BAB 5: TUHAN TOLONG

39.6K 2.9K 72
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Kama turun dari motor saat sampai di rumahnya. Dari dalam rumah, Sri menyambut kedatangan putranya dengan suka cita.

"Assalamu'alaikum..." Salam Kama lalu mencium tangan ibunya.

"Waalaikumsalam. Ibu kira tidak jadi pulang hari ini Le," ucap Sri pada Kama. Pasalnya dia sudah menunggu sejak pagi, namun ternyata hampir tengah hari putranya baru datang. Padahal perjalanan dari Jogja ke rumahnya hanya sekitar dua jam lewat jalur Bayat.

"Tadi berangkatnya sudah siang Bu," jawab Kama sambil masuk kedalam rumah.

Saat memasuki ruang tamu, hal pertama yang menyambutnya adalah foto keluarga yang di pasang ibunya dengan ukuran besar.

Ada dia, ibu dan mendiang bapaknya disana. Foto itu di ambil ketika Kama wisuda. Kama tersenyum melihat foto keluarganya itu.

"Kok sepi Bu?"

"Lha mau ada siapa? Orang memang tidak ada orang kok." Jawab Sri lagi.

"Sari biasanya disini," ucap Kama menanyakan keberadaan adik sepupunya yang biasanya menemani ibunya itu.

"Jam segini yo kerja no Le, kok lupa. Ini kan bukan hari libur," ucap Sri lagi.

Oiya, Kama lupa jika ini bukan hari libur adik sepupunya bekerja sebagai operator jahit di salah satu pabrik garmen di daerah mereka. Dan tentunya sekarang dia tengah bekerja.

"Sudah makan belum?" tanya Sri pada Kama.

Kama hanya menggeleng, dia memang belum makan. Makan siang maksudnya, hanya sarapan bubur ayam pagi tadi.

"Yasudah Ibu ambilkan makan ya, Ibu masak ayam goreng sama sambel ati kesukan kamu tadi." Ucap Sri sambil berjalan kearah dapur.

"Nanti ambil sendiri lo Bu, tidak usah di ambilkan. Kaya tamu saja," Ucap Kama melarang ibunya. Sebanyak apapun usia Kama tetap akan mejadi anak kecil di mata ibunya. Bahkan ibunya masih sering mengambilkan makan bahkan tak jarang menyuapi dirinya ketika pulang seperti ini.

Tak lama Sri sudah kembali dengan membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya dan segelas es teh manis untuk Kama. Sri meletakkan semuanya di hadapan Kama.

"Sudah langsung dimakan, pasti lapar kan." Ucap Sri lagi meminta Kama segera makan.

Tanpa protes, Kama pun langsung menyuapkan makanannya. Lezat, seperti biasanya. Senyaman apapun tanah rantau, Kama tetap akan merindukan rumah terutama masakan ibunya ini.

Sri yang melihat Kama makan dengan lahapnya hanya bisa tersenyum, selalu menyenangkan memandang putranya yang jarang pulang itu makan masakannya dengan lahap.

Tiba-tiba Sri teringat sesuatu yang ingin di katakan.

"Le Ibu mau bicara, dengarkan ya." Ucap Sri pada Kama.

Kama hanya mengangguk, tanpa menjawab karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Nanti malam ketemu sama anaknya teman Ibu ya," ucap Sri merayu putranya agar mau pergi menemui putri temannya.

"Siapa Bu?" tanya Kama dengan bingungnya. Dia baru pulang dan sudah di suguhkan dengan jadwal kencan yang sudah di susul oleh ibunya.

"Ada, cantik pokonya anaknya." Ucap Sri lagi.

Kama hanya bisa mengangguk pasrah tanpa melawan sama sekali. Menjadi anak patuh adalah semboyannya.

***

Sejak tadi Kama memperhatikan gadis yang duduk dengan malu-malu di hadapannya itu. Ibunya benar-benar tidak main-main dengan ucapannya siang tadi. Dia benar-benar mengaturkan jadwal kencan buta untuknya. Bahkan tanpa memberinya waktu istirahat sedikitpun. Dengan alasan semakin cepat semakin baik. Teman kencan Kama malam ini adalah seorang gadis cantik anak dari teman Ibunya. Kata ibunya dia seorang mahasiswi akhir yang tengah mengerjakan skripsi.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang