Bab 33

4 1 0
                                    

Malam harinya telah tiba dimana rubby tengah vidio call dengan aletta. Mereka fokus mengerjakan tugasnya.

Setelah selesai menyelesaikan belajar nya, rubby segera mematikan vidio call itu.

Sedangkan aletta yang melihat sikap rubby seperti itu. Hanya biasa saja, kemudian aletta lanjut baca novel.

Rubby hanya diam merenung saja, lalu dirinya teringat dengan sikap manis kakak adik itu.

"Aishh!" Pekik rubby dengan bimbang.

Di sisi lain ada kenzo yang terdiam saja karena adek nya membuat ulah dan dirinya yang selalu di marahin mulu.

Kata- kata adalan bunda nya.

Kakak selalu salah.

Tapikan masih sakitan varo dari kakak nya.

Mau adek dulu yang nakal. Tapi kan kakak selalu salah!.

"GUE MULU, GUE MULU!" Murka kenzo yang selalu salah di mata bunda nya.

Kenzo menatap ke arah varo dengan tatapan kebencian, lalu kenzo berjalan meninggalkan varo di sana sendirian.

Setelah sampai di lantai atas, kebencian kenzo pada varo telah pudar. Kenzo tak heran kenapa kebencian nya terhadap varo hanya ada beberapa saat saja.

Kenzo sekarang telah merokok di balkon kamarnya, karena ingin melihat bintang- bintang yang indah di langit.

"Bintang itu seindah zamora," lirih kenzo dengan tersenyum, menatap ke arah bintang.

Pagi harinya telah tiba, dimana varo tengah berada di lapangan sekolah karena ingin main basket.

Varo main tanpa memperdulikan siswa lain yang tengah menatap nya, dengan tatapan suka. Karena di hatinya sudah ada rubby.

Setelah varo merasa puas, kemudian varo berjalan menuju ke tempat duduk. Lalu minum air.

Selesai minum air, varo tak sengaja melihat rubby yang tengah tertawa bersama teman cewek nya.

Cantik, batin varo tanpa berkedip melihat ke arah rubby.

Ayo varo move on, karena bagaimana pun rubby bakal menjadi milik bang kenzo, batin varo dengan menatap nanar ke arah pungung rubby yang mulai hilang.

Setelah itu varo melanjutkan main basket itu dengan perasaan campur aduk.

Di sisi lain rubby telah berpencar dari aletta, sekarang rubby berada di rooftop sekolah. Rubby melihat pemandangan sana yang sangat indah.

Tak lama rubby meneteskan air mata, dirinya sangat cape dengan takdir yang ia miliki.

Rasanya rubby ingin menyerah saja, namun entah kenapa rubby hanya mengikuti alur yang telah di buat oleh tuhan.

Sakit yang setiap hari rasakan telah membuatnya terbiasa, sudah menjadi makanan hidup nya. Bahkan kalau rubby tidak merasakan sakit di hidup nya selama beberapa hari, rubby bakalan panik bukan main.

"Enak banget pemandangan nya, di tambah dengan angin," lirih rubby dengan gembira melihat memandangan yang begitu indah.

Mata rubby ter arah kepada varo yang tengah main basket, tentu saja rubby kagum dengan varo yang jago main basket.

Saat bola itu masuk ke ring, sontak rubby melompat- lompat kelewat senang.

"Yeys!" Pekik rubby yang terlalu gembira.

Di sisi lain, pandangan varo ter arah ke rooftop sekolah. Tak lama varo memandangan ke arah lain.

Bell pulang sekolah telah berbunyi, dimana semua orang berbondong- bondong keluar kesekolahan.

Dikelas terdapat aletta dan rubby yang tengah bernyanyii di kelas, di kelas hanya ada mereka berdua, yang judul 'menyesal'.

"~Semula, ku tak yakin Kaulakukan ini padaku Meski di hati merasa Kau berubah saat kau mengena dia~," nyanyii aletta dengan menghayati.

"~Bila cinta tak lagi untukku Bila hati tak lagi padaku Mengapa harus dia yang merebut dirimu? ~" nyanyii rubby dengan menganggap botol minum menjadi mic.

Ho-oh

"~ Bila aku tak baik untukmu Dan bila dia bahagia dirimu Aku 'kan pergi meski hati tak akan rela~" nyanyii aletta yang membayangkan kalau dirinya tengah konser dan di tonton oleh banyak orang.

Ha-ah-ha

"~Terkadang ku menyesal Mengapa kukenalkan dia padamu?~" nyanyii rubby menunju ke arah papan tulis.

"~Bila cinta tak lagi untukku Bila hati tak lagi padaku Mengapa harus dia yang merebut dirimu? ~" nyanyii aletta dengan menatap ke arah papan tulis dengan mata senduh.

Ho-oh

"~ Bila aku tak baik untukmu Dan bila dia bahagia dirimu Aku 'kan pergi meski hati tak akan rela~" nyanyii rubby dengan menghayati.

Uh-hu-oh

Uh-uh-uh (uh-uh) Uh-uh (ho-ho)

Kemudian aletta dan rubby saling menatap satu sama lain, dan tertawa puas. Lalu mereka mengambil tas dan berlari meninggalkan kelas nya sambil tertawa.

Di sisi lain ada elena yang tengah menjambak- jambak rambutnya sendiri. Lalu menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.

"Mah, jemput elena. Elena benci papah," gumam elena yang sudah mulai kehilangan kewarasaan nya.

Flashback

"Papa elena mohon jangan sakiti elena," ujar elena yang sangat ketakutan pada papa.

Namun papa elena tidak mendengar apa yang di katakan oleh elena, ia terus menjadikan elena pelampiaskan.

Papa elena sang benci elena, dari sejak dulu.

"Maah tolongin elena," kata elena dengan menangis kencang, berharap mama nya datang.

"Mama lo gak bakalan datang untuk nolongin lo," ketus papa dengan menatap elena dengan remeh.

Elena yang mendengar itu hanya bisa terdiam saja, dan menerima semua pukulan yang di lontarkan papa kepada nya.

Flashback off.

"Mama," panggil elena dengan lemah.

"Elena takut maah, tolong jemput elena," sambung elena dengan memejamkan mata.

Karena dirinya lelah menangis, elena hanya bisa menerima takdir ini semua.

Di sisi lain, di apartemen varo terdapat rubby dan varo yang telah menonton tv dengan santai. Dengan varo menaruh kepala nya di pangkuan rubby.

Dan rubby hanya mengelus- elus kepala varo dengan lembut, mereka menikmati suasana yang ada di apartemen varo.

Sekarang rubby jarang ke rumah varo, karena mereka bakalan tak bisa berdua- dua, seperti ini kalau mereka berada di rumah varo.

Mereka terlalu asik nonton tv sampai tak sadar kalau pintu apartemen varo terbuka, dan mereka di saksikan oleh keluarga varo.

"NAVARRO MAVENDRA!" Teriak bunda membuat mereka berdua kaget dan menoleh ke arah pintu apartemen varo.

"Bunda, ayah, abang," kata varo dengan gelisah.

"Tante, om, bang ken," gumam rubby dengan ketakutan, serasa kepergok selingkuh.

"Kalian apa-apan ini!" Bentak bunda terhadap dua orang itu.

Kenzo hanya menatap mereka dengan tatapan kecewa, entah kenapa dada nya sakit melihat kejadian ini.

"Navarro mavendra, ikut bunda ke kamar," ketus bunda lalu berjalan meninggalkan ruang tamu.

Dengan terpaksa varo mengikuti bunda nya. Sedangkan ayah varo mengikuti anak dan istri nya, lalu meninggalkan kenzo dan rubby.

"Saya kecewa dengan mu!" Ungkap kenzo dengan kecewa, sungguh ia tak nyangka bahwa adek nya dan rubby sangatlah dekat.

"Maksud abang apa?" Kata rubby yang tak tau apa-apa.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang