Bab 10

17 2 0
                                    

Aletta yang mendengar itu hanya bisa menahan emosi, perasaan rubby selalu salah mulu. Aletta yang mendengar saja capek, apalagi rubby yang jadi korban.

"Terus kenapa kalau rubby nonton upin ipin, yang penting kayak ganggu kalian. Gitu aja ribet," ketus aletta yang selalu membela rubby, rubby yang mendengar itu hanya diam saja, karena ia males debat sama orang kaya gitu.

"Seharus nya rubby tu nonton film yang agak dewasa kek, biar tingkahnya dewasa," kata anak buah elena yang membela elena.

"Maksud lo bo*** gitu, kayak tontonan lo pada!" Ucap aletta dengan bar- bar, membuat circle sebelah bungkam.

"Lagi pula nih, kalian juga  suka nonton sofian, marsha, dan lain- lain, itu bukan nya film bocil ya. Kok kalian malah ngatain orang lain, sedangkan kalian sendiri juga melakukan," ujar aletta yang muak dengan circle sebelah yang selalu senggol rubby mulu.

Mentang-mentang rubby kagak lawan, bukan berarti rubby lemah, dan bisa kalian hina- hina gitu.

"Jangan mentang- mentang aletta membela lo, lo jadi seenak nya rubby," ancam elena yang selalu kalah telak, sama mantan teman nya itu.

"Maksud lo ngancem rubby buat apa?, biar keren gitu!, cih kesan nya kayak norak tau gak?. Rubby diam saja karena dia males menghadapi orang kalian," tegur aletta pada elena, yang sudah muak melihat elena yang selalu berulah.

"Dari pada cari masalah sama rubby, mending sini minta maaf sama dia. Terus kita temenan gitu kan enak di lihat, dari pada harus iri melihat orang lain. Dan menghibah sana sini, kan ribet nambah dosa, yakan," nasehat aletta yang ingin membuat elena berubah menjadi baik.

"Ogah banget gue," tolak elena kemudian pergi dari kelas, dan di ikuti dengan circle nya.

Rubby yang melihat itu hanya diam saja, karena dirinya males harus debat sama orang kayak elena.

"Kenapa lo kagak lawan elena?" Kata aletta dengan melihat ke arah rubby.

"Percuma lawan sama dia, orang dia saja teman nya sekelas, sedangkan gue sendiri. Yang pasti kalah lah, dari pada ngurusi orang yang gak penting, mending nonton upin ipin saja," sahut rubby dengan santai.

"Apa gak capek diam saja?" Tanya aletta pada rubby.

"Ya capek lah,  tapi gimana lagi. Orang kayak dia harus di apain biar bisa diam tu mulut," balas rubby dengan nada rendah.

"Kalau seandainya mereka tidak temanan sama elena, pasti elena bakalan bernasib sama," sambung rubby dengan melihat ke depan.

"Kok bisa mereka tidak mau temanan sama gue, sejak awal masuk kelas ini coba," ujar rubby dengan heran pada cewek- cewek sekelas nya.

"Karena mereka di hasut, kalau saja tidak di hasut pasti mereka bakalan mau temanan sama lo," ungkap aletta dengan sebenarnya, sebenarnya aletta dulu juga kena hasut salah satu dari circle itu, namun aletta hanya diam saja dan tidak menyublin nya.

Rubby yang mendengar itu tentu saja terkejut, dirinya kira kalau dirinya tidak memiliki teman karena sikap nya yang buruk, ternyata salah besar.

"Jangan boong, gue tau kalau mereka tidak mau temanan sama gue karena jelek plus aku tidak pintar," kata rubby dengan gemeter, seakan tak percaya dengan fakta ini.

"Yang lo katakan emang benar, tapi mereka juga tidak mau temanan sama lo karena di hasut juga," ungkap aletta dengan serius, bahkan tidak ada nada bercanda sama sekali.

Rubby yang mendengar itu langsung terdiam, lalu menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.

Emang bener nya, seharus nya kita tidak perlu mencari tau apa yang belum kita ketaui, karena bisa jadi itu sebuah fakta yang menyakitkan, batin rubby dengan pikir kacau, dan hancur.

Bell pulang sekolah telah tiba, dimana semua murid berbondong- bondong untuk pulang.

Sekarang rubby telah ada di danau, dengan tatapan kosong, disertai juga dengan pikiran kacau.

"GUE BENCI TAKDIR INI!"

"KENAPA GUE TIDAK SEBERUNTUNG ORANG LAIN!"

"APA KELEBIHAN GUE SEKARANG!, YANG GUE TAU HANYA KEKURANGAN YANG BEGITU BANYAK!"

"KENAPA HIDUP GUE SEPERTI DI NERAKA, DARI SEJAK KECIL!"

"GUE PIKIR SAAT GUE UDAH DEWASA GUE BAKALAN MENDAPATKAN TEMAN YANG BENARAN TEMAN!, NAMUN NYATA NYA ITU HANYALAH ANGAN- ANGAN SAJA!"

"ANGAN - ANGAN KU SEJAK KECIL BEGITU INDAH, NAMUN TIDAK TERWUJUD KAN!"

"KALAU TAU ENDING NYA KAYAK NGINI, MENDING GUE TIDAK USAH DILAHIRKAN!"

"GUE BENCI DUNIA, GUE BENCI PADA MANUSIA, GUE BENCI TAKDIR INI!"

"GUE HAMPIR KEHILANGAN KEWARASAN GUE GARA-GARA INI SEMUA!"

"BAHKAN GUE SELALU HALU UNTUK MENCARI KEBAHAGIAN SANA, NAMUN KARENA GUE SERING HALU . GUE SAMPAI TIDAK BISA MEMBEDAKAN DUNIA NYATA SAMA DUNIA IMAJINASI!"

"SEMUA TEKANAN YANG DI BERIKAN OLEH ORANG, MEMBUAT GUE HANCUR!"

"APAKAH GUE KAGAK LAYAK UNTUK BAHAGIA HAH!"

Teriak rubby yang mengeluarkan semua isi hati nya, yang selama ini ia pendam. Tanpa rubby sadari bahwa rubby mengalirkan air mata.

"GUE TAU KALAU GUE KAGAK CANTIK!, MAKA NYA GUE TIDAK DI HARGAI!"

"GUE TAU GUE KAGAK PINTAR!"

"GUE TAU GUE SELALU BERSIKAP ANEH, KEKANAK- KANAKAN, TIDAK BISA DEWASA. MAKA NYA SEMUA ORANG MENJAUH!"

"GUE TAU KALAU GUE KAGAK ASIK, SUKA TIDAK NYAMBUNG, NGOMONG NGAK JELAS, SELALU BERLIBET!, MAKA NYA GUE SELALU DI JAUHIN KARENA BANYAK KEKURANGAN KU!"

Teriak rubby dengan tangisan yang deras, tak lama hujan turun bersamaan dengan petir.

Itu tidak membuat rubby takut, malahan rubby sangat menikmati hujan itu.

Makin lama hujan nya makin lebat, dan petir yang mengelegar di langit- langit, namun rubby hanya diam saja di sana.

Suasana di danau begitu indah, tenang dan damai, menurut rubby ini pengalaman rubby yang paling ber kesan dari semua pengalaman nya.

Tak lama air hujan tidak mengenai tubuh rubby, membuat rubby melihat ke atas dan ternyata ada payung di nya.

Dan payung itu di bawakan oleh varo, tentu saja rubby terkejut melihat nya. Varo pun jongkok di dekat rubby.

"Seberat itu kah hidup mu, sampai tidak mau meneduh," ucap varo dengan melihat ke arah rubby, yang tengah basah kuyup.

"Lo dengar semua nya?" Tanya rubby dengan suara serak, dan kedinginan.

"Gue emang tidak mendengar apa yang lo katakan tadi, tapi gue lihat lo yang tengah hujan- hujanan tanpa mau meneduh, membuat gue berfikir kalau lo tengah di terjang masalah yang berat," jawab varo dengan menatap ke arah rubby.

"Lo jangan menyakiti hidup lo sendiri," nasehat varo dengan melihat ke arah rubby.

"Gue jelek? Gue emang gak jelas, dan jelek, maka nya gue tidak pantes buat hidup layak kayak orang lain," ungkap rubby dengan melihat ke arah depan.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang