BAB 46: RESEPSI MEMANCING EMOSI

39.9K 2.9K 143
                                    

SELAMAT MEMBACA
***

"Selamat ya Kam, akhirnya menikah juga setelah sekian purnama jadi bujang ngenes."

Kama tertawa mendapatkan ucapan selamat dari salah satu temannya di kampung. Laki-laki itu naik kepelaminan dan menyalami Kama bersama istri dan kedua anaknya.

"Terimakasih - terimakasih ..." jawab Kama dengan kekehan pelannya. Tidak marah ataupun tersinggung dengan ucapan temannya, karena Kama tau jika temannya itu hanya bercanda.

"Selamat ya Mbak, sabar-sabar ngadepin Kama." Ucapnya lagi kali ini pada Kila.

"Terimakasih Mas," Kila pun menjawabnya dengan ramah.

"Jangan lupa Kam, habis ini langsung buat kaya gini. Aku sudah punya dua, kamu mana?" laki-laki itu menunjuk dua anaknya yang dia gandeng.

Kama lagi-lagi hanya bisa terkekeh, menanggapi ucapan temannya itu.

"Jangan sepele, nanti malam langsung buat." Jawab Kama dengan entengnya.

Kila yang mendengar jawaban Kama, hanya bisa menyenggol lengan Kama pelan. Mengingatkan pada suaminya itu, dimana mereka sekarang. Obrolan mereka bisa di dengar oleh banyak orang.

"Biar saja, masa saya di ejek Kil. Nanti malam kita langsung buat ya Kil, kalau perlu langsung 10." Ucap Kama pada Kila.

Ucapan Kama langsung di jawab gelak tawa oleh mereka yang mendengarnya termasuk para orang tua yang juga duduk di pelaminan.

Kila merasa benar-benar malu, dia jadi berfikir apa jangan-jangan urat malu Kama sudah putus sampai bisa bicara seperti itu.

"Sabar-sabar Mbak, sifatnya memang seperti itu dia. Yang betah ya Mbak," ucap teman Kama itu lagi pada Kila.

Kila hanya bisa tersenyum sambil mengangguk. Dia tidak tau harus merespon bagaimana.

Beruntung teman Kama itu langsung di tarik turun oleh istrinya, jika tidak pasti obrolan mereka akan semakin kemana-mana.

"Temanmu anaknya sudah besar-besar ya Mas," ucap Kila pada Kama sambil menatap teman Kama yang menggandeng anaknya turun. Kila mengingat sejak tadi teman-teman Kama yang datang menyalami mereka rata-rata membawa anak dan istrinya. Bahkan anak mereka sudah besar-besar.

"Ya memang, malah ada yang sudah masuk SMA anaknya. Kerajinan dia buatnya dulu. Orang teman-temannya masih sibuk sekolah sama kerja dia malah sibuk buat anak." Jawab Kama santai.

"Mending dia dari pada kamu, jadi bujang lapuk." Cibir Kila lagi.

Sepertinya setiap bicara dengan Kama bawaanya selalu ingin mencibir karena apa, ya karena ucapan laki-laki itu sendiri yang kadang memancing orang untuk menghujat.

"Berarti temanmu tidak lama lagi ada yang sudah mau punya cucu dong Mas. Kamu apa, anak saja belum punya." Bukannya diam, Kila justru semakin mengejek suaminya. Dia tau Kama manusia dengan tingkat gengsi yang tinggi itu mudah sekali di pancing emosinya.

"Makanya nanti malam kita harus langsung buat Kil. Jangan sampai ketinggalan sama teman-teman saya."

"Ya memang sudah ketinggalan kok, masih tidak sadar."

"Ya makanya saya bilang apa tadi kan ha..."

"Sudah to Le, nanti lagi bicaranya. Orang masih ramai begini kok sudah kemana-mana yang di bahas itu."

Sri yang sudah geram mendengar ucapan putranya lalu menegurnya. Sejak tadi dia mendengarkan semua yang di ucapkan Kama dan dia cukup gemas. Apa tidak bisa obrolan seperti itu di bahas nanti, apa tidak malu kalau di dengar oleh orang.

"Sukurin di marahin Ibu," ucap Kila lagi pada Kama.

Kama hanya bisa mendumel tidak jelas, entah kesal entah bagaimana. Dia tidak menjawabnya dengan jelas.

Tiba-tiba Kama langsung menarik tangan Kila dan membawanya kepangkuannya. Bahkan ketika Kila menariknya, Kama justru semakin erat menggenggamnya.

