Aku, Kamal dan Nadia terus berpegangan pada papan es hasil buatan sihir Zaheer dengan air, sementara di depan kami pria itu berseluncur di atas rawa-rawa. Papan yang kami duduki terus mengikuti pergerakan Zaheer, kami semua menyusuri rawa-rawa itu untuk mencari keberadaan nagaku.
Sudah lebih dari tiga jam kami mengikuti aliran air rawa ini, namun kami sama-sama tidak menemukan nagaku. Bahkan kami tidak menemukan satu tanda kalau Gerhana pernah singgah. Namun entah kenapa aku yakin kalau Gerhana berada di tempat yang terhubung dengan rawa-rawa ini.
"Kita sudah lebih dari tiga jam, tapi tidak ada tanda-tanda tentang Gerhana," ujar Nadia.
"Benar, aku ragu Gerhana berada di sekitar rawa ini. Dia seekor naga, secara harfiah harusnya dia berada di tempat-tempat tinggi," sambung Kamal.
Di depan, Zaheer menoleh ke arahku, "Bagaimana, Elok? Apa kamu ingin terus melanjutkan perjalanan? Perlu kamu ketahui, kita sudah memutar balik dari Utara."
Aku diam, berusaha untuk menjawab. Kamal benar, harusnya kita mencari Gerhana di tempat-tempat yang tinggi karena dia adalah seekor naga. Tapi pikiranku malah membantah. Gerhana juga mahluk hidup, dia juga butuh air, dan rawa-rawa ini adalah sumber mata air terbesar di setiap jalan yang kita lalui sebelumnya.
Dengan berat hati aku menjawab, "Kita cari lagi, jika dalam satu jam kita tidak menemukannya, kita kembali ke arah Utara."
Zaheer hanya mengangguk, dia menambah laju seluncurnya di atas air, kami di belakang megikutinya dengan papan es yang dia tarik dengan sihir air.
Aku diam sambil mengamati sekitar, aku berpikir keras dan mengingat-ingat tentang mimpi itu. Tapi bukannya menemukan petunjuk, aku malah berpikir ulang. Apa yang tadi itu benar-benar mimpi? Kalau iya kenapa begitu nyata? Maksudku, aku merasa menjadi nagaku, aku merasa menjadi Gerhana.
Aku merasakan ketakutan saat itu, aku cemas, aku panik. Yang paling jelas aku rasakan adalah rasa sakit saat saat simpul-simpul itu mengikat kaki dan bagian tubuh lainnya dari Gerhana. Aku bisa merasakannya. Aku berpikir, apa itu semacam mimpi? Atau sebuah penglihatan?
"Zaheer berhenti!" Kamal tiba-tiba berteriak, lalu menunjuk ke arah sesuatu di sana. "Lihat ke sana!"
Zaheer langsung berhenti saat Kamal berteriak, kami semua sontak langsung menoleh ke arah yang ditunjuk. Sebuah tepi rawa yang terlihat kacau. Kami melihat beberapa pohon tumbang, banyak pecahan-pecahan batu dan permukaan tanah yang tidak stabil. Melihat itu aku menyuruh Zaheer untuk menepi.
Aku, Nadia dan Kamal langsung turun dari papan es saat sudah sampai di tepi, Zaheer menyusul dengan melompat dari air. Kami berempat mengamati sekitar, sama-sama bingung dengan apa yang terjadi. Semua terlihat acak-acakan dan tidak beraturan.
"Telah terjadi pertarungan yang cukup besar di sini," ujar Nadia.
Kamal di belakang menyetujui. "Benar, ada pertarungan yang baru saja terjadi."
Aku masih mengamati sekitar sampai pandanganku jatuh ke tanah di bawahku. Di sana aku melihat sebuah jejak besar, tidak terlalu jelas memang, tapi aku yakin itu adalah jejak kaki Gerhana. Aku bersimpuh dan menyentuh jejak kaki itu.
"Elok, lihat!"
Aku menoleh saat Zaheer berteriak dari arah lain, dia menunjuk sesuatu yang besar di bawahnya. "Ini seperti seretan ekor naga."
Kamal menghampiri pria itu, mengusap dagunya. "Bisa saja ini jejak ular, kan?"
"Ular tidak sebesar ini," bantah Zaheer. "Jejak ini lurus, sedangkan saat ular melata pasti bentuknya akan berbelok-belok. Aku yakin ini adalah ekor dari naga."
![](https://img.wattpad.com/cover/352145109-288-k383554.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Malam
FantasyDi dalam dalam gunung Viraksa hidup seorang gadis bernama Elok, yang merupakan anak haram dari Raja Viraksa. Sekilas Elok hanyalah gadis biasa yang tak memiliki kelebihan selain mata ungunya yang bisa melihat dalam gelap atau rambut birunya yang ind...