BAB 41: LAMARAN

31.8K 2.8K 141
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Malam ini adalah acara lamaran Kama dan Kila. Dimana Kama datang beserta keluarganya kerumah Bude Yuli untuk melamar Kila. Sesuai permintaan Kila, acaranya di buat sederhana.

Kama juga hanya mambawa beberapa orang sebagai pendamping termasuk ibunya dan satu orang tetua yang dia percaya sebagai juru bicara.

Sedangkan dari keluarga Kila ada Bude dan Bulik. Serta Pakde dan beberapa orang yang Kama belum tau siapa.

Kila tersenyum, melihat Kama yang berbicara di depan sana. Laki-laki itu terlihat tenang dan tidak gugup sama sekali.

Mengutarakan maksud kedatangannya bersama keluarganya malam ini untuk melamarnya. Mungkin efek umur yang sudah banyak juga, membentuk kepribadian Kama yang lebih dewasa. Jika bisa selalu seperti itu, Kila pasti tidak akan berfikir berkali-kali untuk menerima pinangan Kama kemarin.

Kama yang datang kerumah budenya malam ini, mengenakan kemeja batik panjang lengkap dengan celana formalnya. Terlihat lain dari penampilan biasanya yang selalu terlihat santai.

Kama yang sekarang ini terlihat sangat sempurna di mata Kila. Tapi sayang kadang berubah menjadi sangat menyebalkan dan kekanak-kanakan.

Sejak tadi Kila memperhatikan Kama yang nampak santai, padahal tanpa di ketahui siapapun, sejak datang tadi Kama menahan gugup. Bahkan tangannya sudah keringat dingin. Tapi demi harga diri dan nama baiknya dia berusaha mengendalikan diri agar terlihat tenang.

Acara inti di tutup dengan Bu Sri yang memakaikan cincin tanda ikatan antara putranya dengan gadis pilihannya itu. Kila tersenyum menatap cincin di jari manis pemberian calon mertuanya itu.

"Bagus kan? Saya yang pilihkan lo Kil."

Setelah acara inti tersisalah acara beramah tamah dan menikmati suguhan yang di siapkan oleh tuan rumah.

Kila menyingkir ke ujung ruangan sambil menikmati sepiring kue kering. Tiba-tiba saja Kama sudah duduk di sebelahnya. Jangan lupakan wajah tengil laki-laki itu saat bicara.

"Biasa saja," jawab Kila dengan santainya. Meski dia akui, dia menyukai cincin pilihan Kama itu. Sederhana namun terlihat manis saat di kenakan.

"Nanti kalau menikah saya pilihkan yang lebih bagus," ucap Kama lagi.

"Harus lebih mahal juga lah Mas," imbuh Kila.

"Ooohhh ya jelas, jangan remeh kamu sama saya. Kalau kamu mau, nanti saya kasih berlian kalau perlu."

Kila langsung mencibir, lihatlah anak Bu Sri itu sombong sekali bicaranya. Tapi memang sudah begitu wataknya, dari lahir mau di apakan lagi.

"Jangan, aku lebih suka emas. Tidak suka berlian."

Kila pernah membaca salah satu novel online, tentang mahar yang penting mahal dan gramnya banyak. Ingin sebenarnya Kila mengatakan itu pada Kama. Tapi takut, jika Kama menganggap serius ucapannya. Membuat Kila terkesan mata duitan nantinya.

"Saya tampan kan Kil. Malam ini? Ya meski biasanya saya juga tampan, tapi pasti malam ini lebih tampan lagi." Tanya Kama pada Kila. Dia tersenyum dengan lebar pada Kila.

"Biasa saja." Jawab Kila lagi-lagi membuat Kama merasa tidak puas.

"Saya sudah berpenampilan separipurna ini, masih kamu bilang biasa saja. Besok pergi periksa mata kamu sama saya, saya antar saya bayarin." Sahut Kama lagi dengan ketusnya. Apa susahnya sebenarnya jika Kila memujinya tampan. Selain enak di dengar di telinganya, itu juga tidak merugikan apapun untuk gadis itu.

Kama tidak terima di katakan biasa saja. Padahal siapapun pasti akan mengatakan jika dia tampan malam ini, mungkin.

Sedangkan Kila, dia hanya menatap Kama dengan malas. Kemana perginya Kama yang lumayan berwibawa tadi kenapa jadi berubah seperti ini lagi. Tolong tukar lagi, Kama yang ini dengan yang tadi siapapun itu. Tolong bawa Kama yang ada di hadapannya ini pergi menjauh.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang