Bab 21

6 0 0
                                    

Tak lama datang lah seorang laki- laki yang tengah teriak memanggil nama bunda nya dari arah lantai atas.

"BUNDAAA!" Teriak laki- laki itu yang gak sadar bahwa dirinya tengah di perhatikan oleh orang yang ada di lantai bawah.

Laki-laki itu menuruni tangga dengan santai, bahkan laki- laki menggunakan celana pendek selutut dan pakai baju yang agak longgar.

Di sisi lain rubby yang melihat laki- laki itu, hanya terdiam dan mengamati laki- laki itu dengan tamat.

Wajah nya kok gak asing, batin rubby yang tengah menatap ke arah laki- laki itu.

Laki- laki itu yang melihat bahwa di ruang tamu ada tamu, langsung terdiam. Lalu melanjutkan langkah mendekati bunda nya.

"Kenapa nak?" Tanya bunda itu pada anak pertama nya.

"Ken mau keluar sebentar, nanti pulang nya larut malam," balas laki- laki itu dengan santai nya, lalu sekilas menatap ke arah rubby.

"Iya, hati- hati di jalan ya nak," ucap bunda dengan nahan sedih.

Sumpah wajahnya kayak gak asing anjitr, batin rubby yang merasa mengenali laki- laki yang ada di rumah varo.

"Siap bun,"  kata laki- laki itu dengan seadanya.

"Bang, hati- hati di jalan," lontar varo dengan senyum pada kakak laki- laki nya.

"Iya,"

Kemudian laki- laki itu meninggalkan ruang tamu itu dengan santai, semua orang yang ada di ruang tamu melihat punggung laki- laki itu yang mulai hilang.

Tak lama varo pun memulai ombrolan dan mereka pun mengobrol santai.

Malam hari nya telah tiba, dimana varo tengah duduk di meja belajar, mempelajari pelajaran yang tidak ia ketahui.

Tuk. Tuk. Tuk.

"Varo bunda boleh masuk?" Tanya bunda pada varo.

"Boleh bun, masuk aja," balas varo tanpa menoleh ke arah pintu kamar.

Bunda pun mulai masuk ke dalam kamar varo, lalu berjalan mendekati varo, meletakan susu di dekat varo.

"Varo bunda boleh bertanya?" Tanya bunda yang memperhatikan tugas varo.

"Boleh bun," jawab varo dengan santai, lalu menatap ke arah bunda.

"Kamu suka sama rubby?" Tanya bunda pada varo, dan berharap kalau varo tidak menyukai rubby.

"Bunda ngomong apasih?, kenapa bunda berkata seperti itu?" Sahut varo dengan muka kebingungan.

"Inti nya kamu harus jawab apa yang bunda katakan varo!, kamu suka sama rubby?" Kata bunda yang menatap ke arah varo dengan tatapan dalam.

"Harus varo jawab?" Tanya varo dengan menampilkan wajah bingung.

"Iyaa," balas bunda dengan penasaran pada varo.

"Varo gak bisa jawab bun," ujar varo dengan menudukan kepala, bunda yang melihat itu hanya menghembuskan nafas dengan kasar.

"Oke, bunda hargai keputusan mu. Tapi bunda mohon pada mu varo, jangan menaruh perasaan apapun pada rubby," ucap bunda dengan terhadap varo, tentu saja varo terkejut dengarnya.

"Emangnya kenapa bun?" Tanya varo pada bunda.

"Nanti kamu tau sendiri, sekarang bukan waktu yang tepat buat kamu tau semua," balas bunda dengan nada serius.

Varo yang mendengar itu hanya bisa mengempalkan tangan, dan melihat ke depan dengan tatapan kosong.

Bunda yang melihat itu hanya bisa pasrah saja, ia takut dengan masa depan yang bakalan menghancurkan hubungan keluarga ini.

"Semangat belajar nak, selamat malam," kata bunda namun varo tidak merespon apa yang bunda katakan.

Bunda pun mulai meninggalkan kamar varo, dan menutup kamar varo dengan perlahan.

Keesokan harinya telah tiba, dimana rubby tengah rebahan di kamar dengan menonton drakor.

Menurut itu adalah hal yang paling ternyaman di dalam hidup nya dan seru karena momen itu jarang rubby rasakan.

Namun itu tak bertahan lama karena ada teriak dari suara ibu nya, yang menghancurkan suasana yang paling nyaman di saat itu.

"RUBBY!, BELIKAN INI DI SUPERMARKET  YA!" Teriak ibu dari arah luar kamarnya.

Rubby yang mendengar itu hanya bisa menghelakan nafas dengan kasar, lalu bangkit dari tempat tidur dan melangkah meninggalkan kamar.

Di supermarket rubby tengah memilih barang yang akan ia beli, bahkan rubby juga memasukan barang yang tidak ada di list kedalam keranjang.

"Gula udah, garam udah, kecap, saus udah, minyak udah, beras 5 karung udah, kopi udah, micin udah, telur 5 udah, bumbu instan udah, dia sama yang lain juga udah," ucap rubby dengan melihat ke arah list.

"Eh, maksud nya aish udahlah. Ini semua udah tinggal bayar," sambung rubby yang meninggalkan tempat itu.

Rubby sekarang tengah ribet membawa belanjaan, bahkan tak heran jika tingkah laku rubby yang sangat aneh, membuat semua orang melihat nya.

Rubby hanya bisa bersikap seolah- olah bodoamat, rubby buktiin kalai dirinya orang nya bisa sendiri tanpa bantuan orang lain.

Tiba- tiba kantong belanjaan rubby yang sebelah kanan sedikit ringan, membuat rubby menoleh ke arah kanan, dan ternyata varo mengangkat kantong belanjaan itu.

"Sini gue bantu," tawar varo lalu mengambil kantong belanjaan itu dan membawa nya.

"Eh, makasih," ucap rubby dengan rasa gak enak pada varo. Varo hanya menganggukan kepala saja.

"Kita mau kemana?" Tanya varo pada rubby.

"Ke sana saja, soal nya taksi gue udah datang menjemput," balas rubby dengan santai pada varo.

Kemudian mereka meninggalkan  tempat itu, dan menuju ke arah taksi yang berada di depan.

Sesampai di kamar rubby tengah mengetik laptop, dan ingin mencari film yang bakalan ia nonton sekarang.

Di sisi lain ada elena yang tengah berada di gudang karena dirinya di hukum sama papa nya. Karena dirinya telah merusak suasana papa nya sama cewek lain.

"Mama, elana takut sama papa," lirih elena yang merasakan sakit hati pada papa nya.

"Perilaku papa sangatlah mengerikan, elana mau ikut mama saja," sambung elena dengan ketakutan, bahkan sekarang dirinya jauh dari kata baik saja.

"Mama tolong jemput elena mah, elena takut sama papa," ucap elena dengan ketakutan.

"Mamah kapan jemput elena, mama elena nyesel milih ikut papa," gumam elena yang takut berada di gudang,di sertai dengan tangisan.

Tok.   Tok.  Tok. 

"Non elena gak papakan?" Tanya pembantu yang ada di rumah elena.

Elana yang mendengar itu langsung berlari menghampiri pembantu itu sertai mengedor- edor pintu dengan kencang.

"BI!, TOLONGIN ELENA BI!, ELENA TAKUT!" Teriak elena pada sang pembantu itu, dan berharap pembantunya mau menolonginya.

"Non, bibi tidak bisa berbuat apa- apa non, karena bibi takut pada tuan non," ungkap bibi dengan merasa sedih karena melihat non nya di kurung di gudang.

"TAPI ELENA TAKUT BI!, BIBI TOLONGIN ELENA BI!" Teriak elena dengan ketakutan yang luar biasa.

"BIBI KENAPA ADA DI SINI!" Bentak papa elena yang melihat bahwa pembantu nya ada di depan gudang.

"CEPAT PERGI DARI SINI, DAN BIARKAN ANAK ITU BERADA DI SANA!" Murka papa elena.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang