membuatnya terjaga hingga tidak ada orang yang bisa menguasai bangunannya selain Keluarga Purnama." Kawiswara menghela napas panjang. "Tapi itu, katanya."
"Itu benar," jawabku. "Aku dan Kamal pernah melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana alam melindungi bangunan itu dari ancaman, melindungi semua yang ada di dalamnya."
Aku lalu menatap semua orang di sana. "Mereka tidak akan bisa merebut Langit Jatuh seutuhnya jika bangunannya tidak dapat mereka rebut. Hal itu bisa kita jadikan kesempatan untuk mengirim bantuan secepatnya."
"Tapi aku tidak yakin dengan kata-katamu, Elok," jawab Kawiswara. "Lagi pula jarak Guntama ke Langit Jatuh cukup jauh. Kita tidak akan sempat mengirim pasukan ke sana untuk membantu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Malam
FantasíaDi dalam dalam gunung Viraksa hidup seorang gadis bernama Elok, yang merupakan anak haram dari Raja Viraksa. Sekilas Elok hanyalah gadis biasa yang tak memiliki kelebihan selain mata ungunya yang bisa melihat dalam gelap atau rambut birunya yang ind...