27. Api Naga

88 13 6
                                    

Hal yang benar-benar aku takuti akhirnya terjadi. Hari yang aku harap tidak akan datang akhirnya benar-benar datang. Tepat hari inilah keputusanku akan mengubah segalanya, tepat hari inilah hari di mana Soraya dan Ramzi akan dieksekusi di hadapan khalayak. Sedari malam aku tidak bisa tidur, terus memikirkan keselamatan Soraya dan Ramzi. Ini buruk. Aku tidak mungkin menikah dengan Sang Malam, tapi jika aku tidak menurutinya, Soraya dan Ramzilah yang akan menjadi korban.

Aku sudah rapih, duduk di depan meja rias dengan cermin besar. Aku kembali didandani bak putri kerajaan oleh para perias yang diutus Sang Malam. Aku mengenakan gaun biru gelap dengan pernak-pernik di kainnya. Aku mengenakan kalung berlian di leher, anting-anting berat yang menggandul di telingaku dan sebuah tiara indah yang melinkari kepalaku.

Aku berdiri dari dudukku, berjalan ke arah jendela dan melihat keadaan di luar sana. Dari balik jendela kamarku, aku bisa melihat ke arah luar lepas, salah satunya ke arah luar gerbang istana. Sejak malam orang-orang yang berada di Ibu Kota sudah mulai mendatangi depan istana untuk menyaksikan eksekuasi ini. Jumlah mereka membeludak.

"Elok."

Aku menoleh, menatap Nadia yang baru datang. Mataku berkaca-kaca saat melihatnya. Aku ingin memeluk Nadia saat ini juga, namun aku sadar kalau aku tidak boleh melakukan itu. Sekarang banyak pengawal yang menjagaku, mereka terdiri dari perempuan-perempuan bertubuh besar yang ahli dalam sihir.

"Gerbang istana sudah dibuka. Kini semua orang sudah membuat sesak lapangan istana. Sang Malam menunggumu di bangsal, ujar Nadia dengan berat.

Aku memejamkan mata sejenak. "Aku tidak bisa melakukan semua ini, Nadia."

Nadia bergerak ke arahku, mengulurkan lengannya. "Ayo, biar aku temani."

Saat itu tidak ada yang bisa aku lakukan selain melingarkan tanganku pada lengan Nadia. Salah seorang pengawal membukakan pintu untuk kami berdua, lalu aku dan Nadia pun berjalan keluar. Kami berdua berjalan dengan dikawal dan dikelilingi oleh beberapa pengawal wanita yang ditugaskan untuk menghantarkan aku ke balai pertemuan.

Dari kejauhan aku melihat ribuan orang berkumpul. Mereka berdesak-desakan sambil terus meneriakan nama Sang Malam dengan penuh cinta. Setetes air mataku jatuh, pandanganku mulai kabur karena air mata. Saat itu merasa kalau aku benar-benar takut. Aku bukan takut dengan Sang Malam atau antek-anteknya, tapi aku takut dengan keputusan yang akan aku ambil.

Sang Makam memintaku untuk menjadi pendampingnya melalui ikatan sebuah janji pernikahan, di satu sisi aku tidak bisa melakukannya, namun di sisi lain aku harus melakukannya untuk membebaskan Soraya dan Ramzi dari eksekusi yang akan mereka terima. Kepalaku tiba-tiba pening entah kenapa, makin pening saat melihat kerumunan di depan.

Salah satu penjaga wanita yang mengawal kami menembakkan api dari tangannya ke atas hingga menghasilkan ledakan besar yang membuat semua orang menoleh. Dia berkata dengan lantang, "Minggir! Beri jalan untuk Putri Elok!"

Beberapa penjaga lain ikut menggunakan sihir mereka. Kali ini tiga di antaranya mengeluarkan semacam sihir air. Dari dalam tanah yang terus aku langkahi keluar aliran air. Air-air tersebut bergerak ke atas hingga membentuk gelembung besar yang membungkus rombongan kami. Di sana kami bergerak dengan terjaga.

Beberapa orang berniat mendekat dan menyentuhku, namu mereka terpental saat menyentuh gelembung air yang menyerupai tabir itu. Mereka meneriakkan namaku. Beberapa dari mereka mengumpatiku, namun beberapa juga memuja-mujaku. Aku menatap wajah-wajah mereka semua. Wajah mereka penuh dendam dan ambisi, sama seperti Sang Malam.

Saat berjalan membelah kerumunan, aku melihat Sang Malam sudah berada di dalam bangsal bersama para ajudannya, termasuk Safina. Pria itu duduk di atas kursi besar yang menyerupai singgasana, di sampingnya terdapat Safina yang menatap sengit ke arahku. Di kedua sisi bangsal terdapat dua naga bersama penunggangnya yang berjaga, di beberapa titik juga aku lihat terdapat para penunggang naga yang berjaga.

Sebelum Malam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang