BAB 21: JADI MANTU IBU SAYA, MAU?

35.3K 3.1K 200
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Kila turun dari mobil bersama Kama yang kini berdiri di sebelahnya. Suasana alun-alun sangat ramai, tidak heran karena ini adalah malam minggu.

Kila berusaha mengingat kapan terakhir kali dia melihat pemandangan seperti ini. Sepertinya sudah sangat lama sekali. Mungkin saat awal-awal dia merantau ke Jogja. Sebelum dia menjelma menjadi manusia gila kerja.

"Kenapa?" Tanya Kama yang bingung dengan sikap Kila. Mereka masih berdiri di dekat mobil.

"Saya sedang mengingat. Kapan terakhir kesini Pak," jawab Kila pada Kama.

Kama langsung menatap Kila sarat akan protes. Bukan kah sepanjang jalan tadi sudah Kama ingatkan jangan sampai memanggilnya Pak disana. Kenapa baru sampai, gadis itu lupa.

"Mas Kila. Mas," ucap Kama dengan penuh penekanan.

Kila hanya tersenyum malu, sungguh dia tidak bisa memanggil Kama dengan panggilan itu.

"Saya malu Pak. Pak saja ya seperti biasa," bujuk Kila.

"Kalau kamu panggil saya Pak disini. Yang ada kamu akan lebih malu nanti. Sudah biasakan mulai sekarang. Panggil Mas." Kama masih memaksa Kila. Tidak membuka sesi negosiasi sama sekali.

"Coba bilang Mas," Kama meminta Kila untuk memanggilnya Mas. Biarkan saja dia di katakan memaksa, memamg apa-apa kalau tidak di paksa tidak akan terbiasa kan.

"Nanti saja lah," jawab Kila sambil terkekeh pelan. Lidahnya benar-benar kelu. Untuk memanggil Kama dengan sebutan Mas.

Kila berjalan lebih dulu meninggalkan Kama yang masih ada di belakangnya. Melihat hal tersebut, Kama langsung mendengus kelas.

Melihat tangannya sengang, lihat semua orang yang ada disana. Rata-rata bergandengan. Lihat tangannya, tidak ada yang di gandeng.

Kama langsung menyusul Kila, mensejajarkan langkahnya dengan Kila. Menarik tangan gadis itu dan menggandengnya.

"Ramai, nanti kamu hilang nambah kerjaan saya." Ucap Kama sebelum Kila protes.

Mereka terus saja berjalan. Memutari alun-alun, menikmati suasana malam minggu sama-sama.

"Mau lewat beringin," ucap Kila sambil menunjuk beringin kembar di tengah alun-alun.

Kama yang mendengar ucapan Kila lagi-lagi merasa kesal. Bahkan saking tidak maunya gadis itu memanggilnya Mas, dia tidak menambahkan panggilan di belakang ucapannya. Apa sesusah itu sebenarnya.

Kama hanya mengangguk, dan membawa Kila untuk berjalan di tengah-tengah beringin.

"Katanya kalau bisa jalan lurus lewat beringin dengan mata terpejam semua keinginan kita bisa terkabul." Ucap Kila sambil menoleh pada Kama.

"Kamu usia berapa, kenapa masih percaya mitos." Sahut Kama.

"Ya namanya juga seru-seruan, siapa tau kan hoki. Ya percaya juga tidak, tapi menghargai boleh kan?"

"Kalau kamu punya keinginan tidak usah melewati beringain, bilang sama saya nanti saya yang kabulkan."

Kila langsung mencibir ucapan sombong Kama. Apa laki-laki itu sunggu sehebat itu. Kenapa sombong sekali ucapannya.

Kila masih berjalan dengan santai, sampai hampir tiba di ujung beringin namun tiba-tiba.

Brak ...

Seseorang menabrak Kila dengan tiba-tiba. Beruntung Kama dengab sigap menahan tubuh Kila hingga gadis itu tidak tersubgkur di tanah. Lain hal nya dengan Kila, gadis yang tadi menabraknya justru duduk di tanah.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang