🪶 Flashback 05: A Savoring

381 44 42
                                    

Awal Musim Semi, 2009

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awal Musim Semi, 2009.

Siulan Jaewan dari luar ruangan terdengar hingga ke kamar istirahat milik Junho. Pria itu menggoda sahabatnya yang tidak berhenti menulis sesuatu di kertas. Apalagi kalau bukan surat cinta. Terkesan aneh dan jadul di zaman yang sudah menggunakan telepon seluler sebagai alat komunikasi.

"Apa sekarang kau berubah haluan Junho-ya?" Jaewan mengerling dengan genit sambil menatap Junho yang masih fokus menulis di kertas. "Kau lebih cocok menjadi pujangga dibanding dokter."

Junho seketika menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Jaewan dengan tajam. Wajahnya terlihat kelelahan dan lingkar hitam terlihat jelas di bawah matanya, menandakan bahwa Junho kurang tidur dan kurang istirahat.

"Oho! Lihatlah matamu itu!" Jaewan bergidik ngeri. "Lebih baik kau istirahat dibanding mengurus surat-surat itu. Kau menunda kelulusan tahun ini karena terlalu aktif di program kerelawanan."

"Apa hubungannya kelulusan dan surat-surat ini?" Junho sedikit menaikkan nada suaranya.

Sahabat Junho itu hanya mengedikkan bahu, kemudian duduk di bangku yang kosong. "Kenapa kau tidak menyerah saja sih?"

Junho mengernyit tidak suka. "Apa maksudmu?"

"3 bulan terakhir kau mengejar gadis bernama Yoona itu. Apa tidak melelahkan? Dia bahkan tidak melirikmu sedikitpun. Lagipula ada banyak perempuan lain yang siap menjadi kekasihmu tanpa kau harus mengejarnya."

"Kau tidak akan mengerti."

Jaewan berdecak sebal. Entah sudah berapa kali ia menasehati Junho perihal ini. Bukan Jaewan tidak menyukai gadis bernama Yoona itu. Dia hanya kasihan melihat Junho yang mengejar-ngejarnya, seolah memang tidak ada perempuan lain saja.

"Kalau aku memang berniat mengencani perempuan lain, dari awal aku tidak akan mengejar gadis itu." Junho menghela napas lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Ia menatap langit-langit kamar yang polos.

Jaewan memicingkan mata. "Kau benar-benar menginginkannya? Apa yang kau lihat dari gadis itu?"

Junho tidak menjawab. Ia malah membayangkan wajah dingin Yoona setiap kali melihatnya. "Aku hanya merasa... Kami saling membutuhkan."

"Yeee? Alasan konyol apa itu?!" Jaewan tidak terima dengan jawaban sahabatnya.

Junho kembali mengambil alat tulisnya. "Itu bukan alasan konyol."

Jaewan menatap sahabatnya dengan lekat. "Tentu saja aku merasa aneh. Kalian hanya bertemu beberapa kali dan kau begitu menginginkannya."

Junho menghembuskan napas. "Sebenarnya aku juga merasa aneh. Ini bukan seperti diriku."

Jaewan mengangguk. Ini memang bukan seperti Lee Junho yang dikenalnya. Junho yang dia tau adalah sosok ambisius yang tidak pernah tertarik dengan hubungan romantis. Meski sahabatnya itu pernah berkencan dengan salah satu junior, percayalah itu hanya dilakukan Junho untuk menyenangkan hati ibunya. Karena Lee Seyoung adalah anak dari kawan dekat sang ibu dan Nyonya Lee sempat mengatur kencan keduanya. Tapi nyatanya hubungan mereka tidak berjalan lancar. Tahun lalu keduanya memilih untuk berpisah. Jadi tak heran kenapa Jaewan merasa aneh pada sikap Junho sekarang.

DILUTED HORIZONS [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang