Bab 49

1 1 0
                                    

Hush.

"Sampai kapan gue harus bersikap kayak gini, agar bisa menghindar dari keluarga terus-menerus," ujar chellsy yang capek karena harus terus- menerus menghindar dari keluarga nya.

"Gue capek di teror sama mereka, karena sejak awal kuliah di sini gue tak pernah pulang kerumah, atau vidio call sama mereka. Seakan kita lost contac," sambung chellsy yang sangat lelah batin dan mental.

"Tapi kalau sama mereka, gue akan lebih lelah batin dan mental. Dan gue berusaha untuk tidak benci sama keluarga sendiri," lanjut chellsy dengan mata berkaca-kaca.

Chellsy hanya bisa menatap ke arah mereka dengan tatapan kesedihan yang sangat dalam.

Setengah jam berlalu, chellsy masih berada di tempat yang sama. Bahkan mata chellsy sampai bengkak.

Tak lama angkasa datang ke rooftop, dengan muka panik akan keadaan chellsy. Dengan perlahan angkasa mendekat ke arah chellsy.

Chellsy pasti tengah ke siksa batin, karena sangat rindu dengan keluarga nya. Namun ingin menghindar dari keluarga, tapi kalau chellsy ketemu dengan keluarga. chellsy bakalan tambah ke siksa batin, batin angkasa dengan merasa iba terhadap chellsy.

"Chellsy," panggil angkasa terhadap chellsy.

"Kenapa sa?" Tanya chellsy dengan cepat- cepat menghapus air mata nya.

"Lo lagi sedih?" Balas angkasa terhadap chellsy.

"Gak, siapa bilang kalau gue lagi sedih hah?. Jangan ngarang deh," ujar chellsy yang menyembuyikan kesedihan di depan angkasa.

"Mau seberapa rapatnya lo menyembuyikan kesedihan itu, gue bakalan tau kalau lo sedih chel. Gue gak sebodoh itu chel," sahut angkasa dengan memeluk chellsy.

Chellsy yang di peluk oleh angkasa hanya bisa meneteskan air mata, chellsy sangat benci sama keluarga, terutama takdirnya yang selalu tak beruntung.

"Gue ingin nyerah sa, gue udah gak kuat. Gue capek harus berpura- pura bahagia padahal aslinya tidak," ungkap chellsy terhadap angkasa.

"Sabarr chel, gue tau lo perempuan yang kuat. Gue tau lo bisa melewati semua ini," kata angkasa dengan menyemagati chellsy.

"Lo harus tunjukin ke dunia, kalau lo bisa melewati ini semua. Lo harus kuat chel," sambung angkasa dengan berasa iba.

"Gue kagak bisa sa, gue capek. Ingin menyerah saja dari dunia ini, kapan gue di jemput sama tuhan, gue ingin tidur di tanah saja," ucap chellsy  dengan kehilangan akal.

Angkasa yang mendengar itu, langsung memeluk erat chellsy dengan erat. Seakan menyalurkan semangat ke arah chellsy.

"Syutt, lo gak boleh berkata seperti itu. Gue ada di belakang lo. Gue bakalan dukung apa yang lakukan, gue bakalan menyayangi lo seperti gue menyayangi keluarga sendiri," tutur angkasa dengan kasih sayang.

Andai lo tau chel, lo itu berharga bagi gue. Dan gue sakit hati saat mendengar tentang lo ingin meninggal dunia karena tak kuat menghadapi dunia yang begitu tak adil ini, batin angkasa yang tak rela kalau chellsy mau mengakhiri hidupnya.

Keesokan harinya telah tiba, dimana chellsy tengah duduk di cafe dekat kampusnya. Chellsy sekarang lagi menunggu angkasa yang tengah latihan.

Chellsy begitu menikmati makanan itu, dengan lahap. Bahkan chellsy tak peduli dengan orang yang melihatnya itu.

Saat chellsy asik-asik makan, tiba- tiba ada orang yang bersuara, membuat chellsy menghentikan makan nya.

"Saya boleh duduk di sini?" Tanya orang itu terhadap chellsy.

"Oh boleh," balas chellsy dengan melihat ke arah orang yang tengah bertanya kepada nya.

Deg

Chellsy terkejut melihat orang yang ada di depan nya, sedangkan orang itu juga terkejut melihat chellsy.

"Varo/rubby," kata mereka dengan bersama.

Sontak chellsy memeluk varo dengan erat, sambil meneteskan air mata. Begitu juga dengan varo yang memeluk chellsy dengan erat, dan meneteskan air mata.

"Gue kangen sama lo rubby chellsy zamora," bisik varo yang tepat di dekat telinga rubby.

Chellsy/ rubby hanya menganggukan kepala saja, ia juga kangen sama varo.

Flashback

Setelah dokter menangani rubby, dokter itu pun keluar dari ruang ICU. Lalu menatap ke arah semua orang yang berada di sana, sontak semua orang mendekat ke arah dokter itu.

"DOKTER GIMANA KEADAAN RUBBY DOK?" Tanya aletta yang khawatir dengan keadaan rubby.

"Dokter gimana keadaan anak saya?" Tanya ibu rubby yang khawatir terhadap rubby.

"Dokter gimana keadaan rubby?" Tanya varo kepada dokter itu, dengan kondisi berantakan.

"Dokter gimana keadaan zamora?" Tanya kenzo terhadap dokter itu, yang khawatir dengan keadaan rubby.

"Keadaan pasien kritis, karena banyak pecahan kaca yang mengenai pasien disertai dengan benturan yang ada di  tubuh pasien, membuat pasien kritis," jawab dokter itu yang terlihat raut wajah yang sedih.

"Kemukinan kecil pasien bisa selamat," smabung dokter itu terhadap semua orang.

Orang-orang yang ada di sana hanya bisa pasrah saja, di sertai dengan berdoa agar rubby bisa selamat.

"Apakah ada cara agar zamora bisa selamat?" Tanya kenzo terhadap dokter itu.

"Ada, tapi saya gak yakin kalau pasien bisa selamat," sahut dokter itu yang ragu.

"Saya akan bayar anda, berapa pun anda mau. Kalau ada bisa menyembuhkan zamora," lontar kenzo dengan serius.

Dokter itu hanya menganggukan kepala, terhadap kenzo.

"Kalau gitu saya pamit dulu," pamit dokter dengan berjalan meninggalkan mereka semua.

Tak lama perawat keluar dari ruang ICU,   membuat aletta menghentikan langkah perawat itu.

"Kak, boleh izin bertanya?" Ucap aletta dengan sopan.

"Boleh, ada apa dek?" Tanya perawat itu dengan ramah.

"Apakah kita bisa masuk?" Tanya aletta terhadap perawat itu.

"Boleh, tapi jangan langsung semua nya. Harus bergantian," sahut perawat itu dengan ramah.

"Hmm, makasih kak," kata aletta terhadap perawat itu.

Perawat itu hanya bisa tersenyum, lalu perawat itu meninggalkan depan ICU tersebut.

"Jadi siapa yang bakalan masuk duluan?" Tanya aletta terhadap mereka semua.

"Biar ibu rubby dulu," sahut bunda varo dengan ramah.

Kemudian ibuz rubby masuk keruangan itu, dengan perasaan campur aduk. Karena tadi pagi anaknya pamit buat sekolah, eh malah kena musibah yang membuat nya tak bangun lagi.

"Nak, cepat sembuh. Ibu gak kuat melihat kamu seperti ini," ucap ibu yang menangis melihat anaknya yang tengah berbaring tak berdaya.

"Kamu harus cepat sembuh nak, agar ibu bisa melihat mu sukses di atas kaki mu sendiri," sambung ibu dengan menangis.

Dengan berat hati, ibu memegang tangan anaknya yang penuh dengan luka. Luka yang berasal dari truk.

"Kamu bakalan di hati nak," ucap ibu dengan menangis melihat anaknya seperti ini.

"Kamu harus bangun nak, agar kamu bisa meraih cita-cita kamu yang ingin menjadi dokter di luar negeri," sambung ibu dengan menangis karena melihat anak nua seperti ini.

Ibu mana yang kuat melihat anaknya seperti ini. Berbaring tak berdaya.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang