Bab 38

1 1 0
                                    

Di sisi lain aletta yang merasa bahwa rubby tengah tak nyaman, langsung menatap ke arah rubby. Rubby yang sadar langsung mengode ke arah circle elena tanpa ada elena.

Aletta langsung melihat circle elena, aletta langsung paham kenapa rubby sangat tak nyaman saat ini.

"JANGAN MELIHAT RUBBY KAYAK GITU. ENTAR JADI NAKSIR PADA RUBBY!" Sindir aletta dengan kencang, membuat mereka membuang muka dan tak menatap ke arah rubby lagi.

Rubby yang mendengar itu langsung malu, sebab aletta sungguh brutal sekali. Menyindir di depan mereka, walaupun begitu rubby tetap kagum dengan sikap aletta.

Aletta yang di lihati oleh rubby dengan tatapan dalam langsung ngerii.

"Gue masih normal by," celetuk aletta yang merinding melihat rubby.

Rubby yang mendengar itu langsung membuang muka, lalu meminum air miliknya.

"Gue juga masih normal ta," ujar rubby yang habis meminum air.

"Tadi gue cuman kagum dengan sikap lo itu," sambung rubby dengan santai.

"Sejujurnya gue risih dengan mereka," ucap rubby dengan sejujurnya, membuat aletta tertarik dengan omongan rubby.

"Maksud lo?" Kata aletta yang sedikit mendekat ke arah rubby.

"Iya gue risih dengan tatapan circle nya elena, walaupun gak sekelas tetapi setiap gue lewat selalu di tatap dengan dalam," ungkap rubby yang risih dengan circle nya elena.

Jangan kan rubby, aletta yang melihat nya juga risih, tapi aletta kagum sama rubby yang masih mau bertahan di sekolah ini.

"Gak sabar ingin hari kelulusan, agar gue bisa cepat- cepat keluar dari sekolah ini. Tapi yang gue takutkan setelah lulus sekolah ini, gue tak mempunyai teman lagi," sambung rubby dengan sejujurnya.

Tentu saja aletta yang mendengar itu cukup tak suka, karena aletta juga takut kalau mereka asing.

"Gue juga takut kalau kita asing," tutur aletta yang tak rela kalau mereka asing.

Rubby yang mendengar itu tentu saja selera makan nya langsung hilang, lalu rubby menghentikan makan nya.

Di lapangan sekolah, ada varo yang tengah main basket, bersama dengan teman- teman nya. Dan juga ada beberapa cewek- cewek yang melihat varo dan teman- teman nya yang lagi main basket.

Sorakan mereka menggema di lapangan sekolah, bahkan sampai terdengar di kelas yang dekat lapangan.

"VAROO SEMANGAT VAROO!" Sorak ciwi  -ciwi dengan menyemagatin varo.

"VARO AKU CINTA PADAMU!" Pekik salah satu siswi yang sudah jatuh cinta pada varo.

"NAVARRO MAVENDRA, KAMU GANTENG KALI!" Teriak salah satu siswi di sana.

Di sisi lain varo hanya acuh saja, karena bagaimana pun cinta nya hanya pada rubby saja. Varo terus bermain basket sampai dirinya puas.

"Varo ayo kita istirahat dulu," ajak teman varo terhadap varo.

Kemudian varo menghentikan main basketnya dan beristirahat sejenak. Varo meminum air yang tengah ia bawa dari rumah.

Setelah minum air, varo pun melihat ke arah gedung kelas rubby, walaupun gedung kelas rubby agak jauh dari lapangan, namun masih bisa di kaca kelas dan rubby kelasnya ada di atas jadi mempermudah varo untuk mengawasi rubby.

"Gini amat cinta tidak di restui oleh kedua orang tua," gumam varo yang menatap ke arah kelas rubby.

Di sisi lain, ada rubby yang tengah melihat aletta sedang petakilan ke sana ke mari.

Rubby yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar, rubby cukup muak melihat tingkah aletta yang sangat bar-bar.

Di lain sisi, aletta tengah berlari dari arah depan papan sampai ke belakang, sambil teriak- teriak gak jelas.

"WOY, ANJING MINGGIR- MINGGIR. KANJENG RATU MAU LEWAT!" Pekik aletta yang lari kesana kemari yang urat malu nya sudah putus.

Siswa- siswi yang melihat itu hanya bisa pasrah saja, melihat tingkah aletta yang gak jelas ini. Walaupun begitu siswa- siswi yang ada di sana tak mengatain kalau aletta itu norak.

Dan sejenisnya, karena di kelas ini tidak ada yang mau mengurusi hidup orang, bagaimana mengurusi hidup orang sedangkan hidup mereka saja masih berantakan.

Walaupun mustahil, tapi ini beneran terjadi.  Di kelas rubby sekarang sangat bodoamat dengan tingkah siswa maupun siswi yang ada di sini.

Semua orang di temanin oleh mereka, jadi tidak ada yang memusuhi disini, walaupun ada siswi pendiam atau culun mereka tetap mau menerima mereka sebagai teman, dan tak ada kata jijik.

Mau pintar atau gak, mereka tetap menjadi teman dan tak akan pilih- pilih teman karena mereka tau gimana sulitnya tak mempunyai teman.

Kelas yang sangat langkah bukan, ya walaupun begitu mereka tetap solid dalam apapun. Saling membantu kalau gak bisa dan tidak di tertawakan atau bahan julid.

Di kelas ini rubby juga merasa nyaman, karena di sini tak seperti kelas 10 yang penuh perghibahan, penuh drama, manusia si paling sempurna, pilih- pilih teman, hina satu sama lain, toxi parah, mau gerak selalu jadi bahan ghibah, sedikit- dikit salah, itu dikit salah, dll.

Di kelas ini yang selalu ngomong kasar cuman aletta saja, sebenarnya rubby malu melihat mulut aletta yang sangat kasar itu.

Tapi murid yang ada di kelas ini memakhlumi tingkah aletta, dan tak menjadikan nya bahan ghibah.

"ALETTA VANESYA!" Teriak rubby yang sungguh muak mendengar teriakan dari aletta.

Sontak aletta berhenti teriak- teriak dan menghampiri rubby dengan cepat. Lalu duduk di samping rubby.

"Kenapa by?" Tanya aletta dengan menatap ke arah rubby.

"Jangan teriak- teriak, gue malu," balas rubby dengan jujur.

"Lo taukan di kelas ini berbeda di kelas sebelum nya. Kelas ini sangatlah hening dan damai, paling- paling kalau teriak mereka lagi main game, atau mabar, doang. Bukan kaya lo yang berlari- lari gak jelas," sambung rubby dengan jujur, sebenarnya rubby tak enak dengan penuhin kelas ini karena mereka pasti gak nyaman mendengar teriak- teriak dari aletta.

Sontak aletta menyengir menampilkan gigi putihnya, sedangkan rubby yang melihat itu hanya mengelengkan kepala saja.

"Sudah mending lo baca novel saja, banyak tingkah lo," nasehat rubby terhadap aletta, dengan polosnya aletta menuruti apa yang di katakan oleh rubby.

Kelas mulai hening dan damai, karena para pengurusuh pada sibuk dengan dunia masing- masing. Saat kelas hening rubby rasa nya ingin mengeluarkan suara aneh.

Namun rubby menahan itu sebisa mungkin, untung saja bisa di kerja sama. Tetapi tiba- tiba rubby mengeluarkan suara aneh. Untung saja mereka bodoamat dengan suara itu.

Walaupun begitu rubby tetap saja malu banget, rubby rasa nya ingin menghilang dari bumi ini dan ovt.

Rasanya shiball anyeong, batin rubby dengan menahan malu.

Kenapa gue kayak orang aneh seperti ini sih, batin rubby dengan menutupi wajahnya dengan buku.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang