Bab 57

3 1 0
                                    

Ternyata itu notif dari pacarnya, lalu chellsy membalas notif itu.

"Gue pulang dulu ya sa, pacar gue sudah jemput nih," pamit chellsy kepada angkasa.

"Iya chel," kata angkasa terhadap chellsy.

Kemudian chellsy beranjak dari tempat duduk nya, dan meninggalkan kantin tersebut.

Di mobil ada chellsy dan pacar chellsy yang tengah melontarkan candaan, dan berbicara tentang hal random.

"Lo serius by?, mau pulang ke indonesia?" Tanya pacar chellsy terhadap chellsy.

"Iya var, gue serius. Lagi pula sejak gue masuk kuliah dan lulus kuliah gue belum pernah pulang di indonesia. Pasti keluarga dan aletta kangen kepada gue," balas chellsy dengan santainya.

"Lagi pula, gue sudah cukup buat menata mental gue. Walaupun gak sepenuhnya, tapi mental gue pulih dengan perlahan, namun masih membekas," sambung chellsy dengan sedikit belibet.

Varo yang mendengar itu hanya menganggukan kepala, dan fokus menyetir. Oh iya awal mula varo nembak chellsy saat hari kelulus nya.

Mereka  pacaran tanpa di ketahui oleh keluarga mereka berdua, lagi pula kalau mereka memberitau keluarga nya. Pasti keluarga nya menentang keras, terutama bunda varo.

Jangan kan pacaran, mereka tidak tau kalau varo dan rubby satu kampus dan satu kota.

"Kalau besok sudah sampai di indonesia, jangan lupa kabarin gue yaa," ucap varo kepada chellsy.

"Siap beb, gue akan ngabarin lo," kata chellsy dengan ceriaan, keceriaan chellsy tidak pudar.

Namun ada di saat-saat menentu keceriaan, chellsy pudar. Namun angkasa dan varo hanya memaklumi nya, serta berusaha mengembalikan ke ceriaan chellsy  kembali.

"Var," panggil chellsy terhadap varo.

"Kenapa yang?" Tanya varo dengan sekilas melihat ke arah chellsy, lalu berfokus menyetir.

"Lo masih ingatkan?, apa yang gue katakan beberapa tahun lalu?" Balas chellsy dengan muka cemberut.

"Yang mana ya?, gue lupa ay," tanya varo terhadap chellsy.

"Jangan cintai gue sepenuhnya, kasih ruang buat wanita di masa depan lo var," jawab chellsy dengan menahan nangis.

Sontak varo terdiam, dan berusaha untuk fokus menyetir. Karena mereka masih berada di jalan raya, takut terjadi apa-apa kalau dirinya telendor.

"Kenapa berkata seperti itu by?" Tanya varo dengan nada dingin, chellsy yang mendengar tentu saja ketakutan.

"Karena kita tidak tau, gimana masa depan kita var. Gue takut lo terbayang- bayang dengan gue var,"jawab chellsy dengan jujur.

"Gue takut, masa depan lo hancur var. Gue gak mau itu terjadi," sambung chellsy terhadap varo.

"Gue ingin melihat, lo mengandeng anak perempuan yang sangat cantik, mirip seperti lo. Dengan wanita yang lo cintai di masa depan var," lanjut chellsy dengan menahan air mata.

"Terus anak perempuan itu memanggil lo dengan sebutan' ayah atau papa', terus lo tersenyum memandang gadis kecil itu var," sambung chellsy dengan melihat ke atas, agar air mata ini tidak jatuh.

Varo yang mendengar kalimat akhir itu, langsung melihat ke arah rubby yang tengah menahan air mata.

Dengan cepat, varo menghentikan mobil ke pinggir jalan. Lalu melihat ke arah rubby dengan tatapan dalam.

"Jangan ngomong seperti itu, kita di masa depan bakalan menikah dan mengandeng tangan putri kecil kita," tutur varo dengan tatapan dalam ke arah rubby.

"Gue yakin, kita bakalan menikah di masa depan. Dan yang ada di hati ku cuman ada lo doang rubby chellsy zamora," sambung varo dengan memeluk rubby.

"Tidak ada wanita lain yang ada di hati gue by, gue pastikan itu," lanjut varo dengan berbisik.

Rubby yang mendengar itu, cuman terdiam saja. Dengan memandang ke arah depan.

Semoga yang lo katakan benar var, gue takut kalau kita gak berjodoh, batin rubby dengan tatapan kosong.

Malam harinya telah tiba, dimana chellsy tengah mengemasi baju, celana, dan barang-barang yang bakalan ia bawa ke indonesia.

3 jam pun berlalu, setelah chellsy mengemasi barang- barang, chellsy pun berngegas untuk tidur.

Di alam mimpi.

Brak!.

"Kita butuh uang mass!, tapi lo malah gak kasih kita uang!" Pekik ibu rubby yang teriak kepada bapak rubby, ibu rubby capek harus menafkahi anak- anak nya.

Bukan ibu rubby gak ikhlas, tapi kalian bayangin mereka punya bapak, tapi gak mengasih nafkah ke anak nya sendiri.

"LO LUPA KALAU RUMAH INI DI BANGUN DARI DUET GUE!" Teriak bapak yang gak mau ngalah kepada istri nya.

"TAPI LO CUMAN KASIH SETENGAH NYA, JANGAN PALING SYOK BERJASA!. KARENA KEBUTUHAN RUMAH GUE PAKAI UANG GUE BANJINGAN!" Teriak ibu yang sudah capek terhadap suami nya.

"Oke, baliki semua uang gue!"ketus bapak dengan santai, berbeda dengan keadaan ibu yang sudah merah- merah.

"Oke, gue bakalan baliki uang lo bajingan!" Teriak ibu, lalu berjalan meninggalkan ruang tamu.

Di sisi lain ada rubby yang melihat pertengkaran mereka, hanya bisa mengepalkan tangan nya sendiri.

Sambil menatap ke depan dengan tatapan kosong, di sertai dengan sakit hati.

"Ini kenapa gue benci, kalau ada orang yang bilang, kalau gue itu cemara. Dan banyak orang yang menginginkan keluarga seperti keluarga gue. Padahal asli nya gak secemara yang  orang-orang bilang," ungkap rubby dengan belibet, dan susah untuk mengungkapkan isi hati ku.

"Lengkap bukan berarti cemara, dan orang kira kalau gue itu gak bersyukur mempunyai keluarga ini!" Sambung rubby dengan tatapan kosong.

Setelah itu rubby meninggalkan tempat tadi, dan berjalan menuju ke kamarnya.

Pagi harinya telah tiba dimana, rubby tengah berada di ruang keluarga. Tiba- tiba ibu dan bapak berantem lagi, lagi- lagi tentang ekonomi.

Rubby hanya diam saja, ia tak bisa bantu apa- apa.

"LO CUMAN BISA BUAT ANAK SAJA!, DAN GAK MAU NAFKAHIN. BAPAK MACAM LO HAH!" Teriak ibu yang sudah steress memikirkan biaya- biaya anak- anak sekolah.

Apalagi kebutuhan makin hari makin naik, belum lagi biaya listrik dan lain-lain nya.

"LO GAK TAU MAKASIH BANGET YAA!, INI KASIH SAMA TUHAN!" Teriak bapak makin membuat rubby muak.

"GUE TAU INI YANG DI KASIH SAMA TUHAN, TAPI LO JUGA YANG BUAT GUE HAMIL, MAKA NYA ADA ANAK- ANAK INI!, SEHARUS NYA LO SEBAGAI LAKI PIKIR DIKIT BUAT KEBUTUHAN KITA!" Pekik ibu yang sudah pusing tentang biaya pengeluaran yang makin banyak.

Di sisi lain, rubby berjalan meninggalkan ruang keluarga, dan menuju ke kamar rubby sambil mendengarkan lagu galau.

Rubby sudah tak kuat mendengarkan teriakan dari kedua orang tua nya, seharus nya dirinya gak usah di rumah saja di hari ini.

Namun sudah takdir berkata lain, membuat rubby harus mendengarkan pertengkaran mereka.

Semakin yakin buat tidak menikah, gue takut salah pasangan, batin rubby dengan menatap ke arah depan.

Gue sudah kehilangan peran dari seorang ayah, apakah gue bakalan beruntung mendapatkan lelaki baik hm, batin rubby.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang