Bab 5

24 2 1
                                    

"Lo lebih goblok, kalau bukan karena circle lo itu, mungkin juga bernasib sama, jangan sok berkuasa deh. Btw lo hina nama orang kayak nama lo paling bagus aja," hina siswi itu dengan terus terang, bahkan sampai circle itu kenak mental.

Ketua circle itu yang mendengar langsung melihat ke arah anggota nya, lalu menatap ke arah mantan anggota nya.

"Lo jangan ikut campur urusan kita, kalau gak mau bernasib sama," ancaman ketua circle itu pada siswi itu.

"Kagak takut gue, bahkan gue tau kebusukan lo. Dan bisa gue sebar semau gue," ancam balik siswi itu dengan penuh keberanian.

Ketua circle yang mendengar itu hanya bisa mengumpat di dalam hati saja, kemudian mereka pergi dari kelas.

"Bisa gak sih lo, jangan ikut campur urusan gue," kata rubby yang lagi fokus dengan hp nya, tanpa menoleh sedikit pun ke arah siswi itu.

"Tidak,"

"Lo kenapa selalu bela gue?" Tanya rubby pada siswi itu, dengan penuh penasaran. Kenapa dia selalu membela nya.

"Emangnya gak boleh?" Kata siswi itu dengan santai.

"Boleh, tapi telat," ujar rubby lalu mengangkat telpon itu dan keluar dari kelas.

Siswi itu yang melihat hanya bisa tersenyum miring, lalu melihat ke arah  mantan circle nya dengan tatapan sulit di artikan.

Tak lama datanglah rubby dengan santai, lalu duduk di bangku nya, tanpa menoleh ke arah siswi itu.

"Btw lo kenal gue gak?" Tanya siswi itu dengan polos nya, karena mereka tidak pernah mengobrol gimana tau nama nya.

"Kagak, emangnya nama lo sapa dah?" Jawab rubby dengan sejujurnya, tanpa mengalihkan pandangan nya.

"Aletta vanesya, orang baik baru," ucap siswi itu dengan santai nya.

Rubby yang mendengar itu langsung menoleh ke arah siswi itu.

"Orang baik baru?, maksud lo. Lo orang baik yang baru gitu ye," kata rubby dengan santai nya seakan mereka teman.

"Y,"

Singkat amat nyet, batin rubby yang mengumpat, karena mendengar aletta yang menjawab nya begitu singkat.

"Kenapa lo tiba-tiba baik sama gue?" Tanya rubby dengan polos nya, membuat aletta ingin membuang nya ke laut.

"Karena lo udah berhasil berkarya, serta karya lo bagus. maka nya gue fans lo," tutur aletta dengan terus terang pada rubby.

"Cuman gara-gara itu?" Kata rubby yang bangga dengan dirinya, karena ada yang fans juga sama dirinya. Ya walaupun satu.

"Enggak juga, karena gue udah muak masuk circle mereka," jawab aletta dengan jujur.

"Bukan nya punya circle. enak nya?, bahkan lo bukan circle bayangan," lontar rubby dengan terus terang pada aletta.

Aletta yang mendengar itu sedikit kasihan sama rubby, karena rubby selalu di jadikan teman bayangan.

"Gak semua yang di lihat enak, itu beneran enak?. Tergantung gimana orang nya," jawab aletta dengan jujur, karena dirinya dulu terpaksa bergaul sama circle itu, karena ada peluang besar di sana, dan dirinya tidak perlu susah-susah untuk membuat kelompok. Karena di pastikan dirinya bakalan di masukin kelompok mereka, tanpa harus  mencari kelompok.

Walaupun lo tidak pintar, lo bakalan tetap masuk kelompok itu. Ngak semua nya sih tapi ini menurut pengalaman dari aletta sendiri.

"Bahkan gue iri sama lo yang selalu di perhatikan setiap lo bergerak sedikit pun. Mereka bagainkan fans lo, karena setiap lo bergerak bakalan mereka tiru tanpa lo sadari, karena gue lihat sendiri," sambung aletta dengan sejujurnya.

"Gue gak cantik, gue enggak pintar, gue selalu nyusahin, gue lemot, gue to...." kata rubby yang terpotong sama aletta.

"Syukurlah kalau lo sadar," ujar aletta dengan sejujurnya.

"Dan bodohnya mereka meniru itu," sambung aletta dengan terheran-heran.

"Masalah nya nih, seharusnya mereka fans sama orang yang pintar dan terkenal di sekolahan ini, bukan gue," ucap rubby yang terheran-heran, jangan kan rubby. Aletta pun terheran-heran.

Aletta hanya diam saja, membuat rubby ingin berkata kasar, namun rubby tahan karena ingin menjadi orang baik.

"Kok gue baru tau ya, kalau mereka selalu ngikuti apa yang gue lakukan. Tapi kok gue nyadar ya," gumam rubby yang dapat terdengar di telinga aletta.

"Karena lo selalu asik dengan dunia sendiri, sampai ngak sadar ada yang ngikuti gaya lo. Jangankan beda bangku, sebangku saja iya," ucap aletta dengan jujur.

"Pantes gue merasa kalau dia selalu bertingkah kayak gitu, ternyata dia ngikuti gue," kata rubby dengan syok, namun sedih karena tidak mempunyai teman yang tulus.

"Apa gue ajukan Endorse saja ya, kan lumayan ada yang ngikutin gue. Hahaha," ucap rubby yang berniat baik bagi dirinya.

"Paling di tolak, yang beli cuman segitu anying. Emangnya toko nya mau Endorse lo?" Ucap aletta yang menghancurkan niat baik rubby.

"Yakan...." ujar rubby yang terpotong sama aletta.

"Yakan apa?, kalau lo mau di Endorse, harus berpengaruh, terus punya followers banyak, dan lain-lain," potong aletta dengan santainya, bahkan ucapan aletta kelewat jujur.

Rubby yang mendengar itu langsung tersadar, lagi pula benar apa yang di katakan sama aletta. Kemudian rubby kembali ke bangku nya, aletta yang melihat rubby kembali kebangku nya langsung terheran-heran.

"Napa lo pergi?" Tanya aletta dengan heran.

"Ya karena tadi gue sok asik sama lo," jawab rubby dengan simpel, sedangkan aletta yang mendengar itu langsung bermuka masam.

Asik sih, tapi sikap nya kadang agak gimana gitu. Kadang gue dengar dia kalau ngomong kagak nyambung, tapi teman kayak dia menurut ku asik, karena baru dekat. Entah kalau lama- lama, batin aletta dengan sejujur nya, tak lama datanglah si biang masalah itu.

Kenapa setiap kelas mesti ada biang masalah, batin aletta yang udah muak sama mereka.

Rubby sekarang hanya berfokus dengan tingkahnya yang selalu salah, dan tidak benar. Kenapa dirinya tidak seberuntung  teman-temannya yang sebaya.

Apakah rubby tidak pantas untuk mendapatkan nya, dan solusi yang ada di pikirnya selalu tentang 'kematian'.

Rubby kepikiran dengan pertengkaran kemaren saat sama orang tua nya.

Flashback

Ehemm, tuan putri datang!.

Lo bisa gak ngalah sama adek dan mencontoh kakak mu itu.

Lo pengen menang terus hah!.

Ngak gelem ngalah belas.

Kok lo tidak di buang wae.

Beban.

Ngalah sama adek, jangan menang sendiri.

Lo yang paling jahat tentang omongan dan lain-lain, jadi gak mungkin adek lo lakuin itu.

Beuh, orang ini.

Yang sopan sama yang lebih tuaa.

Jaga sikap mu, dia kakak mu.

Di bilangi panggah di bantah terus.

Jangan kayak dia, tidak berbakti.

Sok bakalan jadi apa lo.

Heleh adek mu lebih pinter dari pada lo.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang