BAB 34: PERANG DINGIN

31.1K 2.7K 97
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Kila keluar dari kamar kosnya, dan bertemu dengan Bu Marni yang sedang menyapu di depan kos.

"Selamat pagi Bu," sapa Kila pada Bu Marni.

"Pagi Mbak Kila, tumben ini pagi sekali keluar kamarnya."

Kila tersenyum mendengar pertanyaan Bu Marni, gadis itu melihat jam di pergelangan tangannya. Baru jam 6 lebih sedikit. Memang lebih pagi dari kebiasannya.

Tapi dia memang sengaja keluar pagi, karena sedang malas bertemu dengan bapak kosnya yang menyebalkan itu.

Sejak kejadian tiga hari yang lalu dia pergi dari warung bubur, mereka belum lagi berbaikan sampai sakarang. Dari hari minggu sampai sekarang sudah hari rabu, berarti terhitung sudah tiga hari mereka marahan. Tiga hari yang lalu Kama sudah mengirimkan banyak pesan kepada Kila, namun Kila memilih mengabaikan bahkan ketika Kama mulai menelponnya Kila langsung memblok nomor Kama sehingga laki-laki tidak bisa menghubunginya lagi sampai sekarang. Beberapa kali Kama mengetuk pintu Kamarnya, dan Kila juga mengabaikannya.

Akhirnya, mungkin karena kesal atau apa Kama berhenti mengetuk kamarnya. Entahlah, marah atau bagaimana. Namun, Kila justru merasa senang karena hidupnya sedikit damai tanpa suara Kama. Tiga hari ini mereka saling diam, bahkan ketika tidak sengaja berpapasan saja mereka sama-sama memilih diam.

Kila merogoh uang di saku celananya, lalu menyerahkannya pada Bu Marni.

"Uang kos saya ya Bu," ucap Kila pada Bu Marni.

"Tumben sudah di bayar Mbak, kan masih dua hari lagi." Ucap Bu Marni dengan bingungnya.

"Iya tidak papa, nanti takut kepakai uanganya. Sudah gajian juga," jawab Kila dengan sopan.

Bu Marni pun menerimanya, lalu setelah itu Kila pamit untuk pergi kerja.

***

Kama yang baru pulang olahraga pagi, bertemu dengan Bu Marni di halaman depan sedang menyapu.

Kama melirik sebentar kearah kamar Kila yang masih tertutup rapat. Entah sudah pergi atau masih tidur gadis itu Kama tidak tau. Kama cukup kesal dengan sikap Kila yang mengabaikan dirinya selama tiga hari ini, bahkan lihat sekarang nomor telponnya di blok. Kama sudah berusaha menelpon dan mengirimkan beberapa pesan pada Kila namun tidak satupun yang di jawab bahkan mungkin pesannya tidak terkirim.

Kama merasa semakin kesal pada Kila, menurutnya apa tidak bisa di bicarakan baik-baik saja. Tidak harus menggunakan gaya blok-blok an nomor seperti ini. Seperti anak kecil saja.

Dan ingatkan lagi, Kama itu laki-laki dengan tingkat gengsi yang tinggi. Dia tidak mau terkesan mengemis maaf pada Kila kalau dia memang salah Kama tidak akan ragu meminta maaf. Tapi lihat, bagaimana dia tau letak kesalahnnya jika mereka sama-sama diam. Lagi-lagi dengan dalih gengsi di tambah kesal Kama justru menyambut ketika Kila mulai mengibarkan bendera perang dingin dengannya. Entah siapa di antara mereka yang akan menyerah nantinya.

"Uang kosnya Mbak Kila Pak," Bu Marni menyerahkan uang kos dari Kila pada Kama.

Kama menerimanya dengan ekspresi datarnya.

"Sudah berangkat dia Bu?" tanya Kama pada Bu Marni.

"Iya sudah dari tadi."

Kama tidak lagi bertanya, dia hanya mengangguk pelan lalu masuk kerumahnya. Ingin mandi dan sarapan.

Bu Marni yang melihat sikap Kama yang tidak biasa selama tiga hari ini hanya bisa diam. Sambil menatap kamar kos Kila Kila yang tertutup. Bu Marni bisa menebak, mungkin saja mereka tengah bertengkar. Namun, Bu Marni memilih diam tidak berani ikut campur.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang