🪶 60. Endless Love

308 43 30
                                    

Desiran angin di antara dedaunan pohon ek terdengar begitu menenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Desiran angin di antara dedaunan pohon ek terdengar begitu menenangkan. Matahari bersinar cukup terang di pertengahan musim semi 2071 ini. Suhu udara juga cenderung hangat dibanding hari-hari sebelumnya. Ditambah aroma bunga dan burung yang berkicau ikut menemani setiap langkah Junho yang masuk ke pemakaman Malmö Östra Kyrkogård. Jalan setapaknya yang berliku-liku dihiasi oleh bunga tulip warna-warni yang tumbuh subur, menciptakan jalur kontras dengan batu-batu nisan yang kelabu.

Junho yang sudah berusia 90 tahun, dengan rambut putih yang tertata rapi dan postur tubuhnya yang masih tegap, berjalan pelan di sepanjang jalan setapak itu. Setiap langkahnya mencerminkan ketenangan dan kebijaksanaan yang hanya bisa dimiliki oleh seseorang yang telah melalui banyak musim dalam hidupnya. Mata coklatnya yang lembut menatap salah satu nisan yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan langkah pelan, ia mendekati nisan tersebut sambil membawa buket bunga lili putih.

Perlahan, Junho duduk di dekat nisan itu dan mengusapnya dengan sayang. Ia juga meletakan bunga yang dibawanya tadi di makam tersebut. Hatinya berdebar perlahan namun kuat, mengenang kenangan yang indah namun menyakitkan. Aroma bunga sakura yang bermekaran di sekitar Malmö Östra Kyrkogård dan sinar matahari di siang hari menemani kunjungannya ke tempat penuh makna tersebut.

Ketika pandangannya jatuh pada makam itu, dadanya terasa sesak oleh gelombang emosi yang mendalam. Di satu sisi, ada rasa sakit yang tidak pernah sepenuhnya hilang, sebuah luka yang selalu menganga meskipun telah tertutup waktu. Meski begitu, di tengah kesedihan, ada rasa cinta yang abadi dan tak terucapkan.

Perlahan tapi pasti. Kedamaian mulai merayap dalam dirinya. Di usia senjanya, Junho telah belajar menerima kenyataan bahwa kehilangan adalah bagian dari kehidupan. Memandang nama tersebut yang terukir di nisan, ia merasakan kehadiran yang tak kasat mata namun begitu dekat. Kenangan-kenangan itu tetap hidup dalam benaknya, memberikan kekuatan dan penghiburan selama sisa hidupnya ini.

***

Saat taksi berhenti di dekat rumahnya, Junho keluar dengan sedikit tertatih. Usianya yang semakin tua membuatnya kesulitan untuk melangkah keluar dari kendaraan. Setelah mengeluarkan beberapa barang belanjaannya, taksi itu pergi dengan kecepatan sedang.

Junho terdiam sejenak sebelum akhirnya membawa dua kantong belanja ke halaman rumahnya. Ia juga sempat menyapa tetangganya dan seorang anak kecil yang sedang bermain sepeda sendirian. Kemudian ia berjalan ke area rumahnya dan melihat beberapa tanaman yang tumbuh subur di musim semi ini.

Sepi. Tidak ada siapapun.

Pria itu hendak masuk ke rumah lewat pintu depan. Tapi pintu samping dekat dapur terbuka dengan pelan, menampakan sosok wanita yang sangat dicintainya selama ini.

"Yeobo! Kau sudah pulang?" Istri Junho itu muncul dengan wajah senang. Ia memakai apron berkebun yang terbuat dari bahan denim tebal, dilengkapi dengan kantong-kantong besar yang penuh dengan berbagai alat berkebun. Di salah satu kantong apron, terlihat sekop kecil dan gunting taman juga. "Kenapa lama sekali?"

DILUTED HORIZONS [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang