BAB 40: SALAH TINGKAH

29.6K 2.8K 119
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Kila yang baru pulang kerja, langsung menghampiri Kama ketika melihat laki-laki itu ingin pergi. Hari ini Kama tidak menjemputnya dengan alasan punya urusan lain. Padahal Kila merasa jika laki-laki itu hanya alasan saja.

"Mas mau kemana?" Tanya Kila saat menghampiri Kama yang sedang berdiri di dekat mobilnya.

Kama yang ingin membuka pintu mobil, langsung menoleh saat mendengar suara Kila.

"Pulang ke rumah," jawab Kama dengan sedikit buru-buru.

"Hati-hati di jalan ya. Salam untuk ibu," ucap Kila pada Kama.

"Iya." Hanya itu yang Kama ucapkan lalu setelahnya mobil mulai jalan meninggalkan halaman kos.

Kita tertawa pelan melihat ekspresi gugup Kama. Sejak kejadian di pantai kemarin, Kama seperti menghindarinya. Bahkan akan buru-buru pergi saat tidak sengaja bertemu dengannya.

Kila bukannya tidak tau kenapa, apalagi melihat wajah Kama yang memerah semakin membuat Kila ingin mengejek laki-laki itu. Kama yang malu terlihat lucu di matanya. Dan melihat Kama yang seperti itu, Kila semakin semangat mengganggunya.

***
"Kam, Kila telpon ini. Tidak mau bicara?" Tanya Sri yang duduk di sebelah Kama.

Mengulurkan ponselnya yang masih terhubung dengan Kila pada Kama. Namun, Kama justru menggeleng tidak mau menerima telpon dari Kila. Dia menggeser duduknya sedikit menjauh dari ibunya. Menghindari untuk bicara dengan Kila.

"Loh anak e ndak mau bicara sama kamu Nduk," ucap Sri pada Kila.

"Yasudah Bu, tidak papa."

Kama hanya mendenguk kesal mendengar tawa Kila di seberang sana. Lihat gadis itu seperti puas sekali mengejek dirinya.

Kama merasa seperti di lempar seember kotoran, malunya sampai ubun-ubun. Bisa-bisanya dia tersulut emosi kemarin hanya karena pikirannya yang tiba-tiba berubah jadi idiot. Rasanya malunya seumur hidup. Apalagi Kila justru sengaja mengejeknya, semakin membuat Kama ingin sembunyi jika begitu.

Kama memukul sendiri kepalanya dengan kesal, merutuki tingkah memalukannya kemarin.

"Nek ngasi dadi edan kakean di keplaki sirah e, sido badhar iki lamarane." (Kalau sampai jadi gila karena banyak di pukuli kepalanya, jadi batal ini lamarannya) ucap Sri saat melihat Kama bertingkah bodoh seperti itu.

Kama hanya diam tidak menjawab ucapan ibunya.

"Kata Kila tidak usah bawa orang banyak-banyak Le. Di ambil ringkasnya saja, dia tidak mau merepotkan budenya disana. Jadi gimana kamunya?"

Kama mengangguk dengan asal.

"Yasudah ikut maunya dia saja Bu. Tidak ramai, bawa secukupnya saja. Yang penting lamaran." Jawab Kama langsung. Ikuti saja bagaimana maunya Kila, dia juga tidak berencana mendebat keinginan gadis itu.

"Nanti kalau Kila sudah pulang ajak dia pergi."

"Pergi kemana Bu?" tanya Kama lagi dia saja sedang menghindari Kila kenapa justru di suruh pergi sama-sama.

"Ya cari-cari baju atau cincin kan bisa. Masa iya melamar anak orang tidak bawa cincin," ucap Sri lagi.

"Sudah kita saja yang belikan. Dia tidak usah di bawa, ukuran jarinya 12. Asal di belikan sesuai ukuran, sudah cocok itu nanti." Ucap Kama lagi yang langsung di sahut dengan gelengan tanda prihatin dari ibunya. Kenapa putranya bisa berfikir seperti itu.

"Ya di ajak kan tidak papa Le, biar milih sendiri."

"Tidak usah Bu, nanti saja kalau mau menikah. Ini kan baru lamaran."

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang