🪶 Flashback 06: A Resilience

462 54 62
                                    

⚠️ WARNING! CHAPTER INI CUKUP SENSITIF

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️ WARNING! CHAPTER INI CUKUP SENSITIF. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA. ⚠️
TERIMA KASIH.

***

Awal Musim Dingin, 1988.

Sebuah rumah cukup besar di sudut kota Ulsan terlihat sangat sepi. Meski rumah itu dihuni oleh tiga orang, tapi rasanya rumah tersebut seolah tak berpenghuni karena minimnya aktivitas yang terjadi. Sang Tuan Rumah sangat sibuk dengan pekerjaannya dan sering melakukan perjalanan keluar kota dan luar negeri. Sementara sang Nyonya Rumah lebih sering diam di rumah tanpa ada keinginan untuk berbaur dengan tetangga. Adapun anak perempuan mereka yang berusia 3,5 tahun cenderung mengurung diri karena sang ibu tidak pernah membiarkannya keluar rumah dengan alasan keamanan diri.

Gadis kecil yang lahir pada akhir musim semi 1985 tersebut diberi nama Lim Yoona. Seorang anak yang memiliki kemiripan dengan kedua orang tuanya dari segi fisik. Anak itu cantik sekali, tapi minim interaksi dengan siapapun. Saat di rumah, dia lebih banyak sendirian karena kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan dunia masing-masing. Sesekali ia bermain dengan sang ibu, jika memang ibunya ada waktu luang. Karena selama ini, Yoona hanya melihat sang ibu mengurung diri dikamar sendirian. Terkadang juga ada bibinya yang datang ke rumah mereka jika memang tidak sibuk kuliah.

Seperti saat ini. Yoona hanya bisa mendengar suara keributan dari lantai bawah saat anak itu fokus menggambar. Tanpa sadar jemari kecilnya bergetar dan ia menahan tangis karena suara ribut itu. Hingga akhirnya dia meletakan pensil gambarnya dan keluar dari kamar, lalu turun ke lantai bawah.

Yoona hanya mengintip dari balik tangga saat melihat perdebatan ayah dan ibunya yang tak kunjung selesai. Anak itu sudah mendengarnya sejak pagi tadi dan sampai siang perdebatan itu masih berlanjut. Sejujurnya Yoona tak paham kenapa mereka berdebat, tapi ia merasa bahwa bentakan dan nada tinggi itu membuatnya tak nyaman dan ketakutan.

"Yeobo, tolonglah. Aku melakukan ini bukan untuk diriku sendiri. Tapi untuk keluarga kita." Suara Tuan Lim kembali terdengar dan itu membuat Yoona melihat ke arah ayahnya. "Bayangkan jika aku memenangkan proyek ini, semua keinginanmu dan Yoona akan aku wujudkan."

Nyonya Lim yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala dengan pasrah. "Kau pikir aku dan Yoona menginginkan itu? Kami tidak menginginkannya. Itu hanya ambisi pribadimu sendiri seolah kami yang menginginkannya."

"Terserah kau ingin menganggapnya bagaimana, tapi aku harus segera pergi. Hanya tinggal beberapa langkah lagi dan aku akan mendapatkan proyek itu."

"Yeobo, kau benar-benar akan pergi?" Nyonya Lim tak habis pikir dengan tingkah suaminya. Apalagi saat pria itu membawa koper dan memasukkannya ke mobil, seolah bersiap untuk pergi. "Kau pasti akan pulang tahun depan, bukan?"

Yoona melihat kedua orang tuanya keluar rumah dan tanpa sadar kaki mungilnya mengikuti mereka.

"Mungkin tahun depan atau bahkan lebih lambat." Tuan Lim menutup pintu belakang mobil.

DILUTED HORIZONS [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang