BAB 44: H-1

29.2K 2.7K 190
                                    

SELAMAT MEMBACA

***
Satu bulan yang awalnya Kama fikir akan sangat lama, ternyata berlalu dengan cepat. Mungkin karena dia di buat sibuk dengan banyaknya persiapan pernikahannya sampai-sampai sebulan rasanya baru kemarin dan besok sudah pernikahannya. Tapi  sudah berapa lama dia tidak melihat Kila, untuk yang satu itu sepertinya Kama merasa sudah lama sekali.

Kalau tidak salah terakhir mereka bertemu adalah saat mengurus surat-surat pernikahan dan mencoba baju pernikahan setelahnya mereka benar-benar tidak bertemu lagi sampai nanti hari pernikahan. Alasan para orang tua, katanya di pingit. Sebenarnya Kama sedikit keberatan, tapi semua orang tua sepakat kalau mereka harus di pingit.

Hei, Kama kan rindu terus bagaimana sekarang ini. Rasanya mendengar suara Kila saja tidak cukup, Kama ingin pergi menemui gadis itu.

Bukan Kama namanya kalau tidak keras kepala, besok sudah ijab khobul tapi dia tetap nekat ingin pergi kerumah budenya Kila. Mau apa, hanya ingin bertemu Kila. Tidak ada kepentingan lain sebenarnya.

"Bu, aku keluar sebentar ya." Pamit Kama pada Sri yang tengah sibuk di ruang tengah bersama saudaranya yang lain.

"Lohhh Mas Kama ya ndak boleh no. Sudah mau menikah kok masih keluar-keluar. Ora becik Mas," tegur Dewi, salah seorang buliknya Kama.

"Cuma sebentar Bulik," jawab Kama.

"Ndak boleh Mas. Manten itu bawa sawan, kalau sudah dekat hari H sebaiknya di rumah diam. Istirahat, menghindari yang tidak di inginkan." Bulik Dewi tetap bersikeras melarang Kama untuk Pergi.

Kama hanya memutar matanya dengan malas. Lihat ini sudah tahun berapa, kenapa masih membahas hal-hal seperti itu. Dan apa katanya tadi, manten membawa sawan. Sawan apa, memangnya dia bayi yang kena sawan. Lagipula, Kama baru ini mendengar manten bawa sawan. Selama ini dia hanya tau kalau bayi yang sering terkena sawan.

"Sebentar ya Bu," kali ini Kama meminta izin ibunya. Semoga saja ibunya itu berpihak padanya kali ini.

"Sudah di rumah saja. Nanti kekuarga sudah mau datang kok kamu malah mau pergi. Mau kemana to memangnya?" Tanya Sri.

"Ada urusan penting Bu," jawab Kama. Berharap ibunya akan mengizinkan.

"Ndak bisa memangnya urusannya di tunda sampai selesai acara. Sekarang istirahat di rumah dulu. Jangan ngeyel Le, kalau di kasih tau." Ucap Sri pada putranya.

"Bosan di rumah Bu, keluar sebentar lah." Paksa Kama lagi.

Namun Sri langsung menggeleng, tetap tidak mengizinkan putranya untuk keluar rumah. Rumah mereka sudah ramai, para saudara hari ini sudah berkumpul dan mungkin siang nanti sudah ada tamu yang datang kerumahnya dan putranya justru ingin pergi. Tentu saja Sri akan melarangnya.

Melihat ibunya tidak memberi izin, akhirnya Kama kembali masuk kekamarnya. Tidak mungkin kan nekat pergi padahal ibunya sudah melarang.

"Ganti baju Le, nanti banyak keluarga." Ucap Sri pada Kama.

"Yaaa," jawab Kama dengan malasnya.

***

"Kamu sedang apa Kil?" tanya Kama pada Kila. Akhirnya setelah tidak mendapatkan izin untuk keluar tadi, Kama tidak punya kegiatan lain selain menganggu Kila melalui sambungan telponnya. Sampai-sampai gadis itu mengomel karena dia sedang sibuk tapi Kama justru mengganggunya.

Bahkan meski sudah di matikan telponnya, Kama tetap menelponnya kembali. Anak Bu Sri itu memang keras kepala dan sulit di beri faham jika Kila sedang sibuk.

"Sedang sibuk Mas, kamu ngapain sih telpon terus?" jawab Kila dengan ketusnya. Dia benar-benar jengkel dengan Kama.

Kama langsung menatap kesal pada ponselnya yang masih tersambung pada Kila. Apa gadis itu tidak merindukan dirinya di telpon saja kesannya malas begitu.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang