Bab 3

23 2 0
                                    

"Ibu bangga kenapa bu?" Tanya siswi yang berada di belakang rubby, yang  heran kenapa ibu guru nya bangga.

"Karena ini karya dari salah satu murid sini," jawab guru itu dengan senyuman manis.

"Alur nya sih bagus, tapi kok aku baru tau ya," ujar siswi pada teman samping nya.

"Iyaa, gue jugaa," kata siswi itu dengan jujur.

Bahkan semua murid yang ada di dalam kelas langsung kepo, siapa yang membuat karya semenarik itu.

Rubby yang mendengar itu langsung tersenyum, terharu karena banyak yang suka dengan cerita nya.

"Diam!" Teriak guru itu yang muak dengan suara anak- anak yang berbincang- bincang.

"Oke se......." kata guru itu yang terpotong karena ada pengumuman di sepiker.

MOHON MAAF UNTUK GURU YANG LAGI MENGAJAR DI KELAS, SAYA MENYAMPAIKAN PADA SEMUA GURU SILAHKAN MENGUMPUL DI RUANG RAPAT!, SEKALI LAGI SAYA INGIN MENYAMPAIKAN PADA BAPAK/ IBU GURI SEKARANG KUMPUL DI RUANG RAPAT!.

SEKIAN TERIMA KASIH.

Guru yang mendengar itu langsung mengambil buku dan berdiri, saat mau menglangkah tetapi di hentikan sama siswi.

"Bu, boleh minta judul nya?" Tanya siswi yang berada bangku depan.

"Boleh, dia matahariku," jawab guru itu dengan menatap ke arah rubby dengan senyum, sedangkan rubby hanya diam saja dan menatap ke arah gurunya.

Semua murid yang melihat itu, langsung menoleh ke arah rubby dengan tatapan heran-heran, lalu mereka melihat ke arah guru itu.

"Kenapa bu guru melihat ke arah rubby?" Tanya siswi yang ada di pojok depan sana.

"Karena dia lah pencipta novel itu, saya ucapkan selamat bagi rubby," jawab guru itu dengan senyum manis, karena melihat ada murid yang telah menyiptakan sebuah karya.

Rubby hanya menganggukan saja, lalu melihat ke arah muka semua teman nya yang lagi tercengang mendengar fakta itu.

Mampus gue, batin rubby yang melihat teman nya menatap nya dengan kebencian.

Kemudian guru itu pergi dari kelas tersebut, semua murid masih melihat rubby dengan tatapan semakin benci.

"Idih cuman gitu doang bangga," ketus siswi dengan rasa iri terhadap rubby.

Rubby yang mendengar itu hanya diam saja, ia males menghadapi teman kelas nya.

Lalu rubby meletakan kepala di bangku dan menutup wajah nya dengan buku.

"Heleh cuman ngarang saja bangga," lontar siswi lain dengan nada remeh.

"Walaupun cuman ngarang, tapi itu susah loh. Apalagi cerita nya sebagus ini, lo jangan ngeremehin dia," tegur siswi lain yang tidak terima dengan apa yang dia ucapkan.

"Kenapa lo bela dia," kata siswi itu yang menunjuk rubby, namun rubby hanya diam saja.

"Gue bukan membela rubby, gue hanya tidak setuju dengan apa yang lo omongkan. menjadi penulis tidak segampang itu, mungkin tanpa kita ketahui bahwa rubby banyak melewati masa di mana dia kesulitan, dan ringantangan. Bahkan apa yang di perjuangankan sampai dia bisa detik ini," ungkap siswi itu yang mengajukan pendapat nya.

"Lo omong seperti itu karena lo juga ingin menjadi penulis kan?" Tanya siswi lain pada siswi itu.

"Kalau iya, emangnya kenapa?" Jawab siswi itu dengan menantang, bahkan tidak takut pada ketua circle nya.

"Lo ingin gue keluarkan dari circle ini hah?, lo ingin seperti rubby yang ngak punya teman?" Ancaman ketua circle itu yang ngak suka kalau circle nya membela rubby.

"Kok main ngancam sih, padahal niat gue tadi cuman membenarkan apa yang dia katakan," tutur siswi lain yang menunjuk ke arah siswi lain yang mengremehkan rubby tadi.

Rubby yang mendengar itu langsung menatap ke arah mereka, lalu melihat ke arah siswi yang sedang di pojokan sama ketua circle itu.

"Lo jangan meremehkan orang lain, apalagi menindas nya. Jangan mentang-mentang lo yang berkuasa lo bisa seperti itu, karena roda hidup itu berputar, siapa tau lo bakalan kayak dia," nasehat siswi itu dengan cerdas, karena dirinya sebenarnya males untuk gabung di circle itu.kalau bukan karena tugas dia ogah banget masuk ke circle itu.

Ya karena kalau dirinya tidak memiliki circle, dirinya bakalan tidak punya kelompok saat ada tugas, atau jadi kelompok buangan.

"Lo jadi berani hah!" Bentak ketua circle itu dengan emosi yang mengebu- gebu.

Sedangkan rubby yang melihat itu hanya diam saja, karena bertengkaran ini cukup seru, andai ada makanan dan minuman pasti bakalan nambah seru.

"Kalau iya kenapa?" Kata siswi itu dengan berani pada ketua circle nya.

Kemudian ketua circle itu menghampiri siswi itu dan menamparnya dengan keras, sampai siswi itu menoleh.

Suasana di kelas semakin memanas, bahkan murid yang ada di sana hanya bisa diam tanpa berkutik pun.

Anjay seru banget weh, andai saja ada makanan pasti nambah seru, batin rubby dengan semangat melihat pertunjukan ini.

"Dasar gak tau diri!" Ketus ketua circle itu dengan emosi yang mengebu- gebu.

"Munafik lo," sambung ketua circle itu yang membenci siswi itu.

"Kalau gue munafik terus lo apa?, sudah punya pacar tapi ngincar cowok lain, gak punya hati sekali lo, kayak lo yang paling cantik saja," hina siswi itu dengan berani pada ketua circle itu.

Rubby yang melihat itu tentu saja kaget, kok bisa dia seberani itu, bukan nya dia siswi paling nunduk sama ketua cirlce nya.

"Karena cantik menjadi pemenangnya, lo kenapa? Iri?, karena cowok yang lo incer malah ngincer gue?" Ketus ketua circle itu dengan tanpa dosa.

"Gue iri sama lo?, idih najis. Silahkan ambil cowok yang gue incar, karena gue udah gak suka sama dia," kata siswi itu dengan berani.

"Mulai sekarang lo bukan circle gue lagi, mampus lo!" Ejek ketua circle dengan sombong nya.

"Gais yok kita kekantin," sambung ketua circle itu dengan sombong, lagipula ngak masalah kalau dirinya kehilangan satu orang.

Setelah kepergian mereka tinggal siswi itu, yang masih berdiri dan menatap ke arah depan dengan tatapan senduh, walaupun dirinya terpaksa berteman sama mereka, tapi mereka sungguh kawan terdebess yang pernah dirinya punya.

Siswi itu pun melihat ke arah sekitar dan pandangan nya terjatuh di rubby yang lagi menatap nya dengan tatapan sinis.

"Gak usah natap gue kayak gitu," ujar siswi itu dengan gemetar.

"Kasihan sekali lo, di cutt off sama mereka," ejek rubby dengan senyum miring.

Siswi itu yang  melihat tersebut langsung kaget, karena melihat sikap rubby yang berbeda.

"Jangan mentang- mentang gue tidak sama mereka, lo bisa seenaknya," peringatan siswi itu dengan emosi pada rubby.

"Sikap seenak gue hanya didapatkan kalau ada yang dekat sama gue, dan lo tidak termasuk!, jangan geer lo," ucap rubby lalu berjalan menuju ke arah pintu kelas.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang