Bab 23

7 1 0
                                    

Di tepi danau terdapat 2 orang berbeda gender  yang tengah berbincang- bincang, orang itu adalah varo dan rubby.

"Maaf kalau bunda ku membuat mu gak nyaman," lontar varo yang tengah menatap ke arah depan.

"Iya gak papa," kata rubby dengan melihat ke arah depan.

Angin di sana sangat kencang, namun masih dapat di nikmati oleh mereka berdua. Sambil berandai- andai dengan masa depan.

1 tahun telah berlalu.

Air hujan turun dengan deras, semua orang berbondong- bondong untuk meneduh. Termasuk gadis yang ada di halte bus, sambil memeluk tulut nya.

"Hujan kapan reda nya," kata gadis itu dengan menatap ke arah depan disertai tatapan kosong.

"Gak kerasa 1 tahun telah berlalu, dimana gue berhasil melewati masa- masa sulit," ungkap gadis itu dengan mengingat masa lalu nya.

"Sekarang gue bisa berubah menjadi lebih baik, namun masih saja ada yang iri pada gue," sambung gadis itu dengan tersenyum mengingat perubahan yang berdampak banyak.

"RUBBY CELLSY ZAMORAA!" Pekik seorang gadis yang datang dari arah gerbang sekolah ke halte bus dekat sekolah.

Sontak gadis itu menatap ke arah gadis yang datang menghampirinya dengan pakaian sedikit basah.

"Anjay, galau lo?" Kata gadis itu dengan santai, lalu duduk di dekat gadis itu.

"Kagak, gue hanya menunggu hujan reda aja," sahut rubby dengan apa adanya.

"Oalah, kirain lo galauuu~~," ujar gadis itu dengan bernadaa.

"Kurang kerjaan banget gue, kalau gue galau," celetuk rubby dengan menatap ke arah gadis itu.

"Gue punya berita hot terjeletot banget," kata gadis itu dengan semangat menceritakan berita yang baru ia dapat kan.

"Lo tau osis yang pernah satu kelas sama kita yang dulu, yang julid banget itu loh. Circle nya elena," sambung gadis itu dengan semangat banget.

"Yang belagu itu to?" Kata rubby dengan mengangkat satu alis.

"Hooh njitrr, masa mu dia itu kagak punya teman sekarang njitr. Dan elana sekarang gak mau berteman sama dia, karena ia sudah tidak ada guna nya," ucap gadis itu dengan blak- blakan membuat rubby melotot.

"Mulut mu, jangan blak- blakan ege," tegur rubby yang tidak ingin orang itu mendengar apa yang di katakan oleh aletta.

Hehehehe.

"Lagi pula dulu dia pernah gitu lo, kenapa sekarang lo malah bela dia ege. Gak asik lah," kata aletta dengan santai tanpa ada beban.

"Yakan gue udah berubah menjadi yang baik, lagi pula gue takut kena karma gara- gara menghibah. Sebab dulu gue kena karma gara- gara di ajak teman menghibah," ujar rubby yang mengingat itu.

"Lagi pula apa untungnya gue belain monyet itu," sambung rubby yang tanpa dosa.

"Monyet," lirih aletta lalu tertawa dengan puas, karena mendengarkan apa yang di katakan sama rubby.

Sekarang dia kena karma, tapi trauma ini selalu menemani ku. Dia juga salah satu orang yang membuat ku gak betah di sekolahan, batin rubby dengan natap dalam ke arah air hujan itu yang terus berjatuhan.

"Lo udah puas belum?, dia yang dulu nya selalu mengejek mu, sekarang sudah mendapatkan balasan nya," kata aletta pada rubby, yang tengah melihat ke arah air hujan.

"Puas?, menurut ku itu tidak sebanding dengan rasa trauma yang selalu menemani ku," ungkap rubby mampu membuat aletta terdiam, karena aletta juga salah satu pembully saat masih berteman sama elena.

"Mau sepedih apapun karma yang dia terima, itu tidak mampu membuat trauma ku ilang. Gue sampai berniat bunuh diri, gara- gara pembully yang selalu membully gue," sambung rubby dengan meneteskan air mata.

"Dan beberapa taun berlalu, mereka bakalan melupakan kejadian itu dan beranggap bahwa masalah itu telah selesai. Tanpa tau kalau sang korban bakalan mengingat kejadian sampai kapan pun," lanjut rubby yang merasa kan masa dimana dirinya selalu di bully sejak tk sampai tahun lalu.

Sekarang rubby tidak merasakan pembullyan, karena aletta yang selalu melindungin rubby, agar rubby tidak kena bully lagi.

"Luka mental dan batin gak ada obatnya," ucap rubby dengan meneteskan air mata, kareba rubby pernah hampir gila, gara- gara ulah mereka.

Aletta yang mendengar itu semua hanya bisa diam saja. merasa bersalah? Iya malahan aletta berasa bersalah bangey pada rubby, karena dulu dirinya pernah ikut membully rubby.

Walaupun aletta pernah mendapatkan karma, tetapi itu tidak cukup buat menghilangkan trauma pada korban bully.

"By....." ucap aletta tetapi di potong oleh rubby.

"Tidak usah merasa bersalah. Karena dulu pernah membully gue. Bagaimana pun lo sudah memperbaiki semua nya dengan cara melindungi gue dari pembully itu ta," sela rubby dengan meneteskan air mata, walaupun aletta telah melindungi dirinya. Namun dirinya gak lupa dengan kejadian itu.

"Itu tidak cukup dengan apa yang lo rasain by," kata aletta dengan meneteskan air mata, rubby menoleh ke arah aletta dan mengusap air mata aletta.

"Manusia pasti mempunyai salah, jadi jangan merasa bersalah pada gue. Lagi pula gue udah lupa," kata rubby dengan belibet.

Aletta yang mendengar itu hanya bisa tersenyum, kalau dulu tau pembully akan berdampak besar terhadap sang korban, pasti aletta tidak akan melakukan itu.

"Maaf," lirih aletta dapat terdengar oleh rubby.

"Iya,"sahut rubby dengan tersenyum manis.

"Hujan sudah reda, ayo kita pulang," ajak rubby terhadap aletta.

"Ayo," ujar aletta yang menyetujuin apa yang di katakan oleh rubby.

Lalu mereka berdua berjalan meninggalkan halte bus, dengan wajah bahagia bercanda dan tawa seakan kejadian tadi tidak ada.

Gue harap lo kagak mengecewain gue ta.

Maaf, kalau sikap gue membuat lo trauma by.

Malam harinya telah tiba, dimana varo tengah duduk di meja belajar dengan melamun.

Flashback

"Sudah bunda katakan, jangan jatuh cinta sama rubby var,"  nasehat bunda pada anak nya.

"Kasih varo alesan nya, kenapa varo tidak boleh mencintai rubby," ucap varo dengan berkaca- kaca.

"Nanti juga kamu tau," ujar bunda pada varo.

"Bunda sudah mengatakan kalimat itu sejak taun lalu, dan sampai sekarang bunda belum kasih alasan yang jelas!" Ungkap varo yang muak dengan tingkah bunda nya.

"Karena waktu nya belum tepat var," kata bunda yang berharap anak nya mengerti.

"Bunda nyuruh varo untuk tidak jatuh cinta sama rubby, tapi bunda tidak kasih alesan nya," kata varo yang tak mengerti  dengan sikap bunda nya.

"Oke, bunda hanya bisa mengatakan ini saja. Setelah itu bunda mohon padamu agar kamu mengerti. Tentang masa lalu, kamu jangan tanya lagi tentang itu, karena waktu nya belum tepat untuk mengasih tau," ungkap bunda dengan mata berkaca- kaca, kemudian meninggalkan ruangan tersebut.

Flashback off.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang