BAB 9: MENOLAK BANTUAN KAMA

37.2K 2.7K 74
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Sudah tiga hari Kila di rawat di rumah sakit. Kondisinya semakin membaik dan jika tidak ada halangan maka sore nanti sudah bisa di bawa pulang.

Selama tiga hari ini teman-temannya di kos bergantian menjaganya sebentar-sebentar. Bu Marni dan Kama juga ikut andil dalam merawat Kila. Dua orang itu tidak bisa lepas tangan, karena Kila tinggal di kos mereka. Terutama Kama, sebagai pemilik Kos dia merasa bertanggaung jawab dengan kondisi dan keamanan anak-anak kosnya.

Seperti siang ini, Kama dan Bu Marni yang kembali menjaga Kila, karena teman-teman Kila semuanya sibuk kuliah dan bekerja. Sebenarnya Kila sudah mengatakan pada mereka, tidak perlu datang jika sibuk. Dia juga tidak papa di rumah sakit sendirian. Namun, siapa yang tega membiarkan Kila sakit sebatang kara di rumah sakit sendirian tanpa seorang pun yang menemani.

"Mbak Kila, Ibu mau kekantin dulu beli teh hangat. Mbak Kila mau di belikan apa?" Bu Marni pamit kekantin, dia merasa haus dan ingin minum teh hangat. Sekalian keluar mencari udara segar.

"Tidak Bu, terimakasih." Tolak Kila halus.

"Pak Kama mau di bawakan apa nanti kalau saya kembali?" tanya Bu Marni pada Kama.

"Air mineral saja Bu," jawab Kama.

Bu Marni langsung pergi setelah itu, meninggalkan Kama dan Kila di ruang perawatan Kila.

Kama yang merasa bosan dengan kegiatannya, lalu mengeluarkan ponselnya. Niatnya ingin bermain game untuk mengusir rasa bosannya.

Namun, tiba-tiba saja ponsel di genggamannya berbunyi.

Sarah Calling ...

"Halo, assalamu'alaikum." Salam Kama saat mengangkat panggilan telpon dari Sarah.

"Waalaikumsalam Mas. Mas Kama masih di Jogja?" tanya Sarah dari seberang sana.

"Iya Sar, ada apa?"

"Sedang apa ini?"

"Sedang di rumah sakit, menjenguk teman yang sakit." Jawab Kama sambil melirik kearah Kila. Kila yang mendengar jawaban itupun hanya diam tidak berani bicara sedikitpun.

"Kamu sudah pulang ngajar?" tanya Kama balik.

Karena sudah siang, dan gadis itu punya waktu menghubunginya. Kama fikir jika pekerjaan Sarah pasti sudah selesai.

"Sudah Mas, baru sampai rumah."

"Langsung bersih-bersih, terus istirahat." Ucap Kama lagi.

Kila yang mendengar ucapan Kama, cukup penasaran kira-kira siapa yang menelpon bapak kosnya itu. Tapi Kila buru-buru mengenyahkan fikirannya, mengingatkan jangan terlalu ingin tau urusan bapak kosnya tidak sopan.

"Saya mungkin minggu depan sudah pulang, kamu mau di bawakan apa?" tanya Kama lagi pada Sarah.

"Tidak usah Mas, terimakasih."

"Bakpia mau?"

"Boleh kalau di bawakan."

Kama langsung terkekeh, mendengar jawaban Sarah.

"Yasudah nanti kalau saya pulang, saya bawakan bakpia."

"Iya Mas, terimakasih."

Kila semakin tidak enak mendengar pembicaraan Kama dengan lawan telponnya. Sepertinya itu perempuan. Kenapa seperti tidak etis sekali jika dia ikut mendengar obrolan mereka.

Kila membuang muka kearah jendela, berusaha mengabaikan sekelilingnya. Di dalam hati dia menggerutu kenapa bapak kosnya itu tidak menerima telponnya di luar saja. Apa dia tidak malu, jika pembicaraan pribadi mereka terdengar oleh orang lain.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang