BAB 11: INGIN SEGERA MENIKAH

36.4K 2.6K 124
                                    

SELAMAT MEMBACA
***
Kama turun dari mobil dan membawa oleh-oleh yang lumayan banyak. Di rumahnya, ada ibunya dan satu orang tetangga sebelah rumah yang kebetulan sedang ngobrol santai. Biasanya jika tidak ke sawah, ibunya itu akan punya banyak tetangga yang datang dan ngobrol di rumah. Namun, jika musim menanam atau panen semua orang di desa akan berkumpul di sawah sehingga rumah-rumah menjadi sepi.

Ibunya Kama yang memang tidak menggerap sawah, tentunya akan merasa kesepian di rumah.

"Assalamu'alaikum." Salam Kama.

"Waalaikumsalam." Jawab Sri. Dia tersenyum melihat putranya sudah pulang lagi.

"Eeee, Mas Kama sudah pulang?" Sapa Parni tetangga Kama. Rumahnya hanya berjarak tiga rumah dari rumah Kama.

Kama yang mendengar sapaan Parni, lalu tersenyum.

"Nggih Bulik. Tumben tidak kesawah?" Tanya Kama berbasa basi.

"Lahhh, belum panen Mas. Mau ngapain ke sawah," jawab Parni.

"Yasudah Bulik, saya masuk dulu." Pamit Kama pada tetangganya itu.

"Iya Mas, silahkan."

Setelahnya, Kama pun masuk kedalam rumah dan meninggalkan Ibunya bersama tetangganya itu di teras.

Setelah kepergian Kama, Parni langsung bertanya tentang kabar yang beredar beberapa hari ini. Yang cukup membuat dia penasaran.

"Mbakyu, aku tak takon awakmu ojo tersinggung yo." (Mbak, aku mau tanya kamu jangan tersinggung ya) ucap Parni dengan lirih pada Sri.

Sri yang penasaran hanya mrngangguk. Kira-kira pertanyaan apa yang bisa membuatnya tersinggung.

"Iku Mas Kama, pacaran to karo Mbak Sarah?" (Itu Mas Kama, apa pacaran sama Mbak Sarah)

"Jare sopo?" (Kata siapa) jawab Sri dengan santai.

"Lahhh, beritane wes nyebar Yu. Wong-wong do cerito." (Beritanya sudah nyebar. Semua orang cerita) ucap Sri lagi.

"Sopo sing omong kawitan?" (Siapa yang bilang pertama)

"Dek kapan kae jare, Andre eruh Mas Kama karo Mbak Sarah enek bendungan wong loro mangan es campur. Terus enek sing penasaran gek nakokke nyang mbokde Wati, jarene iyo to." (Hari apa itu katanya, Andre lihat Mas Kama sama Mbak Sarah di bendungan berdua makan es campur. Terus ada yang penasaran tanya sama Bude Wati, katanya iya)

Sri hanya terkekeh pelan mendengar ucapan tetangganya itu. Jadi hanya karena itu, beritanya sudah menyebar. Banyak sekali ternyata intel didesanya itu. Dan hebatnya lagi, berita seperti itu bisa menyebar dengan sangat cepat. Sri benar-benar kagum dengan kehebatan tetangga-tetangganya.

"Oalah Par, mangan es campur wong loro lak ora kudu pacaran to. Kekancan kan isoh."  (Oalah Par, makan es campur berdua kan tidak harus pacaran. Berteman kan bisa) Sri masih mengelak dari pertanyaan Parni. Belum berani jujur dan mengatakan yang sebenarnya.

"Ahh mbok yo jujur wae Yu. Ora sah di tutupi, nek tenan ki yo malah meneri." (Jujur saja Mbak. Tidak usah di tutupi, kalau betulan itu malah syukur) Parni masih penasaran dan mulai mendesak Sri. Sri yang sudah terpojok pun akhirnya memilih mengangguk pelan. Di tutupi juga nanti lama-lama akan tau semua orang. Juga berita sudah terlanjur tersebar.

"Dongakno wae mugo-mugo jodoh e yo." (Doakan saja semoga jodoh ya)  Ucap Sri pada Akhirnya.

"Ehhhh, yo meneri Yu nek tenan ki. Wes mugo-mugo jodoh. Wong Mas Kama ki yo wes wancine Yu omah-omah. Barakane kae lo anak e wes gede-gede." (Syukurlah kalau betulan Mbak. Semoga saja berjodoh. Orang Mas Kama itu ya sudah waktunya berumah tangga. Teman-teman sebayanya itu anaknya sudah besar-besar)

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang