Bab 14

9 1 0
                                    

Seperti biasa setelah pulang sekolah, rubby bakalan duduk di tepi danau, suasana di sana sangatlah tenang, disertai dengan angin yang bersepoi- sepoi tentu nya.

"Maaf danau, kemaren gue sakit maka gue kagak bisa datang di sini," lontar rubby yang mengutarakan apa yang ada di isi hati nya.

"Setiap gue datang ke sekolah, gue selalu mempersiapkan mental, batin dan lain- lain nya. Sebenarnya gue ingin pindah saja dari sekolahan itu, tapi di sekolahan baru akan terasa sama atau lebih parah lagi," curhat rubby dengan melihat ke arah danau.

"Kenapa setiap gue berteman selalu gagal, gak semua nya sih. Tapi kayak hampir semua melihat gue seolah- olah kalau gue itu makhluk yang paling menjijikan di muka bumi ini, soal nya kelihatan saja dari tingkah nya," sambung rubby dengan berkaca -kaca, tetapi rubby dapat menahan air mata nya agar tidak jatuh.

"Di tambah lagi dengan sikap gue yang aneh, buruk. Kata beberapa orang kalau gue tidak menjijik kan. Namun  menurut gue itu hanya kata- kata penenang saja, karena apa sikap orang ketika melihat gue kayak agak gimana gitu," ujar rubby dengan meneteskan air mata.

"Bahkan tak jarang ada orang yang ketus sama gue, terus kayak berbicara ngak enakan. Kayak njitrr lo bikin gue ovt," kata rubby dengan melihat sekeliling, dengan belibet.

Setelah itu rubby hanya diam saja, menatap ke arah depan. Rubby ingin sekali menyakiti dirinya sendiri.

Tak lama datang lah varo, lalu duduk di samping rubby. Lalu varo menoleh ke arah rubby yang tengah melamun.

"Kemana kemaren kok ngak kesini?" Tanya varo pada rubby, sontak rubby menoleh ke arah varo.

"Sakit," balas rubby dengan singkat.

"Udah gue bilangin, jangan main hujan tapi lo kalau di bilangi malah ngeyel, terus kalau sakit siapa yang susah," kata varo dengan perhatian pada rubby.

Namun rubby hanya diam saja, karena dirinya males buat ngomong pada varo.

"Boleh nyerah ngak?" Lirih rubby yang sudah berpikiran kacau, namun dapat di dengar sama varo.

"Jangan jadi pengecut karena menghindar dari masalah, lo harus melawan nya. Kalau lo seperti ini masalah bakalan datang terus -menerus tanpa henti," kata varo dengan menatap ke arah langit- langit.

Angin bersepoi- sepoi, membuat suasana di sana semakin tenang dan nikmat.

"Tapi menurut gue masalah terus berdatangan tanpa henti, dan entah sampai kapan masalah ini berakhir," ujar rubyy dengan menunduk kan kepala.

Varo yang mendengar langsung terdiam, benar apa yang di bilang oleh rubby, kalau masalah terus datang tanpa henti. Dan entah sampai kapan masalah ini berhentii.

Rubby hanya bisa mengembuskan nafas dengan kasar, lalu melihat ke atas langit -langit.

"Rasa nya gue ingin sempurna, dan betapa bahagia nya gue," tutur rubby dengan membayangkan betapa bahagia nya, kalau dirinya sempurna.

"Kesempurnaan hanya di miliki oleh tuhan saja, mustahil kalau ada manusia yang sempurna," nasehat varo dengan melihat ke depan, dan engan melihat ke arah rubby.

"Lo benar, dan gue sangat mengingin kan nya, pasti hidup gue bakalan banyak orang yang suka," ucap rubby yang sangat tidak masuk akal.

"Hush, udah ku bilangin lo jangan mendengarkan apa kata mereka, cukup bersikap bodoamat. Karena itu membuat lo makin hancur," saran varo dengan senyuman manis.

Rubby sontak terdiam dan mengingat sesuatu, bahwa masih ada orang yang sayang pada nya. Namun dirinya malah bersikap tidak sopan membuatnya maluu.

"Sumpah malu banget ege," lirih rubby dengan panik dan gelisah.

Seketika rubby bangkit dari tempat duduk nya, dan berjalan meninggalkan danau. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada varo.

Varo hanya menatap rubby dengan sekilas, lalu melihat ke arah depan dengan tatapan kosong.

Di perjalanan rubby hanya mengucap kalimat itu dengan terus- menerus, hingga rubby hampir kehilangan akal.

Sumpah malu banget ege, batin rubbt dengan gelisah, dan kalimat itu di ulang -ulang terus.

Keesokan hari nya dimana rubby tengah menatap ke arah depan dengan pikiran kacau. Hidup rubby terasa hampa dan ingin menghilang dari dunia ini.

Di tambah rubby merasakan sesak di dada nya, ingin sekali rubby curhat ke ibu nya. Tapi takut ibu nya tidak merespon sama sekali.

Tak lama aletta datang dengan gembira, lalu duduk di bangku nya. Kemudian menoleh ke arah rubby.

"Rubby lo tau gak?" Kata aletta dengan gembira.

Sontak rubby melihat ke arah aletta dengan senyum palsu, alasan nya karena  dirinya tengah tidak baik- baik saja.

"Gak, belum lo kasih tau, jadi mana gue tau!" Lontar rubby dengan menatap ke arah aletta.

"Tadi gue ketemu diaaa, wauuu bahagia sekali dedekkk," ujar aletta dengan semangat dan tersenyum bahagia.

Rubby yang mendengar itu hanya tersenyum saja, dirinya bingung gimana mau nanggapi.

"Wih selamatt," kata rubby dengan senyuman manis.

Di sisi lain ada elena yang tengah memperhatikan mereka berdua, dengan tatapan benci. Walaupun begitu rubby dapat melihat nya, dan mereka berdua sering Eye contacts.

Rubby yang melihat itu langsung was - was takut elana berbuat yang enggak - enggak.

Awas saja lo rubby, gue pastikan lo ngak punya teman lagi kayak dulu, batin elena dengan tatapan penuh kebencian.

Rubby yang melihat itu, hanya bisa mengembuskan nafas dengan kasar, mau heran tapi ya sudah lah.

Tak terasa sore hari telah tiba, dimana rubby tengah duduk di danau dengan tatapan kosong.

"Hampa, sepi, dan tak bahagia. Itu lah yang ku rasakan semenjak masuk di tahun ini," kata rubby dengan senyum miris, ia miris melihat nasib nya sekarang.

"Kalau waktu boleh di putar, dirinya ingin pergi ke masa kecil nya, dimana di sana penuh kehangatan, bahagia, dan senyum tidak palsu," sambung rubby dengan gemeter.

"Walaupun di masa kecil gue sering di bully, tapi masih ada kehangatan di masa kecil itu. Kehangatan itu adalah kasih sayang dari seorang kakak laki- laki,  sekarang menjadi cuek dan menjaga jarak," tutur rubby yang kehilangan keperan sang kakak laki- laki nya.

"Walaupun masih ada ibu dan bapak yang masih bisa memberikan kasih sayang, tapi gue juga masih mengingikan kasih sayang dari seorang kakak laki- laki. Gue iri melihat seorang adik perempuan mendapatkan kasih sayang dari kakak laki - laki nya, dan gue ber andai- andai bisa kayak gitu," ucap rubby dengan berkaca- kaca, dan menahan sesak.

"Bahkan gue pernah melakukan hal gila, yaitu ingin memiliki pacar agar bisa mendapatkan sosok kasih sayang dari laki-laki. Karena gue jarang mendapatkan kasih sayang dari bapak dan kakak laki- laki," ujar rubby dengan melihat ke arah depan, dengan sedikit belibet.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang