BAB 22: HATI-HATI DI JALAN YA MAS KAMA

33.6K 3.1K 120
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** *

"Jadi mantu ibu saya, mau?"

Kila langsung menoleh pada Kama. Tolong katakan padanya, Jika baru saja bapak kosnya itu melamarnya. Karena jika dia pertegas lagi padanya, sudah pasti akan mengelak. Ingat kan Kama itu tinggi gengsinya.

"Pak Kama bilang apa tadi?" tanya Kila. Berharap Kama mau mengulangi ucapannya.

Namun, Kama hanya menggeleng dengan pelan.

"Tidak ada siaran ulang." Ucap Kama tegas.

"Yasudah, saya pura-pura tidak dengar ya." Sahut Kila pelan.

Mereka lalu terdiam, tidak lagi bicara. Sampai akhirnya, Kama lah yang mulai membuka pembicaraan lagi.

"Saya cuma bertanya sekali, jadi fikirkan jawabannya betul-betul. Tidak ada siaran ulang, tidak ada revisi jawaban." Ucap Kama lagi dengan tegas sambil menoleh pada Kila.

Kila hanya mengangguk dan tersenyum.

"Baru juga seminggu Pak, pacarannya. Boleh tidak kalau saya jawabnya sebulan lagi?"

Fikir Kila, setidaknya dalam waktu sebulan Kila bisa berfikir dengan matang. Tidak asal menjawab, hanya karena terbawa suasana atau terdesak keadaan.

"Boleh, asal jawabannya iya. Soalnya kalau sampai tidak, kamu sudah membuang waktu saya sebulan secara percuma."

"Cuma sebulan ya ampun," ucap Kila dengang gemasnya.

"Sebulan itu lama Kila. Saya putus sama yang kemarin, tidak sampai seminggu sudah pacaran lagi sama kamu. Bayangkan jika sebulan, sudah berapa orang yang saya pacari. Sudah berapa peluang yang saya coba untuk menemukan calon istri saya. Dan kalau sampai itu tidak saya lakukan hanya karena menunggu jawaban kamu yang ternyata sia-sia. Bayangkan, kamu sudah menyebabkan kerugian sebesar apa pada saya, terutama kerugian waktu."

Kila semakin di buat tak habis fikir dengan penjelasan panjang lebar dari Kama. Bicara apa barusan laki-laki itu kenapa berbelit dan tidak jelas. Atau mungkin Kila yang tidak faham.

"Jadi awas kalau sampai saya kasih waktu sebulan dan jawaban kamu mengecewakan, awas pokoknya," ucap Kama lagi.

Anggap saja Kama tengah mengancam Kila untuk menerima lamarannya. Karena kalau sampai di tolak, ini berkaitan dengan harga diri Kama. Apalagi laki-laki itu sudah mengutarakan dengan jelas niatannya. Jangan sampai dia di tolak mentah-mentah, awas saja jika iya maka Kama akan langsung mendepak gadis itu dari kos miliknya.

Kila yang mendengar ucapan Kama lagi-lagi tertawa dengan kerasnya. Coba katakan, siapa laki-laki yang melamar di sertai dengan ancaman seperti barusan selain bapak kosnya.

"Satu lagi, kalau sampai kamu tolak siap-siap angkat kaki dari kos saya."

Kila langsung menatap tajam pada Kama, kenapa lamarannya malam ini berakhir dengan ancaman pengusiran. Seingatnya satu minggu yang lalu Kama sudah berjanji tidak akan mengusirnya jika mereka putus.

"Kan sudah janji Pak, kalau kita putus Pak Kama tidak boleh mengusir saya." Ucap Kila dengan kesalnya.

"Malam itu saya janjinya kalau kita putus. Nah, yang saya katakan tadi kalau kamu menolak lamaran saya. Itu dua hal yang berbeda lo, jangan kamu samakan." Jawab Kama dengan santainya.

Kila hanya bisa menghela nafasnya dengan pelan. Kenapa dia seperti menelan buah simalakama, maju salah mundur salah. Kila benar-benar merasa di jebak oleh Kama jika seperti ini namanya.

***

"Selamat pagi calon ibu kos," Kila yang awalnya sedang menjemur pakaian langsung menoleh ketika mendengar suara seseorang. Dan ketika di toleh ternyata Aul dan Ema yang datang.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang