🪶 11. A Guilt

258 45 21
                                    

Di keremangan cahaya ruangan, Yoona menatap sebuah kaca bening yang berisi tabung khusus, bunga krisan dan lily putih serta beberapa foto milik Jena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di keremangan cahaya ruangan, Yoona menatap sebuah kaca bening yang berisi tabung khusus, bunga krisan dan lily putih serta beberapa foto milik Jena. Disana ada foto keluarga kecil mereka dan foto Jena yang diambil Yoona seminggu sebelum kepergian anak itu. Ada juga sebuket kecil bunga baru yang diletakkan di luar kaca.

Dua minggu telah berlalu sejak abu milik putrinya diletakkan di tempat tersebut. Selama itu pula, Yoona rutin mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Jena. Setiap sore, ia akan menyempatkan diri pergi kesana di sela kesibukannya. Hanya itu satu-satunya cara agar dia tetap baik-baik saja.

Sulit mempercayai anak yang sangat dicintainya benar-benar telah pergi. Tidak ada lagi kehangatan setiap kali dia pulang, tawa riang yang biasa dilihat dan didengarnya telah hilang. Rumah mereka semakin sepi dan sunyi setiap harinya. Ia bahkan tidak ingin pulang ke rumah saat kondisi seperti ini. Menurutnya, sekarang tidak ada lagi tempat teraman baginya.

Setiap kali Yoona mengunjungi Jena, rasa bersalah dan penyesalan muncul terus di hatinya. Ia terus mempertanyakan kelayakannya sebagai seorang ibu. Kalimat perandaian juga sering muncul di pikirannya akhir-akhir ini.

Andai saja pada saat itu Yoona tidak pergi ke Daegu. Andai saja dia tidak meninggalkan Jena sendiri. Andai semua kejadian itu bisa diulang, mungkin ia tidak akan kehilangan anaknya secepat ini.

Yoona sudah berjanji dalam hatinya bahwa dia ingin menemani Jena sampai dewasa, membimbing dan merawat anak itu hingga Jena bisa memilih kehidupannya sendiri. Tapi sekarang? Saat Jena sudah tidak ada, untuk apa lagi dia tetap hidup? Semuanya terasa sia-sia.

Yoona menarik napasnya dengan pelan. Air matanya turun saat dia memikirkan itu semua. Padahal dia sudah berjanji di depan Jena tidak akan menangis dan membuat anak itu merasa berat, tapi sayangnya ia tidak bisa menahan diri.

Yoona mengusap air matanya dan berusaha memaksakan diri untuk tersenyum. Setelahnya, ia berpamitan pada putrinya itu dan berjanji akan mengunjunginya lagi keesokan hari. Sore ini dia akan kembali ke kantor karena Yoona harus melakukan siaran malam.

Wanita itu keluar dari Rumah Duka dan berbelok mencari mobilnya yang terparkir di halaman. Angin musim dingin ikut menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai. Rok bawahnya ikut bergerak seiring langkah kakinya yang terasa berat meninggalkan tempat tersebut.

Saat Yoona sudah menemukan mobilnya, seseorang yang sangat dikenalnya tengah berdiri disana. Orang itu mengenakan jaket tebal dan pandangannya tampak kosong.

Yoona terdiam melihat sosok itu. Bibi Kim. Rasanya sudah cukup lama mereka tidak bertemu sejak kejadian di Rumah Duka. 

Kemudian Bibi Kim menyadari ada seseorang yang sedang menatapnya. Ketika menoleh, ia melihat majikannya sedang berdiri beberapa meter dari posisinya sekarang. Dengan cepat, Bibi Kim langsung menatap Yoona. Ada sorot rasa bersalah yang begitu besar disana. Kaki tua nya mendekati Yoona dengan pelan.

DILUTED HORIZONS [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang