BAB 13: PAK KAMA

34.3K 2.7K 121
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

"Mbak Lingga, terbang jam berapa nanti?" Kila menatap kakak sepupunya yang tengah duduk santai di hadapannya.

Anak dari pakdenya, yang tak lain adalah kakak laki-laki mendiang ibunya Kila. Lingga Maheswari, perempuan berusia empat tahun lebih tua dari Kila itu tiba-tiba menghubungi dia dan ingin menemuinya. Kila yang tiba-tiba di hubungi oleh kakak sepupunya pun merasa sedikit terkejut, karena jujur saja Kila termasuk jarang berkomunikasi dengan para sepupu dan keluarganya yang lain.

Bahkan, anak dari saudara tertua ibunya kalau tidak salah juga sedang menempuh pendidikannya di Jogja. Namun, sekalipun Kila tidak pernah menemui ataupun menghubunginya. Dia lebih senang menganggap dirinya sendirian di sana. Bukan karena apa, hanya saja kesibukan Kila membuat gadis itu hampir tidak pernah berbasa basi ataupun punya waktu lebih untuk saling mengunjungi atau bertanya kabar para sepupunya.

"Terbang sore, masih lama." Jawab Lingga sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

Dia yang akan berangkat ke tempat kerjanya hari itu memutuskan untuk mampir di tempat Kila sebentar. Sekedar melihat apakah adik sepupunya itu baik-baik saja atau tidak. Tapi jika di lihat, adiknya itu terlihat sehat dan baik-baik saja.

"Pakde gimana kondisinya Mbak sehat?" tanya Kila lagi menanyakan kondisi pakdenya. Kakak laki-laki satu-satunya dari ibu Kila. Yang tak lain adalah ayah dari Lingga itu.

"Alhamdulillah sehat. Ayah tanya, kamu kok tidak pernah pulang main kerumah." Ucap Lingga lagi pada Kila.

"Aku sibuk kerja Mbak hehehe, yang penting semua sehat tidak saling jenguk juga tidak papa kan." Jawab Kila dengan malunya.

Lingga hanya menatap adik sepupunya itu sambil menggeleng pelan.

"Ya minimal telpon lah Kil. Ini kamu pulang tidak, telpon juga sama sekali tidak pernah. Seperti hilang ditelan bumi entah dimana rimbanya." Ucap Lingga dengan kesalnya pada Kila.

Kila yang mendengar itu lagi-lagi hanya terkekeh pelan.

"Sibuk Mbak sibuk," jawab Kila lagi.

"Keterlaluan sih kamu Kil," ucap Lingga lagi.

Kila tau jika Lingga hanya bercanda.

"Masih muda, sibuk wajar kan Mbak. Mbak Lingga sendiri juga sibuk kan," Kila berusaha mencari alasan.

"Yasudah lah yang penting kamu sehat-sehat disini. Kalau senggang ya pulang-pulang sebentar. Bude Yuli nanyain kamu terus lo, katanya kok tidak pernah pulang. Sama dengan ayah, katanya kangen sama kamu."

"Iya-iya."

***

"Kil angsurannya sudah kamu setorkan?" Yanti siang itu kembali menghubungi Kila yang tengah bekerja.

"Sudah Bulik, sudah tidak telpon lagi kan." Jawab Kila dengan setengah malas. Dia benar-benar malas menaggapi telpon dari buliknya yang pasti tidak akan jauh-jauh dari yang namanya uang.

"Yasudah kalau begitu. Oiya, itu kan kurang dua kali lagi selesai angsurannya. Sudah di telpon, suruh ambil lagi Kil. Bulik ambil lagi ya Kil, tidak banyak paling 20 juta nanti di ambil 2 tahun kan ringan angsurannya."

Mendengar apa yang di katakan buliknya, Kila hanya bisa menghela nafasnya dengan pelan.

Baru saja dia merasa senang, karena sebentar lagi angsuran bank nya akan lunas. Setidaknya mengurangi sedikit beban hidupnya. Tapi apa kata buliknya, di ambil lagi.

"Bulik memangnya perlu uang untuk apa sih?"

Dari seberang Kila bisa mendengar helaan nafas kasar buliknya, pasti perempuan itu tengah kesal padanya saat ini.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang