🪶 14. Brief Leave

249 46 46
                                    

Sebuah video dokumenter terpampang cukup jelas di layar komputer milik Junho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah video dokumenter terpampang cukup jelas di layar komputer milik Junho. Video itu terus berputar menayangkan setiap adegan yang sangat berkesan dalam hidupnya. Mulai dari resepsi pernikahannya dengan Yoona, kelahiran Jena, hingga foto dan video putrinya yang diambil dari waktu ke waktu.

Awalnya Junho hanya ingin membuat video dokumenter pernikahannya dan kelahiran putrinya saja, tapi Yoona berinisiatif mengabadikan momen pertumbuhan anak mereka di setiap bulannya. Ketika Jena masih bayi, ketika anak itu mulai belajar merangkak dan berjalan, ketika Jena mulai bisa berbicara dan menyebut ayah serta ibunya, serta beberapa momen lain. Jadi tak heran, jika video tersebut membangkitkan kenangan dan rindu yang begitu besar.

Junho termenung di sela-sela tawa renyah Jena yang terekam di video tersebut. Ia memikirkan kembali kejadian seminggu lalu. Saat ia bertemu kedua saudaranya dan mereka mencegah adanya perceraian di antara Junho dan Yoona. Pria itu memang ingin membicarakan lebih lanjut dengan istrinya saat kondisi mereka telah sama-sama baik, tapi nyatanya itu tidak pernah terjadi. Sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat membuat Junho mengambil keputusan besar.

Sangat besar. Hingga mungkin tiap orang yang mendengar keputusan itu akan mempertanyakannya.

Saat video terus berlanjut ketika Jena menginjak usia 3 tahun, sebuah pintu tiba-tiba terbuka dengan keras. Itu adalah pintu ruangan praktek Junho yang memang sedang sepi karena ia sedang beristirahat.

Ketika pintu terbuka, Junho melihat Jaewan yang sedang membuka pintu lebar-lebar. Napasnya terengah-engah dan wajahnya memerah padam. Pria itu membanting pintu ruangan Junho dan mendekati meja kerja milik sahabatnya tersebut.

"Jelaskan ini!" Jaewan meletakkan selembar kertas di atas meja Junho dengan suara tertahan. Ia berusaha untuk tidak meledak meski rasanya ia sangat ingin melakukan hal itu.

Junho hanya melirik sekilas kertas tersebut, lalu mulai mem-pause video yang sedang ditontonnya. "Apa ini?"

"APA INIII?!!!" Jaewan membeo dengan nada yang lebih tinggi. Ia tidak habis pikir Junho menanyakan ini dengan begitu santai.

Junho menyandarkan punggungnya di kursi dan menatap Jaewan dengan datar. "Aku tidak ingin menjelaskan apapun jika kau bersikap begini."

Jaewan menghembuskan napas dengan kesal. Ia menatap langit-langit ruangan dan menarik napas dengan cepat, mencoba menstabilkan emosinya sendiri. Setelah itu, ia duduk di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan Junho. Kursi itu memang dikhususkan untuk pasien atau keluarga pasien yang ingin melakukan konsultasi.

"Kau gila?" Jaewan menatap Junho dengan tajam. "Apa maksudnya dengan ini?"

"Tidak ada maksud apapun. Itu adalah keputusan resmi dari Rumah Sakit."

"Keputusan resmi dari Rumah Sakit?" Jaewan tertawa dengan napas tertahan. "Kau pikir ini keputusan mereka?"

"Menurutmu?"

DILUTED HORIZONS [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang