BAB 32: SI PALING JURAGAN KOS

31.7K 2.8K 108
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

"Mau?" Tanya Kila sambil menyodorkan sesendok nasi goreng pada Kama. Namun, laki-laki itu hanya menggeleng tanda tidak mau.

Masih menjadi kegiatan rutin bagi Kama untuk menjemput Kila pulang kerja. Dan malam ini Kama membawanya mampir ke warung nasi goreng karena katanya Kila yang belum makan malam. Kama tidak mau kalau sampai gadis itu sakit dan berakhir mengenaskan seperti sebelumnya.

"Kok dari tadi lihatin kalau tidak mau?" tanya Kila lagi. Karena sejak dia mulai makan, dia merasa jika Kama terus saja memperhatikannya. Dia fikir, jika mungkin saja laki-laki itu ingin makanan yang dia makan.

"Memangnya tidak boleh lihatin, kan saya punya mata."

Kila hanya mengangkat kedua bahunya, tanda tidak peduli lagi dia jusru kembali melanjutkan makannya.

"Kamu kapan sih Kil, mau menikah sama saya?" tanya Kama dengan seriusnya. Setelah terdiam beberapa saat, Kama kembali berbicara pada Kila.

Dia merasa sudah menunggu untuk waktu yang lumayan, tapi gadis itu sama sekali tidak memberinya jawaban. Kama jadi merasa di beri harapan palsu oleh Kila. Dia kemudian berfikir, mungkin saja Kila hanya ingin main-main dengannya.

"Sabar dong Mas," jawab Kila santai.

"Tapi saya jadi merasa di beri harapa palsu sama Kamu." Jawab Kama lagi dengan wajah lesunya.

Kila, tentu saja tertawa. Bukankah harusnya itu dialognya, demi tuhan Kama laki-laki kenapa jadi dia yang merasa di beri harapan palsu hanya karena di minta bersabar. Kila yang perempuan saja tidak berfikir demikian.

"Kamu menyembunyikan apa sih Kil dari saya, kok seperti ada yang kamu sembunyikan. Kamu tidak punya laki-laki lain yang nanti tiba-tiba ngajakin kamu nikah terus kamu kasih undangan ke saya kan?" Ucap Kama lagi kali ini dengan tatapan tajamnya. Jujur saja, Kama punya sedikit kekhawatirn mengenai hal tersebut. Mungkin karena sebelumnya dia pernah punya pengalaman tidak menyenangkan tentang hal serupa.

Namun, ucapan Kama justru membuat Kila tertawa. Kila marasa jika Kama tengah memberitahunya jika dia punya pengalaman buruk di tinggal menikah.

Pluk ...

Kila menepuk pipi Kama dengan pelan, agar laki-laki itu sadar dari khayalan imajinasinya. Ini bukan dongeng, kenapa harus berfikir seperti itu.

"Aku bukan mantan kamu ya Mas, jangan mikin aneh-aneh." Ucap Kila lagi.

"Soalnya kamu berbelit Kil. Tidak mau jujur kalau saya tanya, saya cuma suruh sabar terus. Wajar kan kalau saya curiga. Saya kan butuh kepastian," ucap Kama lagi.

Kila lagi-lagi hanya tersenyum, satu yang Kila sukai dari Kama selama mengenal laki-laki itu. Kama tidak ragu mengatakan apa yang dia fikirkan. Baik jika baik dan salah jika salah. Kila jadi memiliki kesempatan untuk banyak belajar. Pernah sekali Kila menceritakan pelanggan di tokonya yang marah-marah karena kesalahan nominal belanja. Dan tanpa ragu, Kama mengatakan jika apa yang di lakukan pelanggan itu adalah benar karena dia merasa di rugikan, justru Kila yang harus lebih teliti lagi. Kama sama sekali tidak membelanya justru menyalahkannya karena tidak teliti. Kila tidak marah dengan jawaban Kama saat itu, dia hanya kesal. Tujuannya cerita mungkin saja, Kama akan membelanya meski tidak akan memberi perubahan apapun namun akan sedikit menenangkan hatinya, tapi lihat Kama sama sekali tidak memihak padanya.

Dari sana, Kila tau jika Kama terlalu realistis dan selalu mengutamakan logikanya. Dan jujur, Kila suka dengan sikap itu.

"Tidak ada laki-laki lain. Percaya sama aku Mas, cuma kalau sekarang aku memang belum bisa cerita. Ini urusan internal keluargaku, tidak etis rasanya kalau kamu harus tau." Kila berusaha meminta pengertian dari Kama. Dia pasti akan cerita tapi nanti, tidak sekarang. Kalau sekarang, Kila belum bisa menjamin kalau mereka akan bersama di masa depan. Bagaimana kalau ternyata mereka tidak berjodoh lalu Kila sudah bercerita banyak hal. Bukankah itu sama saja dia mengumbar aib keluarganya.

JURAGAN KOS  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang