BAB 48: BAYAR HUTANG

32.5K 3.2K 153
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

Sejak tadi Kila memperhatikan Kama yang tengah berbicara bersama bapak-bapak dan anggota karang taruna. Mereka semua baru saja selesai membereskan sisa acara, dan Kama mengundang semuanya untuk makan bersama sekaligus mengucapkan terimakasih karena bantuan mereka semua acara di rumahnya terselenggara dengan lancar.

Semua karangtaruna baik putra maupun putri di undang datang. Sekalian saja, Kama fikir jika besok-besok tidak akan jadi karena pasti mereka akan sibuk dengan urusan masing-masing. Mumpung sekarang masih libur jadi Kama sekalian mengadakan acara makan-makan sekaligus pembubaran panitianya setelah bersih-bersih.

Sejak tadi Kila yang berada di dapur mengintip keluar, memperhatikan Kama yang sedang fokus berbicara. Jika di perhatikan dalam situasi seperti itu Kama tetlihat sangat berbeda dari Kama yang biasanya.

"Lihat apa Nduk?" Tanya Sri pada Kila. Karena dia perhatikan sejak tadi Kila fokus mengintip kearah luar.

"Mas Kama, kelihatan lain ya Bu kalau seperti itu." Jawab Kila dengan jujur.

Sri langsung terkekeh mendengarnya. Jadi sejak tadi ternyata menantunya itu tengah mengagumi suaminya sendiri.

"Aslinya Kama itu tidak terlalu buruk juga anaknya. Lumayan lah, tidak tau ketemu kamu kok malah jadi seperti bocah lagi. Kayanya dia nyaman sama kamu, jadinya tidak tanggung-tanggung polahnya. Kalau di depan orang lain, ya harga dirinya tetap nomor satu." Jelas Sri dengan setengah tertawa.

Sri sendiri pernah berfikir kenapa putranya bisa berubah sedrastis itu. Manjanya itu naik pesat, seperti selalu mencari perhatian jika dekat dengan Kila. Bahkan sejak masih pacaran saja, Sri sudah menandai perubahan sikap Kama itu. Tapi setelah di fikir-fikir, bukan hal buruk juga. Toh, Kama bermanja dengan istrinya sendiri. Selama tidak merugikan orang lain menurut Sri masih bisa di maklumi.

Kila mengangguk faham dengan ucapan Sri. Suaminya memang unik, bisa seperti dua orang yang sangat berbeda di situasi yang berbeda.

Lihat saja, jika sedang di hadapan banyak orang begitu siapa yang akan menyangka Kama akan rewel jika ingin makan. Harus drama dulu dan lain-lain.

"Sana ikut keluar dari pada cuma ngintip dari sini," ucap Sri lagi.

Kila hanya menggeleng pelan.

"Tidak usah Bu. Malu, disini saja." Ucap Kila pelan.

"Tidak papa, sekalian kenalan. Itu tetangga disini semua."

"Kapan-kapan Bu, masih malu kalau sekarang." Tolak Kila lagi.

Masih terlalu baru, dia juga butuh waktu untuk beradaptasi. Kenalan dengan para tetangga, menurutnya bisa berjalan pelan-pelan seiring waktu. 

***
Setelah semua acara selesai, alat-alat yang di pinjam sudah di kembalikan semua ke gudang desa. Hanya tersisa dekor yang belum di lepas. Nanti akan di lepas oleh tukang dekornya sendiri.

Kama yang baru selesai membuang sampah, masuk kedalam rumah.

"Kila ada es teh tidak?" Tanya Kama pada Kila yang kebetulan lewat di dekatnya.

"Ada teh. Ada es batu, mau di buatkan es teh?" Tanya Kila. Dia melihat wajah lelah Kama jadi menawarkan es teh. Mungkin saja suaminya itu haus karena selesai beres-beres.

"Iya mau, tolong kalau tidak repot buatkan es teh ya. Manis tapi, saya belum setua itu sampai tidak boleh makan gula banyak-banyak."

Kila terkekeh mendengar ucapan Kama. Apa ini masih berhubungan dengan ucapannya kemarin perihal Kama yang sudah tua tidak boleh makan daging.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang