🪶 04. Our Child

277 42 23
                                    

Hidup seorang diri selama belasan tahun sudah menjadi kebiasaan bagi Yoona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup seorang diri selama belasan tahun sudah menjadi kebiasaan bagi Yoona. Selama itu pula, ia tidak pernah bergantung pada siapapun. Ia cukup mandiri dan kuat terhadap hidupnya sendiri. Kesepian sudah menjadi teman lama baginya dan ia tidak pernah takut jika harus mengalami itu lagi.

Sang ibu meninggal ketika usia Yoona masih sangat kecil. Entahlah usia berapa, ia tidak mengingatnya sedikitpun karena memang tidak memiliki kenangan kecil bersama ibunya. Yang Yoona tau, ia hidup hanya berdua dengan sang ayah. Ayahnya itu layaknya superhero, sama seperti Jena yang menganggap Junho superhero bagi gadis kecil itu. Ia juga merasakan hal yang sama pada ayahnya dulu. Tidak pernah ada orang lain dalam kehidupan mereka, sekalipun itu keluarga sang ayah.

Namun saat Yoona mulai beranjak remaja, satu-satunya keluarga dalam hidupnya pergi begitu saja. Sang ayah meninggal dalam sebuah kecelakaan kerja dan itu menjadi pukulan terberat baginya. Karena itulah, dia tidak memiliki wali di Korea. Sehingga pemerintah mengirimkan Yoona yang saat itu berusia 10 tahun ke Kanada, tempat tinggal bibi dari pihak ibunya. Hanya saja itu tidak bertahan lama, Yoona kembali ke Korea 3 tahun kemudian dan lebih memilih hidup sendirian. Tentunya dengan perwalian atas nama sang bibi.

Selama 11 tahun lamanya Yoona hidup di Seoul dengan warisan yang dimiliki ayahnya. Ia tidak memiliki apapun, bahkan sedikit kenangan pun tidak ada. Hanya ada bayangan-bayangan semu yang diingatnya bersama sang ayah. Sejak itu, Yoona hanya hidup sesuai alur yang ada. Ia tidak memiliki mimpi atau cita-cita lagi. Ia berpikir, masih bisa bertahan saja itu merupakan sesuatu yang bagus untuknya.

Tapi semua sifat mandirinya sedikit demi sedikit hilang ketika ia mengenal Junho. Yoona yang terbiasa melakukan segalanya sendirian perlahan berubah dan bergantung pada pria itu. Ini aneh karena sudah sangat lama ia tidak merasakan itu. Hanya saja Junho menawarkan kenyamanan pada saat itu. Sesuatu yang tidak pernah diharapkan sebelumnya.

Semakin lama hidup berumah tangga dan memiliki anak, Yoona juga semakin menyadari satu hal. Ia tidak ingin meninggalkan anaknya seorang diri, seperti dirinya dulu yang ditinggalkan sendirian. Ia ingin merawat Jena sampai anak itu bisa hidup dengan baik di masa dewasa nanti. Ia ingin Jena tumbuh menjadi pribadi yang matang, tidak pernah takut dengan kehidupan dan memiliki tujuan hidup. Ia ingin Jena merasakan itu semua.

Itulah kenapa, Yoona merasa ucapan ibu mertuanya sedikit menyinggung hati. Padahal selama 9 bulan kehamilan dan 4 tahun kehidupan Jena, ia tidak pernah berpikir untuk tidak memperhatikan anak itu. Justru di sela waktu sibuknya, Yoona selalu memikirkan kebutuhan Jena. Apakah Jena suka atau tidak? Apakah Jena nyaman atau tidak? Dan hal lainnya. Itu yang selalu ia pikirkan.

Tak lama, terdengar suara pintu kamar yang dibuka. Yoona yang saat ini sedang berbaring menyamping dengan Jena di dekatnya menoleh sejenak ke arah pintu. Ternyata itu Junho. Mereka memang masih di rumah orang tua Junho dan akan menginap malam ini saja.

“Jena sudah tidur?” Junho duduk di sebuah sofa panjang di dekat ranjang yang ditiduri oleh Yoona.

Yoona tidak menjawab. Ia hanya bergumam sambil merapikan selimut putrinya.

DILUTED HORIZONS [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang