BAB 42: KANGEN CALON ISTRI

31.1K 2.7K 70
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Seperti yang Kama harapkan, semua tetangganya kini sudah mengetahui lamaran dan rencana pernikahannya.  Bahkan tanggal pernikahannya pun sudah menyebar. Kama benar-benar salut dengan kecepatan beredarnya informasi di desanya.

"Wah, calon manten  wajahnya selalu berbinar ini kalau Bulik lihat." Salah satu tetangga yang kebetulan lewat di depan rumah Kama menyapa, saat melihat Kama yang sedang mencuci motornya sambil sesekali bernyanyi bahagia meski suaranya sumbang dan tidak enak di dengar tapi Kama tetap bernyanyi dengan percaya dirinya.

"Nggih Bulik. Baru pulang dari sawah ini?" Ucap Kama pada tetangga itu.

"Iya Mas. Ehhh calonmu anak mana to Mas, kok ndak pernah di bawa kesini tau-tau mau menikah saja." Tanyanya lagi dengan penasarannya.

Kama hanya tersenyum, kenapa tetangganya itu tertinggal sekali. Memangnya dia tidak melihat saat dia membawa Kila datang ke undangan pernikahan Sarah waktu itu. Juga beberapa kali Kama membawa Kila pulang kerumahnya. Bisa-bisanya bilang belum pernah di bawa kesini. Heiii, Anda saja yang ketinggalan kereta batin Kama.

"Anak Sukoharjo Bulik. Pernah kok saya bawa kesini, sampeyan saja mungkin yang tidak tau." Jawab Kama dengan Ramah, jangan lupakan wajah tersenyumnya tidak luntur sedikitpun sejak tadi.

"Woalah, iya berarti. Wong Bulik di sawah terus Mas. Yowes kalau begitu, semoga lancar sampai pernikahan ya. Sudah sore, Bulik mau pulang dulu."

"Nggih-nggih Bulik, silahkan."

Setelahnya tetangga Kama itupun pulang, sedangkan Kama melanjutkan kembali kegiatan mencuci motornya.

Sejak berita lamarannya tersebar, tidak sedikit tetangga yang bertanya langsung pada Kama. Dan setiap ada tetangga yang bertanya, Kama selalu menjawabnya dengan lugas dan lengkap tanpa tertinggal sedikitpun yang ingin mereka ketahui. Tentunya dengan senang hati.

Sehari setelah lamaran, Kila kembali ke Jogja karena harus bekerja. Sedangkan Kama tetap di kampung karena dia harus mempersiapkan pernikahannya. Kila sudah ada di Jogja, justru Kama pihak laki-laki yang tengah sibuk. Karena acara di tempat Kila hanya akan di adakan sebatas akad lalu makan-makan. Kila sengaja membuat acara sesederhana mungkin, karena dia tidak mau merepotkan keluarganya. Padahal Pakde Sarno sudah mengatakan jika dia yang akan menikahkan Kila, hal tersebut maksudnya seluruh biaya pernikahan akan di tanggung oleh pakdenya. Tapi Kila, terlalu tau diri. Dia tidak mau menyusahkan pakdenya, juga ada rasa sungkan di hatinya.

Hasilnya, acara di tempat Kila nanti akan di buat sederhana dan pesta yang sesungguhnya akan di adakan di tempat Kama siangnya langsung setelah ijab. Jadi acara akan selesai dalam satu waktu.

Jadi wajar jika Kama sudah mulai sibuk menyiapkan dan memilih segalanya, sedangkan Kila sudah menyerahkan seluruhnya pada Kama.

Hingga satu minggu lamanya, Kama masih terjebak di rumah. Sibuk dengan berbagai hal, sedangkan Kila hanya terima beres dan tinggal memilih dari foto-foto yang di kirimkan oleh Kama. Selama satu minggu ini juga hubungan mereka berjalan dengan lancar meski berpisah jarak. Setiap malam Kama tidak absen menghubungi Kila melalui telpon.  Namun, meski sering telpon bahkan video call, Kama tetap ingin bertemu langsung dengan Kila. Katakan saja dia rindu ingin melihat calon istrinya itu.

Kama keluar dari kamarnya dan terlihat  sudah rapi.

"Mau kemana Le?" tanya Sri saat melihat Kama yang sudah rapi dan sepertinya ingin pergi.

"Ke kos Bu," jawab Kama.

"Mau apa? Di rumah sudah sibuk begini kok kesana?"

"Mau ketemu calon istri, kangen lah Bu seminggu tidak ketemu." Jawab Kama dengan santainya.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang