Di dalam dalam gunung Viraksa hidup seorang gadis bernama Elok, yang merupakan anak haram dari Raja Viraksa. Sekilas Elok hanyalah gadis biasa yang tak memiliki kelebihan selain mata ungunya yang bisa melihat dalam gelap atau rambut birunya yang ind...
Aku hanya bisa diam dengan wajah bersimbah air mata saat Soraya mengucapkan kata-kata terakhirnya, "Api naga." Aku tidak tahu apa maksud dari perkataan itu, namun yang jelas setelah diberi kesempatan untuk mengucapkan kata-kata terakhir, salah seorang algojo bersiap untuk memenggal kepala Soraya. Wanita itu ditarik dan kepalanya dijatuhkan ke sebuah batu.
Aku tidak sanggup melihat semua itu, aku tidak sanggup melihat kapak besar itu memisahkan kepala temanku dari tubuhnya. Namun sebuah harapan muncul di detik-detik terakhir sebelum eksekusi mati dilaksanakan. Kenapa aku bilang sebuah harapan? Karena aku melihat ada seekor naga berwarna kelabu yang tiba-tiba melintas tepat di atas kerumunan khayalak, naga itu menyemburkan apinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku terkejut, maju ke depan bangsal untuk melihat naga itu. Aku mengernyit saat melihat seorang penunggang wanita yang menunggangi naga itu. Tidak berhenti, naga itu berbalik arah dan bergerak ke arah bangsal tempatku berada. Aku yang tahu apa yang akan terjadi segera merunduk. Dan benar, naga yang ditunggangi wanita misterius itu kembali menyemburkan api.
Namun wanita itu mungkin tidak tahu yang tengah dihadapinya adalah Sang Malam. Api naganya tidak cukup melumpuhkan bangsal ini, termasuk dengan Sang Malam. Keadaan di sana seketika menjadi kacau. Satu naga itu sukses membuat kerumunan kocar-kacir. Banyak penyihir yang mati akibat serangan naga yang dikendarai wanita misterius itu.
Nadia menghampiriku. "Siapa wanita itu?"
Aku menggeleng. "Tidak tahu."
Hal itu tentu saja memicu amarah Sang Malam. "Tangkap naga dan penunggangnya itu!"
Sang Malam menyuruh semua penunggang naga yang berjaga di sana untuk mengejar naga dan wanita misterius yang aku tidak kenal itu. Namun aku semakin dibuat kagum saat naga dan penunggang wanita itu tidak gentar sedikitpun. Naga tersebut bergerak dengan luwes dan cepat saat para prajurit naga Sang Malam mengejar dan memberikan serangan. Kali ini aku berdoa, siapapun dia semoga dia selamat.
Belum selesai sampai di sana, aku kembali dibuat terkejut dengan kehadiran beberapa naga lain yang aku kenali. Dari barat aku melihat seekor naga putih terbang yang ditunggangi oleh seorang pria dengan baju besi, lalu dari sisi timur aku melihat seekor naga hitam besar juga muncul yang ditunggangi oleh seorang pria. Mataku berkaca-kaca. Apakah ini nyata? Aku kembali melihat Lim dan Laksana di momen yang sama.
Naga lain muncul, kali ini benar-benar memunculkan harapanku. Aku melihat nagaku yang berwarna merah, Gerhana, dan nagaku yang berwarna kuning pucat, Cahaya, mereka muncul dari gumpalan awan hitam dan petir di langit. Mereka semua terjun membantu mengalahkan para naga-naga Sang Malam. Aku melihat Cahaya mendarat dan membakar kerumunan para penyihir itu.
"Itu baru cahayaku!" ujarku dengan penuh semangat. "Bakar mereka semua, Cahaya!"
Aku hampir lupa dengan Soraya dan Ramzi. Aku menoleh ke arah bangsal tempat eksekusi itu. Bangsal tersebut sudah hancur dan rata dengan tanah akibat semburan api naga dari wanita misterius itu. Dan sekarang aku saksikan adalah pertarungan epik antara Soraya dan Ramzi dengan Safina. Mereka bertarung dengan sihir. Darah, bayangan dan petir.