"Apa to Mas," ucap Kila dengan kesalnya pada Kama. Suaminya itu selalu ada saja tingkahnya menurutnya. Sejak tadi tingkahnya aneh sekali menurut Kila.

"Ada mantan saya Kil. Itu yang baru datang, dia harus lihat kalau kita pasangan yang bahagia. Lihat dia datang sama suaminya, dulu putus sama saya alasannya mau kerja. Taunya dia tiba-tiba nikah. Hamil duluan dia, masa ternyata saya di selingkuhin Kil selama pacaran sama dia cuma gara-gara saya kerja jauh. Kan jengkel saya, lihat suaminya. Tidak lebih hebat dari saya, gantengan juga saya kemana-mana. Lihat itu, hehhhh jengkel saya." Ucap Kama dengan panjang lebarnya pada Kila. Sambil matanya menatap sepasang suami istri beserta anak mereka yang baru datang.

Kila mengikuti arah pandangan Kama. Lalu dia menatap prihatin pada Kama, jadi selain di tolak gadis suaminya itu juga pernah di selingkuhin. Kenapa Kama itu nasibnya tragis sekali.

"Ganteng kok suaminya," ucap Kila pelan. Sebuah komentar biasa menurut Kila, namun tidak bagi Kama.

Kama langsung menatap Kila dengan tidak terimanya, dari banyaknya kalimat yang bisa dia ucapkan kenapa harus kalimat memuji apalagi memuji laki-laki yang sudah jadi suami mantan pacarnya. Apa Kila tidak sadar Jika Kama sangat keberatan dengan pujiannya itu.

Kama langsung memukul pelan punggung tangan Kila yang masih dia genggang, membuat Kila langsung menoleh.

"Besok pakai kaca mata kamu, kayanya ada masalah sama mata kamu." Jawab Kama dengan ketusnya pada Kila.

"Ya memang ganteng kok Mas. Tinggi, putih begitu. Salahnya ucapanku dimana?" Bukannya sadar dan tidak memuji lagi, Kila justru semakin memanas-manasi Kama.

"Katarak kamu Kil. Dia pendek begitu kamu bilang tinggi. Sama saya juga masih tinggian saya Kil. Kalau putih memang iya, saya kalah putih. Tapi kan laki-laki bagus kalau sedikit hitam, kelihatan jantan. Mana bagus laki-laki kalau terlalu putih." Cibir Kama lagi. Hei, Kila sadar jika suamimu itu tidak suka dengan ucapanmu. Berhenti sebelum Kama semakin mengamuk.

Mendengar ucapan Kama, Kila bukannya berhenti justru semakin memancing emosi Kama.

"Laki-laki ya ganteng kalau putih, siapa bilang tidak bagus. Orang kamu memang hitam, jadi iri kan sebenarnya sama yang putih," ucap Kila lagi.

"Jangan kamu banding-bandingkan saya sama dia ya Kil. Tidak level, tidak mau, tidak suka dan tidak ikhlas."

Kila langsung tertawa lirih, heran dengan suaminya itu kenapa juga masih kesal pada mantannya. Kalau memang sudah mantan ya sudah lupakan saja untuk apa masih di ingat apalagi masih membuatnya kesal.

"Kamu kenapa sih masih marah-marah tidak jelas begitu Mas. Jangan-jangan masih ada rasa ya sama mantanmu itu?"

Kama langsung menggeleng, menepis dugaan Kila yang sama sekali tidak benar itu.

"Mana ada, sudah lupa saya. Apalagi istri saya sekarang lebih cantik, mantan sih lewat." Jawab Kama dengan sombongnya.

Apa boleh Kila sedikit besar kepala mendengar ucapan Kama. Secara terang-terangan suaminya itu memuji dirinya cantik.

"Ya terus kenapa masih marah-marah tidak jelas, seperti orang gagal move on begitu?"

"Saya itu tidak marah Kila istrinya Kama yang ganteng dan banyak uangnya. Saya itu cuma jengkel, apalagi kalau ingat saya di selingkuhi sama laki-laki yang tidak sebanding sama saya. Kalau dia selingkuh sama yang lebih dari saya ya sudah wajar kan. Tapi ini tidak, harga diri saya kan jadi terluka Kil." Ucap Kama lagi.

Kila faham, jadi ini hanya karena harga diri. Oke, Kama tetaplah Kama. Harga dirinya itu nomor satu.

"Yasudah terserahmu Mas," ucap Kila dengan pasrahnya. Memilih mengalah ketimbang obrolan mereka tidak akan ada habisnya.

*** BERSAMBUNG ***

WNG, 9 JUNI 2024
SALAM
E_PRASETYO

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang