BAB 30: KAMA KEBELET KAWIN

34.8K 2.7K 96
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

From: Ibu Sri
Nduk, ibu tadi bawakan camilan. Nanti kamu minta ke Kama ya. Jangan lupa di makan.

Kila tersenyum membaca pesan yang di kirimkan oleh Sri ibunya Kama. Sejak pertemuan mereka waktu itu terhitung mungkin sekitar tiga minggu yang lalu. Hubungan Sri dan Kila semakin akrab saja. Bahkan tidak jarang Kama menggerutu pada Kila karena mulai merasa di anaktirikan oleh ibunya sendiri.

To: Ibu Sri
Iya Bu, terimakasih nggih ...
Send ...

Kila menulis balasan untuk Sri mengucapkan terimakasih pada perempuan itu. Dia selalu menitipkan banyak jajanan untuk Kila setiap Kama pulang. Dan Kila merasa senang, dia merasa di terima dan di sayangi oleh keluarga Kama.

Tapi bagaimana dengan Kama, Kila tidak terlalu berharap. Laki-laki itu ya masih seperti sebelumnya. Tidak berubah sedikitpun, masih tetap sama. Tetap cerewet dan rewel seperti biasanya. Tapi menurut Kila, yasudahlah memang katanya sejak bayi begitu mau di apakan lagi.

"Cieee, calon mertua..." Yana menggoda Kila, dia melihat pesan yang di kirimkan oleh Sri di ponsel Kila. Kila langsung mematikan ponselnya dan menyimpannya di saku.

"Kok baik banget sih ibunya Pak Kama itu Kil?" ucap Yana pada Kila.

"Alhamdulillah." Hanya itu yang Kila katakan.

***

Kama mengulurkan sebotol minuman Dingin untuk Kila. Mereka singgah di minimarket untuk membeli minuman dingin atas permintaaan Kila.

Seperti biasa, Kama menjemput Kila di angringan. Dan ketika melewati minimarket, Kila mengatakan ingin minuman dingin dan tentunya Kama langsung mengabulkannya.

"Capek ya?" tanya Kama saat melihat Kila yang duduk dengan wajah lelahnya.

Kama sudah berkali-kali meminta Kila untuk mengurangi jam kerjanya. Atau kalau mau, Kama bahkan meminta Kila untuk berhenti bekerja di angringan. Tapi Kila tetap Kila, tidak menuruti satupun dari ucapan Kama. Ucapan Kama hanya seperti angin lalu bagi Kila.

"Hari ini angringan ramai, jadi tidak ada istirahat." Ucap Kila.

Sejak dia datang sampai waktunya pulang, dia sangat sibuk. Angkringan sangat ramai hari ini. Dia sibuk melayani pembeli sampai tidak ingat untuk sekedar duduk dan meminum air.

"Sudah makan belum?" Tanya Kama lagi.

"Sudah kalau makan. Tadi pulang dari toko makan dulu."

"Tidak lapar lagi?"

Kila hanya menggeleng.

Kama pun tidak lagi bertanya, dia hanya menunggu Kila istirahat dan meminum airnya.

"Ibu tadi titipkan banyak jajan untuk kamu katanya." Ucap Kama lagi setelah diam beberapa saat.

"Iya, sudah bilang tadi."

"Kok saya merasa, ibu jadi lebih sayang ke kamu ya Kil. Semua yang dia katakan semuanya membela kamu. Bahkan makanan yang dia bawakan semuanya untuk kamu. Padahal kan saya anaknya," ucap Kama pada Kila yang langsung di jawab dengan tawa oleh Kila. Apalagi wajah protes Kama terlihat sangat lucu saat ini. Apa anak ibu di depannya itu sedang protes karena dia merebut kasih sayang ibunya.

"Ya rejekiku Mas. Jangan irilah," jawab Kila dengan santai.

"Masa kata Ibu jangan galak-galak sama Kila. Jangan isengin Kila terus, jangan pelit-pelit sama Kila. Semua Kila, Kila dan Kila." Kama menceritakan kelakuan ibunya yang selalu membahas Kila di rumah. Bahkan Kama sampai di buat jengkel, ibunya selalu membela Kila dan jika dia menjawab maka ibunya akan mengatakan itu salah Kama.

Pasal satu ayat satu Kila selalu benar dan pasal satu ayat dua Kama selalu salah. Itu menurut ibunya.

Kila tidak bisa menahan tawanya, dia tertawa dengan puasnya.

"Katanya kalau saya galak-galak sama kamu saya mau di pecat dari ahli waris sama dikeluarkan dari KK kan keterlaluan ibu. Tega sama anaknya sendiri. 36 tahun saya hidup, baru sekarang saya merasa tidak disayangi oleh ibu saya sendiri Kil." Kama masih bercerita dengan menggebu-gebunya. Membuat Kila tidak bisa berhenti tertawa. Apalagi Kama bercerita dengan ekspresi lucunya.

"Kok lucu sih Mas ibu. Kamu juga, kok bisa-bisanya mau di keluarkan dari KK memangnya kamu bikin salah apa?"

"Itu kalau saya jahat ke kamu. Yasudah saya bilang ke ibu, kalau mau di keluarkan dari KK keluarkan saja. Nanti saya buat KK baru sama kamu."

"Memangnya aku mau?" Tanya Kila dengan gelinya pada Kama. Lihat, laki-laki itu lagi-lagi memberinya kode. Yang entah sudah berapa kali Kila dapatkan.

Bukan Kila tidak faham, dia hanya belum menjawabnya. Dan Kama justru menganggap Kira tidak mengerti sampai-sampai memberinya kode berkali-kali.

"Mau lah, tidak mau bagaimana orang sudah begini kok tidak mau."

"Terserah lah Mas." Jawab Kila lagi.

Kama langsung menoleh dengan sumringahnya, dia menatap Kila dengan penuh harap.

"Jadi kapan Kil?"

"Apanya?"

"Kita buat KK bareng?"

"Kapan-kapan kalau sudah ketemu hari baik."

Kama kembali mendenguk kesal pada Kila. Hari baik seperti apa yang di maksud kenapa sepertinya hari baik itu tidak datang-datang dari dulu. Hari apa hari baik itu.

"Minggu depan si Sarah sudah menikah. Kita harus datang ya." Ucap Kama lagi, dia tiba-tiba mengingat undangan pernikahan Sarah yang di berikan padanya kemarin. Kama langsung semangat, dia akan membawa Kila untuk menghadiri undangan Sarah

"Pulang kerja ya, sore saja." Jawab Kila lagi.

Kama langsung menggeleng, tidak setuju dengan ucapa Kila. Sore bagaimana, orang dia berencana pamer pada tetangga-tetangganya kok malah mau datang sore. Kalau sore ya sudah sepi. Dia harus datang saat ramai-ramainya orang.

"Acaranya sabtu sampai minggu. Nanti kita datang minggu pagi, waktu orang sedang banyak-banyaknya. Kalau sore sepi, tidak bisa pamer dong saya Kil."

Kila hanya menatap Kama dengan tak habis fikirnya. Sebenarnya laki-laki itu mau pamer apa, sampai-sampai menghadiri undangan saja harus saat ramai-ramainya tamu. Bukankah, semakin sepi semakin baik. Saat suasana senggang dan tidak berdesak-desakan.

"Kamu mau pamer apa sih Mas? Heran deh, orang kok sukanya pamer."

Kama merasa kesal dengan ucapan Kila. Tidak tau saja Kila rasanya berada di posisi Kama. Di saat semua orang menatapnya dengan kasihan karena dia di tinggal menikah oleh pacarnya. Padahal Kama tidak semenyedihkan itu. Jujur, harga diri Kama terluka dengan tatapan kasihan orang-orang padanya.

"Saya mau pamer kalau saya sudah punya pacar. Pacar saya lebih cantik. Saya tidak merana, saya hidup bahagia. Biar mereka semua yang selalu berfikir kalau saya ini sangat kasihan, sadar kalau saya tidak semenyedihkan itu." Ucap Kama lagi dengan menggebu-gebunya.

"Biar apa begitu?"

"Saya harus mengambil kembali harga diri saya Kila. Kamu faham tidak sebenarnya."

"Faham, aku faham. Yang tidak aku faham, kok kamu mau-maunya repot-repot begitu."

"Mau lah, demi harga diri pasti saya lakukan."

Kila tidak lagi mendebat Kama. Kama yang keras kepala itu tidak akan mau mengalah jika berdebat dengannya. Lebih baik, biar kan saja dia melakukan apapun yang dia inginkan. Selama Kila tidak di rugikan, Kila tidak akan protes.

"Kamu sih di ajak menikah duluan tidak mau. Coba mau kan, jadi saya tidak usah repot-repot pamer begini." Ucap Kama lagi.

Lihat, ini bukan kode lagi tapi justru ajakan terang-terangkan. Ingin rasanya Kila berteriak pada anak ibu yang kebelet kawin itu, memintanya agar lebih sabar lagi.

Yang nyuruh pamer ya siapa, batin Kila bersuara. Tapi dia memilih diam tidak menjawab. Sabar-sabar saja, memang begitu resiko punya bapak kos yang kebelet kawin.

***BERSAMBUNG***

KAMA KEBELET KAWIN 🤣🤣🤣

WNG, 16 MEI 2024
SALAM
E_PRASETYO  

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang