Bab 42

3 1 0
                                    

Dan tau tentang pertemanan mereka, mereka sudah pernah tidur bareng. Dan lain- lain nya.

Banyak yang iri dengan persahabatan mereka, bahkan saya sebagai penulis nya juga iri.

Sekarang mereka tengah berada di lapangan sebab di hukum, karena telat bareng. Walaupun mereka tidak berangkat bareng namun mereka telat bareng.

Aneh bukan, tapi ini takdir. Jadi tak bisa kita ubahnya.

Di barisan mereka bersampingan, mereka mendengarkan apa yang di kata kan oleh guru.

"Buset kenapa kita bisa telat bareng ya," bisik rubby terhadap aletta, yang berada di samping nya.

"Jodoh maybe," kata aletta dengan mengedipkan mata terhadap rubby.

Rubby yang mendengar itu langsung merinding banget, rubby tak habis pikir dengan aletta yang bersikap centil seperti ini.

"Gue masih normal ege," ujar rubby yang sedikit was-was, takutnya aletta belok.

"Gue juga ege," sahut aletta terhadap rubby.

Kemudian mereka mendengarkan apa yang di katakan oleh guru itu, cukup malu yang ia rasakan. Karena harus di tonton oleh beberapa siswi.

Saat rubby menoleh ke samping ternyata ada teman circle elena yang resek, kecuali elena.

Karena elena tengah gak masuk sekolah, semenjak kelas 11 elena sudah jarang masuk sekolah bikin rubby senang, tapi ada circle elena yang membuat rubby enek.

Dengan cepat rubby membuang pandangan.

Lalu mereka melaksanakan hukuman mereka.

Tak terasa mereka sudah menyelesaikan hukuman ini, lalu rubby dan aletta duduk di bangku kelas mereka.

"Gak nyangka bentar lagi kita kelas 12 lalu lulus dari sekolah ini, dan kita setelah itu kita gak bakalan ketemu lagi karena kita beda tujuan," kata aletta dengan bersedih karena tak asing sama rubby.

Aletta sempat menyesal dulu tak berkenalan dulu sama rubby, kenapa dulu harus berkenalan sama elena.

Namun dirinya juga kangen sama elena,  karena semenjak kejadian itu dirinya sudah jauh dari elena. Tetapi dirinya bersyukur bisa berteman dengan elena.

Walaupun sikap elena jelek, belum tentu hati elena jelek. Hati elena jelek karena iri sama rubby yang mengira kalau hidup rubby enak dan iri dengan rubby dari segi apapun.

Kalau aletta bisa milih mending berteman sama siapa? tentu aletta milih  rubby. Mau bagaimana sikap rubby aletta tetap nyaman dengan rubby.

Karena rubby setulus itu berteman dengan nya, dan ada beberapa hal yang bikin aletta ingin berteman dengan rubby.

Walaupun rubby tulus. Elena juga tulus bertemannya namun ada beberapa hal aletta tak suka dengan sikap elena yang membuat aletta tidak berteman sama elena.

"Kau jangan seperti ini aletta, walaupun kita beda tujuan. Bukan berarti kita asing, kita masih bisa chating atau vidio call," nasehat rubby yang tak suka kalau aletta sedih perihal ini.

"Emangnya lo gak takut?" Tanya aletta terhadap rubby.

"Yang bilang gak takut siapa?, gue takut masa itu datang. Masa dimana kita harus fokus ke masa depan dan satu sama lain melupakan kalau kita pernah menjadi teman," sahut rubby dengan menatap ke arah aletta.

"Jadi lo jangan bersedih, nikmati masa dimana kita masih bisa bersama," ujar rubby lalu membuka hp nya.

Aletta yang mendengar itu hanya diam saja, lalu menatap ke arah wajah rubby yang sangat cantik.

Pantes elena iri terhadap rubby, ternyata wajah rubby cantik dan menarik kalau di perhatikan dengan terus-terusan, batin aletta yang kagum dengan muka rubby yang sangat cantik.

Rubby yang menyadari bahwa aletta tentah melihatnya langsung menoleh ke arah aletta.

"Napa lo?, naksir?. Biasa gue gampang di taksirin sama cewek!" Ucap rubby dengan datar, karena ia tak suka kalau ada cewek yang naksir dengan nya.

Aletta yang mendengar itu langsung melihat ke arah rubby dengan datar.

"Pede kali loh, gue masih normal yaa," sahut aletta terhadap rubby.

Setelah itu mereka terdiam, aletta tengah memikirkan sesuatu yang menganjal di hatinya.

"Salah gak kalau kita mencintai seseorang?" Tanya aletta dengan dadakan.

"Gak, emangnya kenapa?" Sahut rubby yang tertarik dengan topik ini.

"Boleh gak kalau kita menyalahkan perasaan ini?" Kata aletta dengan polos nya.

"Ini menurut gue sendiri ya ta, tapi aku takut ngasih jawaban yang salah," ujar rubby dengan was- was karena ia takut salah memberikan jawaban.

"Setau gue, karena gue tanya sama teman gue. Gak karena kita berhak mencintai atau memiliki rasa suka terhadap lawan jenis, ya kalau sesama jenis yang di tanya lah, karena mana mungkin lo suka sama sesama jenis," sambung rubby dengan sedikit bercandaa.

Aletta yang mendengar kalimat terakhir langsung menatap rubby dengan datar.

"Tapi cinta tumbuh dengan sendiri nya, dan gak tau nya gue suka sama dia. Padahal yang jelas- jelas gue kagak ada pikiran buat suka sama dia. Dan gue pikir gue bakalan suka sama teman nya, dan ternyata salah,karena gue suka sama diaa," sahut aletta yang merasa aneh dengan hatinya.

Rubby yang mendengar itu tentu saja pusing, alesan kenapa dirinya ingin jomblo agar dirinya gak repot- repot memikirkan cinta- cintaan, tapi nyata ia harus ke seret ke cintaan teman nya.

"Mana gue tau, gue saja kagak pernah jatuh cinta," kata rubby dengan sepenuh nya boong, karena rubby emang gak tau sepenuhnya tentang cinta.

"Gue males berpikir dengan cinta- cintaan, karena gue kagak pandai dalam mencintai orang lain," sambung rubby dengan sejujurnya, karena dirinya beneran tak tau masalah cintaan.

Kayaknya habis sekolah rubby harus mempelajari tentang cinta- cintaan, biar rubby tau tentang kisah cintaa.

"Bentar lagi ujian kenaikan kelas,"ujar aletta dengan menatap ke arah depan.

"Dan gue masih gini- gini saja, gue takut nanti gue gak masuk ke kampus impian gue," sahut rubby yang sangat ingin masuk kampus impian.

"Semoga kamu masuk ke kampus impian mu, dan aku masuk masuk ke kampus impian ku," tutur aletta dengan menahan sesak di dada.

Boong kalau aletta gak merasa sakit, karena bentar lagi mereka sudah tak bisa bersama lagi, karena mengejar impian masing- masing.

Rasa nya aletta ingin egois, dan berharap kalau waktu jangan cepat berlalu.

Aletta ingin seperti ini selama- lama nya, ia ingin bersama dengan rubby sampai nanti.

"Aamiin," ucap rubby yang ingin cepat- cepat masuk kampus impian, dan kecapai cita- cita nya jadi dokter.  Dan dimana ibu dan bapak rubby  dengan bangga  melihat anaknya yang telah berhasil mengraih mimpi nya.

Rubby tau kalau mengangkat derajat orang tua gak semudah itu, tapi rubby yakin bahwa ia bisa mengangkat derajat orang tua nya.

Dan orang tua nya berkata seperti' di anak ku, rubby yang telah menjadi dokter. Dan menjadi penulis buku yang telah kalian baca'.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang