BAB 35: KAMA YANG MALANG

31.8K 2.6K 158
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

"Kila sudah pulang ke kos Bu?" Tanya Kama pada Bu Marni melalui sambungan telponnya siang itu.

Menanyakan apakah Kila sudah pulang, karena kemarin dia menitipkan pesan pada Yana agar Kila pulang ke kos.

"Sudah Pak, pagi tadi saya sudah lihat Mbak Kila berangkat kerja."

"Oyasudah." Jawab Kama singkat. Dia lalu mematikan sambungan telponnya karena tujuannya menelpon Bu Marni hanya untuk tau soal Kila.

Kama lalu meletakkan ponselnya di atas meja makan, lalu dia melanjutkan acara makan siangnya.

"Pokoknya ibu ndak mau tau, kamu harus minta maaf sama Kila." Ucap Sri sambil meletakkan segelas es teh untuk Kama.

Kama hanya mengangguk pelan. Kemarin dia pulang dengan tujuan untuk mengadu pada ibunya. Berharap sedikit saja, ibunya akan membelanya dan memberinya solusi bagaimana berbaikan dengan Kila.

Tapi sepertinya angan-angan Kama tidak tercapai. Dia lupa, sejak ada Kila anak tiri ibunya adalah dirinya sendiri. Sejak kemarin, setelah ibunya itu mendengar semua ceritanya sampai dimana Kila tidak pulang dan memilih menginap di kos temannya. Ibunya justru memarahinya habis-habisan. Melimpahkan semua kesalahan padanya. Seolah dia adalah manusia paling berdosa di muka bumi ini. Sama sekali tidak menerima pembelaan apapun dari Kama. Padahal bukan seperti itu yang Kama harapkan.

"Dengar tidak Kama, Ibu bicara apa?" ucap Sri lagi ketika Kama tidak menjawab ucapannya.

"Dengar," jawab Kama pelan.

"Kalau dengar itu di jawab, bukannya diam seperti tidak punya mulut seperti itu."

"Wes to Bu, wes lo tak mangan sek ngomel e engko meneh." (Sudah Bu, sudah aku makan dulu marahnya nanti lagi) ucap Kama dengan melasnya. Kupingnya sudah panas di omeli ibunya sejak kemarin. Apa sehari kemarin tidak cukup sampai masih di sambung hari ini.

"Pokoknya Ibu tidak mau, Kila harus pulang ke kos." Ucap Sri lagi dengan tegasnya.

"Sudah pulang anaknya." Jawab Kama sekenanya.

"Besok lagi jangan begitu, rubah sifat burukmu itu. Biar perempuan betah sama kamu, sudah galaknya amit-amit, cerewet, suka seenaknya sendiri bagaimana perempuan mau betah. Begitu kok mau nikah cepat, sama perempuan saja tidak bisa mengerti," Sri masih terus mengomeli putranya.

Dia benar-benar kesal mendnegar semua cerita Kama kemarin, dia bisa membayangkan ada di posisi calon menantunya yang pasti amat sangat tertekan karena kelakuan putranya. Ini baru Kama yang cerita, pasti banyak yang tidak di ceritakan. Ingatkan dia harus meminta Kila yang bercerita agar dia bisa memberi pencerahan lebih baik lagi pada Kama.

"Iyo lo Bu iyoo, wes to wesssss..." (Iya Bu iya, sudah-sudah) ucap Kama lagi dengan frustasinya.

Dia jadi menyesal pulang jika tau hanya di omeli seperti ini. Demi tuhan, dia laki-laki dewasa berusia 36 tahun kenapa masih di omeli seperti bocah usia 5 tahun. Apa ibunya itu tidak malu kalau sampai terdengar oleh tetangga. Dia saja merasa malu, jangan sampai tetangganya ada yang mendengar jika dia di omeli habis-habisan oleh ibunya. Bisa jatuh harga dirinya.

"Coba telpon Kila," perintah Sri lagi.

"Nomorku di blok," ucap Kama sambil memperlihatkan layar ponselnya.

"Kapok." Ucap Sri sambil berlalu pergi.

Melihat ibunya pergi, Kama hanya mendengus kesal jadi begini rasanya jadi tokoh Cinderella yang hidup bersama ibu tirinya yang kejam. Kama salut pada si Cinderella itu betah hidup seperti itu bertahun-tahun. Dia baru dua hari saja sudah tidak betah hampir minggat dari rumah detik itu juga.

Tidak lama kemudian, Sri sudah kembali kedapur dengan membawa ponsel miliknya lalu menyerahkannya pada Kama.

"Telpon Kila sekarang!!!" perintah Sri pada Kama.

Kama hanya bisa menurut. Mencari kontak Kila di ponsel ibunya, lalu menelponnya. Berdoa saja di angkat oleh gadis itu.

"Assalamu'alaikum Bu," salam Kila dari seberang sana. Kama sedikit kesal, dengar suara gadis itu begitu lebut dan sopan seolah semua baik-baik saja. Padahal nomornya saja di blok sampai detik ini belum di buka.

"Waalaikumsalam. Ini saya," ucap Kama lirih.

"Kenapa?" tanya Kila langsung, nada suaranya berubah langsung ketus tidak seramah tadi.

"Saya minta maaf ya kalau salah, kamu jangan blok nomor saya lagi ya. Kita baikan, jangan marah lagi." Ucap Kama langsung. Sebelum panggilannya di matikan oleh Kila.

"Hemmm..." Kila hanya menjawab dengan deheman tanpa satu patah katapun terucap.

"Kamu jangan minggat dari kos lagi, pulang tidur di kos sendiri tidak usah ngungsi seperti korban banjir begitu."

"Hemmm..."

"Kamu masih marah sama saya Kil? Belum mau baikan?" tanya Kama lagi ketika semua ucapannya hanya di jawab singkat oleh Kila.

"Belum, kalau tidak ada yang penting tak matikan. Aku mau kerja..."

Mendengar itu, Sri langsung merebut ponselnya dari Kama dan membawanya pergi. Kama hanya bisa menghela nafasnya dengan pelan. Dari dapur dia bisa mendengar sayup-sayup ibunya mengobrol dengan Kila. Tidak tau apa yang di bicarakan. Atau mungkin justru mereka tengah menggosipkan dirinya yang tidak-tidak atau justru tengah menghujatnya di belakangnya.

Memikirkan hal tersebut, Kama langsung buru-buru menyelesaikan makannya dan ingin pergi menyusul ibunya di ruang depan.

"Yasudah kalau begitu ya, kerja yang baik ya Nduk. Ibu tutup telponnya, Assalamu'alaikum."

Sri langsung mematikan sambungan telponnya dengan Kila ketika melihat Kama datang.

Kama semakin yakin jika keduanya tengah membicarakan dirinya. Kenapa dia bisa yakin, mereka langsung mematikan telponnya ketika dia datang seolah tidak mau jika obrolan mereka di dengar olehnya. Bukankah itu sudah jelas tandanya.

Kama semakin merasa terasingkan dirumahnya sendiri, dia merasa terdzalimi dengan sikap ibunya dengan calon menantu kesayangannya itu.

"Ibu bicara apa sama Kila tadi?" tanya Kama saat duduk di sebelah ibunya.

"Kenapa kamu tanya-tanya?" tanya Sri dengan ketus.

"Masa tanya saja tidak boleh to Bu," ucap Kama lagi.

"Tidak boleh ini urusan sesama perempuan, laki-laki haram ikut campur."

"Anak Ibu itu aku apa Kila to sebenarnya, masa iya sekarang jahat begini sama aku." Keluh Kama pada Sri yang langsung di balas dengan sabetan kemoceng yang kebetulan masih ada di atas meja.

"Sekarang malah berani pukul-pukul Ibu, ini kalau sampai membekas tak bawa ke rumah sakit Ibu bisa tak laporkan ke komnas perlindungan anak lo." Ucap Kama pada ibunya yang langsung di sambut dengan tatapan tajam dari Sri.

Sri hampir frustasi dengan kalakuan Kama, apa putranya itu mulai tidak sehat sampai bicara ngawur seperti itu. Apa karena bertengkar dengan Kila sampai mengguncang mental putranya itu.

"Kamu ini sudah salah bukannya merasa bersalah malah ngapain kamu ini?" ucap Sri dengan galaknya.

"Salah ku lo Bu dimana? Masa cuma gara-gara di ajak lari pagi sama di larang minum es teh pagi-pagi aku salah. Aku kan..."

"Belum sadar juga anak ini." Ucap Sri dengan geramnya.

Kama langsung berdiri dan menghindar dari pukulan kemoceng ibunya. Sungguh, Kama benar-benar bingung dengan sikap ibunya yang sama sekali tidak mau mendengarkan pembelaannya.

Sebelum kena sabetan kemoceng dari ibunya Kama langsung pergi kekamar. Menutup pintunya dengan rapat tidak memperdulikan suara ibunya yang berkali-kali memanggilnya.

"Luwung minggat nek ngene iki," (Lebih baik minggat kalau seperti ini) ucap Kama lirih.

*** BERSAMBUNG *** 

SATU KATA UNTUK KAMA??? 

WNG, 25 MEI 2024 

SALAM 

E_PRASETYO 

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang