Bab 41

2 1 0
                                        

Bahkan kalau ada orang yang selalu menghargai keberadaan nya.

Karena selama ini ia tak pernah di hargai?, di lingkungan sekolah dan rumah. Bahkan rubby selalu di campakan, tak di dengar, keberhasilan nya tak pernah di hargaii.

Karena mereka hanya tau kalau rubby salah, semua yang rubby kerjakan selalu salah!.

Bahkan saat rubby tak bisa ini, atau bertanya soal ini rubby selalu di tertawakan?, tapi kalau mereka bertanya dan tak bisa hanya di makhlumi.

Sungguh adil bukan?, sampai rubby ingin tertawa keras di kehidupan nya.

Boleh gak sih, rubby teriak sekencang mungkin kalau rubby cape!.

Tapi mereka pasti memikir kalau rubby alay, manja dan berisik. Maka nya rubby hanya diam saja, dan memedam rasa sakit ini sampai kewarasaan rubby hampir ilang.

Rubby tau kalau di dunia ini yang skit bukan cuman rubby, saja dan rubby sekali nya sakit selalu berisik.

Tapi mereka bisa gak sih, gertiin rubby yang mempertahankan kewarasan nya demi mereka.

Agar rubby tak di ejek karena kewarasaan rubby yang hampir hilang gara-gara mereka.

Banyak sekali orang berkomentar tentang rubby, dengan senang hati rubby terima. Bahkan rubby lakuin tapi apa balasan nya?, rubby selalu salah di mata orang.

Salah rubby juga sih, kenapa harus mendengar ucapan orang yang selalu menilai kalau rubby selalu salah.

Seharus nya rubby seharus nya cuman, mendengar yang baik mengenai nya.

"Kalau seandainya gue tidur dan gak bangun, bangun kayak nya seru ya," gumam rubby yang sudah kacau pikiran nya.

Aletta hanya diam saja, ia tak menyangka kalau rubby bisa melontarkan kalimat itu.

"Tapi masih ada keinginan ku, yang harus ku perjuangkan," sambung rubby dengan santai.

"Setrauma itu kah kamu rubby?" Tanya aletta dengan penasaran.

"Hmm, bahkan hidup ku tidak pernah tenang sejak dulu. Karena trauma mendampingi ku, sekarang gue terbiasa trauma dari sekolah, masyarakat, orang tua dan lain-lain nya," sahut rubby dengan jujur.

Kalau boleh minta, gue ingin tidur dengan tenang tanpa harus di hantui oleh trauma ini, batin rubby yang pikiran nya sudah kacau.

"Maka dari itu gue menarik diri dari masyarakat, namun gue tetap mencoba ramah agar mendapatkan teman, namun gue malah mendapatkan ini semua. Andai saja gue tau kalau sekolah semenggerikan ini gue memilih untuk tidak sekolah saja, namun ada masih orang tua nya yang menunggu ku, dan melihat diriku berdiri di kaki sendiri disertai kesukses nya dunia dan akhirat," sambung rubby dengan kepala yang pusing.

"Tetapi gue banyak mengecewakan ibu gue sejak dulu, apakah gue bisa sukses dari segi mana pun?. Gue menyesal, andai gue bisa meminta maaf tanpa gengsi, gue akan selalu meminta maaf setiap detik kepada ibu ku," lanjut rubby yang mencurahkan isi hati nya.

Rubby terdiam lalu menelan air ludahnya sendiri sebentar.

"Dan gue ingin mengabadikan ibu gue di sebuah buku, dan buku itu bakalan di baca oleh semua orang agar mereka tau. Seberapa kuat ibu gue menghadapi anak seperti gue, anak yang selalu bikin sakit hati, selalu bikin beliau kecewa," ucap rubby dengan meneteskan air mata.

Di sisi lain aletta yang mendengar itu hanya terdiam, menangis. Ia tak kuat mendengar apa yang di katakan oleh rubby.

Bell pulang sekolah telah tiba, dimana rubby masih berada di kelas sambil melihat seberapa banyak orang yang membaca novel nya.

Rubby hanya mengehembuskan nafas, lalu ia menatap ke arah depan.

"Gue harus apa?, agar gue sukses. Apa gue mendirikan sebuah brand, atau bisnis ya?" Tanya rubby yang mempunyai keinginan menjadi pembisnis.

Jangan heran kenapa rubby selalu berubah-rubah, tentang keinginan nya, Karena rubby plin-plan.

Menjadi penulis adalah keinginan nya, tapi menjadi pembisnis juga keinginan nya, apalagi menjadi dokter juga keinginan nya yang sudah ia inginkan sejak dulu. Bersekolah luar negeri adalah impian nya sejak remaja, agar bisa jauh dari orang tua maupun orang yang membuat rubby trauma.

"Terus bisnis apa?, apakah gue punya modal?, tentu saja tidak," kata rubby yang bertanya sendiri dan menjawab sendiri.

Di sisi lain ada kenzo dan varo yang berada di ruang keluarga, tak hanya mereka saja. Disana sudah ada bunda dan ayah.

"Kenzo kamu mau melanjutkan kemana?" Tanya bunda terhadap anak sulungnya.

"Di sekitar sini saja mah," jawab kenzo dengan menampilkan senyum manis.

"Kalau kamu varo?, mau lanjut kemana?" Tanya bunda terhadap anak bungsu nya.

"Luar negeri bun," sahut varo mampu membuat mereka terdiam.

"Alasan nya apa varo?" Kata bunda dengan rasa sedih karena anaknya bakalan meninggalkan negara ini.

"Agar aku bisa move on sama rubby bun, lagi pula bang kenzo sama rubby bakalan menikah. Jadi bukan apa aku ada di sini bun, lebih baik aku keluar negeri," sahut varo dengan apa ada nya.

Mereka yang mendengar itu tentu saja sedih, karena bagaimana pun mereka tetap menyayangi varo.

"Kalau itu pilihan terbaik kamu, bunda dukung kamu nak," kata bunda terhadap varo.

Varo hanya diam saja, lalu menatap ke arah keluarga dan bangkit dari tempat duduk nya dan berjalan meninggalkan ruangan itu.

Karena varo tak mau mereka menatap nya dengan iba.

Di sisi lain ada aletta dan rubby yang tengah berlarian di sekitar sekolah dengan penuh tawa, bahkan ada beberapa orang yang melihat ke arah rubby dan aletta yang begitu seru pertemanan mereka.

"Aletta jangan mendekat woy!" Teriak rubby dengan kencang.

Namun aletta tetap diam mengejar rubby, dengan tertawa. Karena rubby begitu lucu kalau lagi seperti ini.

Karena rubby kalau lari seperti anak kecil, jadi aletta merasa ingin melindungi anak kecil ini.

Hahahahahaha.

Hahahahhahahaha.

Hahahahahahaha.

Tawa mereka berdua yang mengema di gedung sekolah, mereka buat orang iri melihat pertemanan seperti mereka.

Bahkan mereka tanpa seperti pertemanan yang sangat lama, nyata nya tidak.

Mereka sengaja tidak cepat- cepat pulang, karena mereka males berada di rumah.

"Rubby jangan lari kauu!" Pekik aletta yang masih mengejar rubby.

Namun rubby hanya berlari sekuat tenaga agar bisa menghindar dari kejaran aletta.

Jika masa ini sudah usai, gue harap kita masih bisa berteman seperti ini. Jangan asing yaa.

Gue harap pertemanan ini jangan sampai bubar yaa.

Kita memang beda tujuan, bukan berarti kita harus asing, kita harap kita masih seperti ini walaupun berbeda tujuan.

Beberapa hari telah berlalu, rubby dan aletta sudah seperti kembaran yang kemana- mana harus bersama, bahkan kembar yang ada di kelas mereka pun kalah.

Sebenarnya sudah dari dulu mereka akrab banget, bahkan orang tua mereka sudah saling kenal.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang