BAB 10: RASA PENASARAN KAMA

35.2K 2.7K 98
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Empat hari setelah pulang dari rumah sakit, Kila masih di harus kan beristirahat dengan baik. Belum di izinkan bekerja oleh dokter. Karena masih dalam tahap penyembuhan.

Mau tidak mau Kila pun menurutinya. Mau bagaimana lagi, dia juga tidak mau kalau sampai sakit lagi dan merepotkan banyak orang lagi.

"Mbak Kila mau batagor, makan sama-sama yuk." Ema datang kekamar Kila dengan membawa bungkusan plastik berisi dua porsi batagor yang baru saja dia beli.

Gadis itu baru saja pulang dari kampus sepertinya, karena masih membawa tasnya saat datang kekamar Kila.

"Boleh, nanti Mbak ganti uangnya." Jawab Kila.

Dia langsung berdiri untuk mengambil piring dan garpu. Lalu menyerahkan satu pada Ema. Dia juga menyerahkan uang ganti beli batagor untuk Ema. Namun, gadis itu langsung menolaknya.

"Sudah Mbak makan saja, tidak usah di ganti. Harga batagor saja berapa." Jawab Ema menolak uang pemberian Kila.

"Terimakasih ya," ucap Kila.

Dia lalu ikut duduk bersama Ema dan mulai membuka batagornya.

Siang itu cuaca sangat terik, cuaca benar-benar tidak bisa di tebak sama sekali kadang siangnya panas seperti sekarang malam justru hujan angin seperti sebelumnya.

"Itu tukang di belakang belum selesai ya Mbak kok masih ada suara-suara?" tanya Ema pada Kila.

Sejak tiga hari yang lalu memang ada tukang di kos mereka yang bertugas memperbaiki kanopi di halaman belakang.

"Belum, tapi kayanya sudah mau selesai. Tinggal sedikit lagi," ucap Kila. Dia menjemur pakaian tadi pagi dan melihat halaman belakang yang hampir selesai.

"Mau cuci baju aku Mbak, tapi susah mau di jemur dimana," Keluh Ema lagi.

"Di belakang Em, memangnya mau di mana lagi."

"Itu ada pak tukang, malu kalau mau jemur dalaman."

Kila tersenyum mendengar keluhan Ema. Dia pun awalnya juga bingung bagaimana menjemurnya, malu ada tukang bekerja.

Namun, setelahnya Kila menemukan cara yang bisa membuat pakaian dalamnya tidak terlihat meski di jemur.

"Tutupin lah pakai baju, taruh di gantungan." Ucap Kila memberi solusi sama Ema.

"Memangnya kering Mbak, tidak apek?"

"Kering, jangan baju yang tebal. Kaos-kaos tipis saja. Kalau panas pasti kering kok," jawab Kila lagi.

Dari jauh dia melihat Bu Marni yang kelihatan kerepotan membawa makanan dan minuman. Kila yang kebetulan duduk di dekat pintu dan melihat hal tersebut pun berinisiatif untuk membantu Bu Marni.

"Sebentar ya Em," ucap Kila sambil berdiri dari duduknya.

Kila langsung membantu Bu Marni dan membawakan teko yang awalnya di letakkan oleh Bu Marni di bawah karena kesusahan membawa.

"Biar saya bantu Bu," ucap Kila.

"Ehhh Mbak Kila, sudah tidak usah saya bisa sendiri." Ucap Marni.

"Sudah tidak papa, saya bantu bawa. Ini di bawa sekalian atau tidak?" tanya Kila lagi sambil menunjuk sepiring gorengan di atas meja.

"Iya Mbak kalau tidak merepotkan. Untuk Pak Tukang di belakang." Ucap Bu Marni lalu berjalan kearah belakang kos yang kemudian di ikuti oleh Kila.

Kila dan Bu Marni meletakkan minuman dan makanan yang mereka bawa.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang