🪶 00. Epilog

349 45 63
                                    

Suasana musim gugur di Malmö cukup tenang dengan adanya dedaunan berwarna emas dan merah yang berguguran dengan anggun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana musim gugur di Malmö cukup tenang dengan adanya dedaunan berwarna emas dan merah yang berguguran dengan anggun. Warna-warna daunnya menutupi bumi dengan selimut alami yang indah. Udara dingin sedikit terasa menusuk kulit, memberikan kesan nostalgia yang mendalam.

Di tengah ketenangan ini, seorang pria tua dengan rambut yang mulai memutih dan garis-garis halus yang menghiasi wajah, berjalan perlahan menuju Malmö Östra Kyrkogård. Ia mengenakan mantel hangat berwarna abu-abu tua dan syal yang melilit lehernya, menahan angin dingin yang terus berembus menjelang musim dingin ini. Tangan kanannya menggenggam tiga buket bunga lili putih dan mawar putih yang segar, simbol cinta dan penghormatan yang abadi.

Hari ini, Malmö Östra Kyrkogård cukup sepi dan pria itu tidak melihat pengunjung lain disana. Hanya ada beberapa penjaga yang mungkin sedang membersihkan area pemakaman dari daun-daun yang berguguran itu.

Sang pria mendekati tiga makam yang berjajar rapi dan bersih, lalu meletakan masing-masing buket bunga di atas nisan yang ada. Tampak tulisan 'Our Little Angel' di salah satu nisan dan 'In Loving Memory' di dua nisan yang lain. Di sekitar makam itu juga ditanami bunga lili putih, mawar putih dan semak-semak kecil.

"Aku kembali lagi." Sang pria berbisik pelan dengan dadanya yang terasa sesak. "Kali ini aku datang sendirian tanpa istri dan anak-anakku."

Meski 3 tahun telah berlalu, pria itu masih merasakan kehilangan yang begitu besar saat orang-orang yang dicintainya meninggal lebih dulu. Ia memang tidak pernah bertemu sang kakak perempuan selama hidupnya karena mereka lahir dan hidup di waktu yang berbeda. Tapi rasa cinta dan kasih sayangnya tumbuh begitu saja setiap kali ia mengunjungi makam dengan nama Lee Jena di tempat ini. Sementara dua makam lainnya, mereka meninggal di waktu yang berdekatan.

Pria itu tak mengira sang ibu yang tampak sehat dan baik-baik saja, justru sakit parah dan meninggal hanya beberapa jam setelah diagnosa dokter. Mungkin pada saat itu sang ibu fokus pada kesehatan ayahnya. Karena memang, sang ayah sedang dalam pengawasan dokter dan berjuang setiap hari di rumah sakit. Ia ingat ayahnya pernah mengatakan sesuatu satu minggu sebelum ibunya meninggal.

"Appa bertahan karena tidak ingin meninggalkan ibumu sendirian di dunia ini."

Tapi takdir tidak ada yang tau. Justru sang ibu lah yang meninggalkan mereka lebih dulu, tanpa ada perpisahan yang jelas. Hal itu membuat kondisi ayahnya turun drastis. Ditinggalkan oleh belahan jiwa yang sudah menemani hidup ayahnya selama 70 tahun, bukanlah hal mudah. Terbukti dua minggu setelahnya sang ayah meninggal dan mereka dimakamkan di lokasi yang sama dengan putri mereka. Itu terjadi di pertengahan musim gugur 2078.

Pria itu meneteskan air mata ketika mengingatnya. Orang tuanya sudah mengenal selama 70 tahun dan menikah hampir 68 tahun. Waktu yang teramat panjang untuk bisa hidup satu sama lain. Hati kecilnya mengatakan bahwa cinta yang kuat di antara mereka tidak dapat dipisahkan, bahkan oleh kematian.

DILUTED HORIZONS [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang