BAB 45: PARINGI SABAR GUSTI

31.6K 2.9K 163
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

"Saya terima nikah dan Kawinnya, Kila Prastika Binti almarhum Bambang Sasmito dengan mas kawin tersebut di bayar tunai..."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"SAHHH..."

Kama langsung bernafas lega, lega selega-leganya. Rasanya seperti beban berat yang sejak semalam menghimpitnya, tiba-tiba terangkat begitu saja setelah menyelesaikan ijab khobulnya.

Tidak ada yang tau, segugup apa dirinya tadi sampai rasanya seperti ingin buang air kecil. Jujur saja Kama malu pada dirinya sendiri, kentang sekali mentalnya.

Padahal sejak semalam dia sudah mempersiapkan diri dengan baik, melatih dan menghafal bacaan ijab khobulnya tapi tetap saja sejak pagi tadi Kama di serang rasa panik hingga tangannya keringat dingin.

"Alhamdulillah hirobbil alamin..."

Ucapan lega dan syukur dari banyak orang saling bersahutan, masuk ketelinga Kama. Setelah penghulu yang tadi menikahkan mereka selesai membacakan doa barokah untuk sepasang pengantin itu.

Kila yang sejak tadi duduk di sebelah Kama, justru tersenyum mengejek pada Kama. Sepertinya gadis itu menertawakan kepanikan Kama yang sama sekali tidak bisa di sembunyikan itu.

Apalagi tadi saat dia mencium tangan Kama. Tangan laki-laki itu dingin sekali, ingatkan Kila nanti untuk mengejek Kama karena ternyata Kama terserang gugup sampai seperti itu. Untung saja dia tidak keliru atau bahkan sampai pingsan karena saking gugupnya. Apa tidak dia tertawakan habis-habisan nanti kalau sampai itu betulan terjadi.

Melupakan rasa gugupnya, sekarang Kama bisa tersenyum lega. Menatap wajah Kila yang entah kenapa hari ini terlihat jauh lebih cantik dari biasanya.

Rasanya Kama seperti tidak sia-sia sudah menunggu selama 36 tahun lamanya, jika gadis yang akhirnya di nikahi secantik Kila.

Astaga, Kama benar-benar  sudah tidak sabar memamerkan istrinya itu pada para tetangga julid dan gadis-gadis yang sempat menolaknya dulu. Heii, dia sekarang punya istri.

"Silahkan di tandatangai dulu Mas, jangan senyum-senyum sendiri." Tegur Bapak penghulu yang sejak tadi memperhatikan Kama. Dia sudah menunggu Kama untuk menyelesaikan urusan persuratan tapi yang di tunggu justru senyum-senyum sendiri entah memikirkan apa.

Kama langsung tersadar saat penghulu di hadapannya menegurnya. Dia lupa jika masih ada surat-surat yang harus dia tandatangani.

"Massss, Mas," ucap Kila tak habis fikirnya pada Kama.

Kama yang mendengar ucapan Kila yang sarat akan ejekan itu tidak marah. Untuk hari ini, apapun yang Kila katakan dia tidak akan marah. Karena hatinya tengah berbahagia. Tapi tidak tau juga, kalau Kila terus-terusnya mengejeknya nanti ya maaf-maaf saja kalau sampai Kama terpancing emosi tau sendiri Kama adalah manusia dengan kesabaran setipis tisu di bagi tujuh.

***
Setelah ijab khobul, bersalam-salaman dan di tutup dengan acara makan bersama keluarga juga tetangga sekitar yang di undang. Kini Kama di persilahkan untuk beristirahat dulu di ruang tengah, yang sedikit senggang.

"Mas Kama kalau mau istirahat dulu di kamar boleh lo silahkan. Itu kamar yang biasa di tempati Mbak Kila. Istirahat dulu sebelum kita berangkat kesana." Ucap Lanang, pemuda yang Kama ketahui sebagai kakak sepupu Kila itu dengan sopan.

"Tidak usah, disini saja. Orang tidak lama saja kok." Jawab Kama pelan. Untuk apa istirahat di kamar, mereka  tidak akan lama, karena harus berangkat ke rumah Kama. Resepsi memang akan di adakan disana habis zuhur nanti dan rombongan besan akan berangkat jam satu siang nanti. Namun sepasang pengantin harus pergi lebih dulu karena mereka harus di rias dan di rapikan sebelum menjalani prosesi resepsi.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang