Bab 13

14 1 0
                                    

"Di rumah, tapi gue kagak main hp. Karena aku males main hp," balas rubby dengan santai.

"Oalah,"

"Rubby, mat ada pr halaman 47, terus tadi ada rumus baru mat, nanti ku kirim di wa. Terus sejarah di suruh kerjain hal 55. Itu tugas yang ada di hari ini," ucap aletta dengan melihat ke arah buku.

"Makasih aletta," kata rubby dengan senang hati.

"Sama-sama rubby. Ingat kata gue ya, jangan dengarkan apa kata mereka, mereka hanya bisa merusak mental saja. Tapi kalau ada orang yang menasehati mu dengan cara yang salah, tidak papa dengarkan kata mereka tapi harus menyaring yang penting - penting saja, dan buang saja yang buruk," nasehat aletta yang sedikit belibet, walaupun aletta punya kekurangan itu.

Tetapi aletta akan berusaha terus berkembang, kekurangan bukan penghalang untuk perkembangan kita kan. Walaupun aletta terlihat biasa saja, namun pasti ada saat dimana aletta insecure.

"Siap boss," lontar rubby dengan tangan miring lalu di dahi. Contohnya seperti ini 🫡 .

Aletta yang melihat itu langsung terkekeh melihat muka rubby, yang begitu lucu.

Kemudian mereka berbincang - bincang tentang tugas nya, tentu saja. Dan tentu saja ada  sesi tanya jawab.

Keesokan harinya,dimana rubby terpaksa masuk sekolah. Karena ingin menuntut ilmu, agar bisa membangga kan orang tua.

Dengan lesu rubby masuk ke dalam kelas, pandangan semua siswi di kelas  tertuju pada rubby yang baru saja datang di kelas.

Rubby juga merasa bahwa semua siswi melihatnya, namun dirinya bodoamat karena ia tau kalau mereka memandang nya dengan remeh.

Itu juga tidak menguntungkan bagi dirinya, sesampainya di bangku rubby langsung duduk tanpa mengucapkan sepatah kata.

Dan meletakan kepala nya di meja, lalu menutup mata nya. Sedangkan aletta yang melihat itu hanya diam saja, dirinya tau kalau rubby tidak nyaman dengan suasana kelas ini.

Bagaikan mimpi buruk yang pernah rubby alami, namun aletta bangga pada rubby karena berhasil bertahan di lingkungan yang tidak ia sukai.

"Byy, rubbyy," panggil aletta pada rubby.

Sontak rubby langsung menoleh ke arah aletta, lalu menaikkan satu alis nya.

"Jangan turu dulu lah, ayo kita ngobrol," ajak aletta pada rubby, dengan semangat.

"Tidak," tolak rubby namun pandangan rubby berfokus pada elena yang ada di belakang aletta.

Elena terus menatap nya, itu membuat rubby sangat risih. Maka dari itu rubby memilih buat memejamkan mata nya.

Sontak aletta mengikuti pandangan yang rubby tuju, dan ternyata pandangan itu berfokus ke arah elena.

Pantes saja tadi rubby memejamkan mata, ternyata ada elena yang selalu menatap ke arah rubby, itu membuat rubby tidak nyaman.

"Kalau suka mah bilang, jangan menatap nya saja!" Celetuk aletta yang tengah menyindir seseorang.

Sontak mereka berdua membuang pandangan masing- masing, lalu rubby melihat ke arah aletta dengan tatapan bertanya- tanya.

"Maksud lo?" Kata rubby dengan heran - heran.

"Pasti lo paham dengan apa yang gue maksud!" Ujar aletta dengan sedikit ke arah elena dengan sekilas.

Elena yang di sindir sama aletta hanya bisa menahan kesal, lalu ia melihat ada teman nya yang ada di samping nya, langsung memukul tangan nya.

Yang jadi korban dari elena hanya diam saja, karena ia tidak ingin di keluarkan dari circle itu kalau dirinya protes.

Rubby yang melihat itu hanya menatap datar, ke arah korban tersebut.

Kasihan sekali hidup dia, untung gue kagak masuk ke circle sampah itu, batin rubby dengan tatapan biasa saja.

"Pasti di kelas ini circle di dalam circle," gumam rubby yang terdapat di dengar oleh aletta.

"Betul sekali, gue juga muak dengan circle yang ada di kelas ini," lontar aletta pada rubby, membuat rubby menatap ke arah aletta.

"Serius?, gue kira mereka hanya mempunyai satu circle itu saja,"  kata rubby yang seakan tak percaya dengan fakta itu.

"Pada dasar nya circle dalam circle di kelas ini banyak, jadi lo ngak usah syok kayak gitu," ucap aletta dengan santai.

"Njitr kagak kebayang gue kalau mereka bersikap palsu terhadap satu sama lain, apa kagak cape hidup nya," kata rubby dengan sedikit belibet, dan untung saja aletta dapat memahami kalimat itu.

"Kok mereka betah ya?" Tanya rubby yang ingin tau tentang circle itu, bukan berarti rubby ingin masuk ke circle itu.

"Karena peluang masuk di sana sangatlah besar, entah dari pelajaran, kelompok, gosip yang hangat, dll. Tapi resiko nya lo harus tunduk ke satu orang di sana, dan pasti lo tau orang nya siapa," ungkap aletta dengan sedikit membocorkan keadaan di sana.

"Ohiya, disana mau lo pintar atau gak lo bakalan tetap di temanin dan gak di bedakan. Karena yang membangun circle itu adalah elena, dan yang gak masuk circle itu cuman dia, dia, dia, dia dan lo," sambung aletta dengan menunjuk ke arah bocah yang tidak di masukan kedalam circle.

"Tapi kenapa kalian kagak bangun circle saja?" Tanya aletta pada rubby, karena kan ada 5 orang yang tidak masuk circle elena tetapi kenapa mereka tidak membangun circle saja.

"Mereka bangun circle tanpa gue, dan gue juga bodoamat, karena prinsip gue gini kalau lo gak di ajak jangan maksa buat masuk. Dan satu lagi percuma juga kalau gue masuk pasti mereka akan membuat grup lagi tanpa ada gue," balas rubby dengan hati yang teriris-iris, di sertai dengan sesak di dada nya.

Aletta yang mendengar itu tentu saja gak nyangka, kalau mereka kelakuan nya seperti itu.

"Lo gak papa?" Tanya aletta dengan khawatir pada rubby.

Sontak rubby tersenyum karena mendengar ucapan dari aletta, boong kalau rubby bilang ngak papa, padahal di dalam hati munggil nya ingin masuk ke sana.

"Gak, malahan gue senang karena gue tidak perlu susah payah untuk bersikap palsu di sana," balas rubby dengan senyum.

"Lo capek sekolah di sini?" Tanya aletta pada rubby.

"Capek sih enggak, tapi gue lebih capek bertemu dengan orang - orang yang ada di sini. Karena menguras energi banget, mental juga, apalagi batin," balas rubby dengan tersenyum.

"Walaupun begitu gue gak masalah, soal nya mending gue di kasih cobaan di dunia ini dari pada gue harus di siksa di akhirat," sambung rubby dengan mengepalkan tangan nya di bawah.

Tak lama guru mapel pun datang, lalu menjelaskan materi pada murid- murid, sedangkan rubby berusaha untuk memahami pelajaran ini.

Tak terasa bel pulang telah berbunyi, dimana semua murid- murid berbondong - bondong untuk pulang, tentu saja mereka berdesak -desakan, agar bisa cepet pulang.

aku dan bumi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang