🪶 42. The Puzzle

304 46 34
                                    

Yoona menatap meja di hadapannya tanpa ekspresi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoona menatap meja di hadapannya tanpa ekspresi. Wajahnya sedikit pucat dengan mata yang sayu. Ia tidak ingin melihat Dokter Hwang dan salah seorang perawat yang duduk di hadapannya. Pikirannya terasa kosong dan ia semakin kekurangan energi di setiap harinya.

“Yoona-nim, bagaimana kabarmu pagi ini?” Dokter Hwang berbicara dengan lembut pada Yoona yang masih tidak bergeming.

Yoona hanya menggelengkan kepala dengan pelan, terlihat begitu kelelahan. Tapi ia tidak menjawab sedikitpun.

“Saya mendengar bahwa semalam Anda mengalami DPDR dan halusinasi lagi. Benar?”

Yoona menghembuskan napas dengan lelah. “Iya.”

Dokter Hwang mengangguk paham. “Terkadang mengalami DPDR dan halusinasi dalam waktu bersamaan membuat seseorang merasa lelah. Anda pun merasakannya bukan?”

Yoona mengalihkan tatapannya ke arah Dokter Hwang. “Saya bahkan tidak memiliki energi untuk sekedar bernafas.”

“Jika tidak keberatan, maukah Anda menceritakan apa yang terjadi semalam?”

Yoona kembali teringat dengan kejadian tadi malam. Saat dirinya kembali hilang kontrol, merasa frustasi dan keinginan untuk melukai dirinya sendiri. Jika saja perawat tidak memberikan obat penenang, mungkin dia akan tetap merasakan DPDR dan halusinasi semalaman suntuk akibat mimpi buruk itu.

“Mimpi itu kembali lagi?”

Yoona menatap Dokter Hwang dan mengangguk pelan.

“Apa yang Anda ingat?”

Yoona terdiam cukup lama sebelum akhirnya menjawab. “Ruangan gelap, anak perempuan, bayangan yang tidak jelas dan…” Wanita itu seperti menahan sesuatu di sekitar tenggorokannya. “Suara rintihan kesakitan.”

Dokter Hwang menatap Yoona dengan lekat, sementara perawat di sampingnya mencatat hal-hal penting yang disampaikan Yoona.

“Sejak kapan mimpi itu muncul?”

Yoona menggelengkan kepala. “Saya tidak ingat. Tapi sudah cukup lama.”

“Bayangan yang dilihatnya tidak jelas?”

Yoona mengangguk pelan.

“Baiklah. Lalu bagaimana dengan anak perempuan itu? Berapa usianya?”

Yoona termenung lagi saat mendengar pertanyaan tersebut. “Mungkin di bawah 4 tahun atau kurang. Entahlah.”

“Siapa anak itu?”

Yoona menatap Dokter Hwang. “Kupikir itu mendiang putriku, tapi sepertinya… bukan.”

Dokter Hwang terdiam. Ia mencoba berpikir sejenak sebelum mengajukan pertanyaan lain. “Bagaimana dengan suara yang Anda dengar?”

“Itu…” Yoona menelan ludah dengan susah payah. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal dan dia ingin mengeluarkannya. “Itu sangat menyeramkan. Suara rintihannya… terdengar menyakitkan.”

DILUTED HORIZONS [COMPLETE] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang