BAB 39: PIE TO KAM, KAMA

29.7K 2.9K 196
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Satu bulan kemudian

Kama memikirkan hubungannya dengan Kila. Jika di hitung rasa-rasanya sudah ada kalau sebulan dari terakhir Kila meminta waktu untuk menjawab ajakan menikahnya.

Tapi sampai detik ini Kama belum mendapatkan jawaban apapun dari Kila. Dan lagi, sepertinya Kila lupa atau entah bagaimana.

Mau menanyakan tapi Kama sudah terlanjut berjanji tidak akan membahas kembali masalah pernikahan pada Kila sampai gadis itu sendiri yang bicara. Tapi lihat sekarang, kenapa seperti tidak ada kabar kejelasan sama sekali. Lagi-lagi Kama merasa di gantung oleh Kila, tanpa kejelasan sedikitpun.

"Jangan melamun Mas, kalau kesurupan bikin aku repot." Ucap Kila yang datang dari belakang Kama. Gadis itu langsung mengambil duduk di sebelah Kama. Mereka duduk di atas tikar di bawah pohon yang tadi Kama sewa untuk tempat mereka bersantai.

Hari ini hari minggu, Kama membawa Kila untuk pergi kepantai. Selain merealisasikan salah satu impiannya pacaran sambil piknik, dia juga merasa Kila butuh penyegaran fikiran dari pekerjaan. Sekali-kali membawa Kila kepatai sepertinya bukan hal yang buruk.

"Mana kelapanya?" Tanya Kama saat melihat Kila datang tidak membawa apapun. Padahal gadis itu tadi pamit untuk membeli es kelapa muda.

"Nanti di antar kesini sama penjualnya. Masih antri."

Kama hanya mengangguk, kembali mantap laut di hadapannya. Udara cukup terik, tapi orang yang main di air lumayan banyak. Mereka sama sekali tidak khawatir hitam.

"Panas ya," ucap Kila sambil menatap langit.

"Kerja di tambang lebih panas Kil. Ini udaranya masih sejuk meski panas. Kalau di site, sudah panas tidak ada pepohonan. Anginnya saja terasa panas. Ampun pokoknya panasnya," sahut Kama panjang lebar pada Kila.

"Pantas kamu awal-awal kelihatan dekil ya Mas," kekeh Kila langsung.

Jika di perhatikan, Kama yang sekarang sedikit lebih bersih ketimbang Kama saat awal-awal pulang dari Kalimantan. Dulu kulit laki-laki itu kelihatan lebih gelap.

"Menghinaaaa," cibir Kama langsung.

"Bukan menghina. Aku kan bicara jujur," ucap Kila lagi.

"Saya kayanya sudah lama ya Kil tidak pulang," ucap Kama tanpa menoleh pada Kila. Dia fokus pada deburan ombak di depannya sana.

"Iya, Ibu juga bilang gitu kemarin. Katanya Mas Kama lama tidak pulang. Pulang sana, jenguk ibu," Jawab Kila.

Bersamaan dengan itu, kelapa yang mereka pesan datang. Kila langsung mencobanya, rasanya segar seperi yang dia bayangkan.

Sedangkan, Kama yang mendengar jawaban Kila tadi hanya bisa menghela nafasnya dengan pelan.

Sadar jika dia sudah lama tidak pulang, tapi tidak sadar kalau sudah menggantungkan dirinya selama itu.

"Pulang sana, Ibu kangen itu." Ucap Kila lagi sambil tangannya sibuk mengerok buah kepala menggunakan sendok. Tanpa memperhatikan Kama yang wajahnya mulai terlihat masam.

"Kamu tidak merasa kalau lupa sesuatu gitu Kil," pancing Kama lagi.

Kila langsung menoleh, memangnya apa yang dia lupakan. Seingatnya dia tidak melupakan apapun.

"Lupa apa?" tanya Kila pada Kama.

"Kapan sih kita bertengkar waktu itu, sudah sebulan kan ya." Ucap Kama lagi. Sungguh dia benar-benar berharap Kila akan menangkap maksudnya.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang