Malam harinya telah tiba dimana rubby tengah belajar giat, seperti biasa di temani oleh aletta.
Mereka begitu serius belajar, karena bentar lagi kenaikan kelas. Mereka telah menghabiskan waktu 4 jam untuk belajar.
Tak lama mereka mengakhiri belajar itu dan juga mereka mengakhiri vidio call.
Di sisi lain ada rubby yang menatap ke arah novel yang telah ia buat dengan rasa kesal, senang, sedih. Yang rubby kira novel ini tak akan di baca oleh masyarakat karena menulisanya, yang kurang atau lain nya.
Namun ternyata dugaan nya salah, novel ini banyak yang baca. Rubby rasa nya ingin menangis terharu, dan tak menyangka kalau dirinya bisa menerbitkan sebuah novel.
Ia kira rubby tak bisa menerbitkan novel, dan hanya melihat ke arah orang lain yang berhasil menerbitkan sebuah buku di usia sangat muda.
"Mau sampai sebanyak apapun novel yang gue buat, tapi novel ini bakalan menjadi pemenang nya. Karena gue buat saat gue menderita di kelas 10, di fase gue ingin menyerah, ingin bunuh diri, dan hampir gila dengan keadaan itu," lirih rubby yang merasakan sakit saat di kelas 10.
"Sebenarnya bukan hanya di kelas 10 saja ia menderita, tapi di kelas- kelas sebelum nya juga. Namun pada kelas 11, kelas berbeda dengan kelas- kelas lain, perbedaan yang tak terpikirkan oleh ku. Sebab di kelas itu semua orang kita temani, mau pintar atau gak mereka tetap temani orang itu. Kalau ada yang gak bisa mereka mau membantu tanpa harus di tertawai, kelas dimana tak ada perghibahan, sinis atau di remehkan," sambung rubby dengan menahan air mata.
Rubby memengang kepala nya sambil melamun, kepala rubby sangat sakit memikirkan semua nya.
Iya kamu cuman bisa menghabiskan nasi rubby.
Kamu kok rada- rada gimana nya, makin hari.
Kamu sama bapak lo, saja kan gak normal.
Itu bagian adik kamu.
Seharus nya kamu ngelindungi adik bukan malah menambah luka.
Gara-gara lo uang gue habis.
Boros, kamu lihat di dia bisa hemat gak kayak kamu.
Kamu kalau ngomong suka nyakiti, tapi gak mau di sakitin.
Kamu harus ngalah sama adik kamu.
Biasalah nama nya juga anak kecil.
Manja banget kamu by.
Uang, uang, uang terus. Boross.
Lo jangan di kamar teruss bergaul kek.
Main teruss di rumah kek.
Manja banget kamuu!.
Beban kamu byy, beda sama diaa.
Halah cuman gitu saja bangga.
Kamu sama bapakmu saja jangan sama ibu.
Ucapan ibu rubby yang terngiang- giang di kepala rubby. Dunia gak adill bagi rubby yang sebar salah.
Aku akui kalau aku sedikit gak normal, karena aku bingung selalu di salahkan. Dan pernah di anggap benar walaupun apa yang gue lakuin itu benar, batin rubby dengan dada sesak.
Gimana mau normal oramg kalian saja sama-samain sama orang yang gak normal, itu juga berpengaruh apalagi perkataan ibu, batin rubby yang berasa gagal menjadi seorang anak.
Kenapa hidup ku seperti ini, boleh gak tuhan kalau aku di jemput sekarang saja. Aku muak dengan ibu ku sendiri, batin rubby dengan meneteskan air mata.
Lagi pula perkataan jelek karena mendengar apa yang ibu katakan, gue juga melawan karena gue sering kamu sakiti buk, dengan membanding- bandingkan sama orang, dan menyamakan sama orang yang gak normal, batin rubby yang mengingatt apa yang di ucapkan oleh ibu nya.
Semenjak kejadian dimana ibu nya berkata' iya kamu cuman bisa menghabiskan nasi rubby', semenjak itu rubby ogah makan di rumah.
Ibu nya berkata itu masih baru- baru ini saja , rubby kalau di rumah hanya bisa menahan lapar dan makan saat di luar rumah saja.
Dulu yang rubby selalu membawa makanan dari luar dan memakan nya di rumah agar orang tua nya bisa merasakan apa yang rubby makan, sekarang rubby beli makanan di luar dan memakan nya sendiri.
Rubby tau kalau sikap rubby kayak gini karena takdir!, rubby juga kagak mau mempunyai sikap kayak gini.
Kalau saja rubby bisa merubah sikap nya, pasti rubby akan merubah sikap nya semjadi sempurna.
Manusia gak ada sempurna, namun kenapa di keluarga ibu rubby, selalu menutut rubby menjadi orang yang sempurna. Rubby capek harus di sama- samain sama orang yang gak normal dan harus di tuntut agar seperti mereka, dan harus persis seperti mereka di zaman dahulu.
Rubby rasa nya ingin mengakhiri saja hidup ini, rubby sangat bencii kehidupan nya.
Salah sepele selalu di perbesar oleh mereka, sedangkan mereka selalu menuduh rubby yang memperbesar masalah itu.
Rubby capek di rumah dan di sekolah, tidak ada tempat nyaman yang rubby inginkan. Rubby capek!, rubby ingin menyerah.
Rubby bingung harus gimana, kenapa harus rubby yang merasakan ini.
Keesokan harinya telah tiba dimana rubby duduk di bangku dengan mata bengkak dan sedikit pucat di wajahnya.
"Kenapa by?" Tanya aletta yang khawatir dengan kondisi rubby.
Namun rubby hanya diam saja, pikiran rubby kacau, di tambah rubby punya gelisah, panik yang berlebihan. Membuat rubby yang sudah tak tahan untuk bunuh diri.
"By!, lo gak papa kan??" Tanya aletta yang makin panik melihat kondisi rubby.
Tanpa aba- aba aletta memeluk rubby dengan erat, seakan aletta tak suka melihat sikap rubby yang kayak gini.
"Rubby ples, jangan seperti ini. Gue takut saat lo bersikap kayak ini," lirih aletta dengan menangis, ia tak tega melihat sahabatnya kayak gini.
"Gue ingin tidur tenang ta, tanpa harus mendengarkan apa yang di katakan sama mereka. Gue tidak hanya trauma dengan teman atau masyarakat juga ta, t- tapi gue juga trauma dengan keluarga sendiri. Gue takut sama mereka ta, gue ingin tidur tenang saja tanpa harus minum obat tidur dengan dosis tinggi," ungkap rubby yang tak kuasa menahan air mata, dada rubby sangat sakitt.
"Gue capek dengan sikap gue kayak gini, gue benci ta. Gue ingin mati, gue capek gue udah gak kuat ta, gue selalu minta pada tuhan agar nyawa gue bisa cepat- cepat di ambil ta, gue udah gak kuat," sambung rubby dengan menangis, sedangkan aletta mengelengkan kepala sambil menangis.
Aletta tak sanggup mendengar apa yang di katakan oleh rubby, sakit. Aletta saja mendengar itu.
"Kapan gue bisa mati ta, gue ingin mati," lanjut rubby yang sudah tak bisa berpikir dengan jernih lagi.
Sekarang bodoamat dengan mengangkat derajat orang tua, karena rubby telah sakit hati sama omongan orang tua nya.
Sekarang rubby berpikir ingin meninggalkan rumah, tanpa harus bertemu dengan orang tua nya.
Rubby telah terlanjur sakit hati, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk kuat- kuat hidup di rumah orang tua nya.
Karena mental nya sudah hancur berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
aku dan bumi (END)
Ficção AdolescenteSeorang gadis yang bernasib malang, ia dipaksa kuat oleh keadaan. Gadis itu bernama rubby, ia memiliki banyak trauma yang selalu mendampingin nya. Ayo simak!!. Penulisannya masih berantakan. Cover dari pinterest. Cerita ini murni dari pemikiran saya...